Glek! Apa dengan embem Roasting, orang bisa  merundung seenaknya?
Laju Informasi terhubung dalam hitungan detik. Aneka tipe tontonan pun telah  membelah diri tak terbendung. Tehnologi tanpa ampun  menyodorkan kreatifitasnya, bahkan batas -batas kesantunan pun telah menembus, bercampur baur. Saling mempengaruhi.Â
Selama mampu menarik perhatian, tak perduli usia, kondisi mental, dan lingkungan. Demi ketenaran, rating, konten, manusia pun sanggup melakukan apa saja.Â
Beberapa waktu lalu saya sempat melihat konten seorang selebritis yang isinya full perundungan. ( pada akhirnya konten ini menuai konflik dengan Uya Kuya (pesulap/youtuber). Deminya, Uya rela menggelontorkan 100 jt untuk menuntut permintaan maaf).
Ketika vlog walking dan melihat konten itu  mulut saya menganga, terpaku oleh kalimat - kalimat yang tidak pada tempatnya, yang tak jelas esensinya. Alih alih hiburan, atau candaan yang membangun.Â
Sampai-sampai saya berpikir lucunya dimana? Apakah orang ini sehat secara mental? Berakhir pada kekhawatiran, bagaimana kalau ditonton abg abg yang masih mencari jati diri?
Ketika saya menunjukkan kepada anak saya Moe, Moe mengatakan dengan enteng, tuh judulnya roasting! Dan Moe menujukkan di depan saya bagaimana merosating adiknya dengan kalimat kalimat buruk. Lalu mereka berdua tertawa-tawa.Â
Glek! Apa iya sih dengan embem Roasting, orang bisa merundung seenaknya? Â Apa benar roasting seperti itu? Wah, rasanya perlu meluruskan arti roasting untuk anak anak muda iniÂ
Apa sih Roasting ?
Roasting adalah serangkaian joke yang dilontarkan oleh pelawak tunggal, untuk meledek seseorang.Â
Tontonan yang asal mulanya berasal dari New York friar's club ini , memiliki aturan khusus yang harus  dipatuhi, seperti tidak boleh rasis, mengangkat keunikan lawan, mengungkap kealpaan, dan tentu saja berdasar fakta. Dan yang pasti tak boleh abal-abal.Â
Meski tak boleh abal-abal, Roasting sendiri dibuat untuk keperluan hiburan, dan peroasting cerdas bisa mengolah fakta menjadi kritik membangun atau refleksi diri bagi yang diroasting.Â
Salah satu trik roasting, meledek dengan mengangkat keunggulan subyek untuk kemudian menghentakkan pada timing yang tepat. Tentu saja ini bukan hal yang mudah. Ada irama yang harus dipelajari dalam hentak menghentak, ini.
Yang pasti, untuk mencapai hal diatas tentulah tidak gratis, ada jumpalitan dibalik persiapan bahan roasting, ada jumpalitan dalam memilah fakta, jumpalitan dalam menyusun intonasi kalimat, ada jungkir balik dalam meletakkan penekanan2 kalimat roasting.Â
Salah satu contoh roaster jumpalitan yang cerdas adalah Kiki Saputri. Fadli Zon, Susi Pujiastuti, Eric Tohir, Sandiago Uno, dan beberapa pejabat  telah diroasting Kiki, bahkan selebrities pun antre diroastingnya
Ada juga Cak Lontong, pelawak alumnus ITS surabaya juga memiliki kualitas Roasting yang piawai. Seperti roastingan ala cak Lontong pada Nahdatul Ulama. Demikian juga dengan beberapa komika. Â
Lalu,Â
Apakah konten para roaster jumpalitan seperti diatas, bisa disamakan dengan konten perundungan yang berlindung dibalik kalimat roasting?Â
Sebenarnya saya ingin mengakhiri  tulisan ini dengan mengutip beberapa kalimat dari konten roasting  rundung itu. Supaya lebih jelas perbedaannya, dan bisa menjadi pembelajaran. Tapi ternyata, oh my oh, tenyata kontennya telah dihapus..
* Apakah saya tertipu? Apakah semua hanya setingan ?
Apapun itu, semoga saja konten konten dalam youtube Indonesia bisa lebih dibersihkan dari tayangan  tidak mendidik seperti Roasting Rundung ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H