Tontonan yang asal mulanya berasal dari New York friar's club ini , memiliki aturan khusus yang harus  dipatuhi, seperti tidak boleh rasis, mengangkat keunikan lawan, mengungkap kealpaan, dan tentu saja berdasar fakta. Dan yang pasti tak boleh abal-abal.Â
Meski tak boleh abal-abal, Roasting sendiri dibuat untuk keperluan hiburan, dan peroasting cerdas bisa mengolah fakta menjadi kritik membangun atau refleksi diri bagi yang diroasting.Â
Salah satu trik roasting, meledek dengan mengangkat keunggulan subyek untuk kemudian menghentakkan pada timing yang tepat. Tentu saja ini bukan hal yang mudah. Ada irama yang harus dipelajari dalam hentak menghentak, ini.
Yang pasti, untuk mencapai hal diatas tentulah tidak gratis, ada jumpalitan dibalik persiapan bahan roasting, ada jumpalitan dalam memilah fakta, jumpalitan dalam menyusun intonasi kalimat, ada jungkir balik dalam meletakkan penekanan2 kalimat roasting.Â
Salah satu contoh roaster jumpalitan yang cerdas adalah Kiki Saputri. Fadli Zon, Susi Pujiastuti, Eric Tohir, Sandiago Uno, dan beberapa pejabat  telah diroasting Kiki, bahkan selebrities pun antre diroastingnya
Ada juga Cak Lontong, pelawak alumnus ITS surabaya juga memiliki kualitas Roasting yang piawai. Seperti roastingan ala cak Lontong pada Nahdatul Ulama. Demikian juga dengan beberapa komika. Â
Lalu,Â
Apakah konten para roaster jumpalitan seperti diatas, bisa disamakan dengan konten perundungan yang berlindung dibalik kalimat roasting?Â
Sebenarnya saya ingin mengakhiri  tulisan ini dengan mengutip beberapa kalimat dari konten roasting  rundung itu. Supaya lebih jelas perbedaannya, dan bisa menjadi pembelajaran. Tapi ternyata, oh my oh, tenyata kontennya telah dihapus..
* Apakah saya tertipu? Apakah semua hanya setingan ?