Mohon tunggu...
aisyah four
aisyah four Mohon Tunggu... -

wanita biasa yang slalu bermimpi mlakukan hal yang luar biasa dalam hidup...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terowongan Batu yang Tak Berujung...

7 Mei 2012   01:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:37 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kelana hati,,,

mencari jiwa yang sebenarnya dan bukan yang dipertuankan..

menanti apa yang boleh diharapkan..

berdiri tegak lalu lunglai dan kembali terpaku..

wahai pemilik, terlalu jauh rusuk ini berjalan, disimpang jua tak dihentikan,,

lelah kadang lebam-lebam,,

kenapa kau tetap diam..

apa kau melihat wahai pemilik?

sampai kapan kan kau ambil untuk kau lengkapi,

bukankah disana kurang?

takkah kau merasa hilang?

jangan biarkan aku slalu pada yang salah jika kau adalah kebenarannya..

inikah nilai kesabaran..

apakah sampai benar-benar lebam karena pesakitan yg terlalu dalam..

bolehkah bersuara "tolong jangan biarkan sampai ke ujung,,karena mungkin tak ada jalan kembali"..

bolehkah jua mengadu pada Pencipta yang berhak atas semua,,

"setitik saja cahaya,,agar tak tersesat dan tertahan dinding batu tak berpintu"...

bolehkah merasa lelah untuk terus mencari dalam terowongan gelap,

tak terlihat apapun..sempit dan penuh jebakan..

setitik saja cahaya agar tahu kemana menuju..setidaknya..

lelah ini terus meronta..kubujuk ia dengan lembut,

berhenti tapi sementara lalu meronta lagi..

terus memaksa keluar dan berbicara..

dan terus mencari sekutunya..

sekuat dan selembut apapun kubujuk, ia tetap berusaha berkuasa dan tak mau tahu..

oh lelah..tolong pahami,bujukku.. "aku tak bisa lagi!!katanya..

nanar kutatap ia..lalu mengiba.."tolong, bersabarlah,,jalan kita masih panjang.."

"aku tak peduli, aku lelah seperti namaku" lalu meronta dan terhisak dan tak mampu aku diamkan lagi..

iba melihatnya seperti iba rasaku..

ku tatap kearah manapun dalam gelap berharap lalu didengar..

"wahai pemilik, wahai Pencipta lihatlah ini..aku tlah berusaha mendiamkannya, harus bagaimana?"

hanya terdengar satu suara ini saja, tak ada jawab, hening lalu hilang..

Tak buta tapi tak mampu melihat, gelap, sempit dan sesak..

tertinggal diterowongan batu yang tak berujung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun