Abad ke-6 dikatakan sebagai cikal bakal filsafat yang ada sekarang. Hal ini bermula ketika orang yunani dulu hanya percaya kepada mitos, Â namun pada zaman ini manusia telah memikirkan segala sesuatu berdasarkan dengan penelitian. Tidak hanya itu pada zaman ini pula lahirlah banyak pakar-pakar filsafat yang berjasa besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Misalnya Thales, Aristoteles, Phytagoras, Heraklitos, dll.
Dalam hal berpikir logika deduktif,nama Aristoteles tidak boleh dilupakan hingga saat ini logika itu masih terpakai yang diaplikasikan pada perkembangan ilmu dan teknologi. Setelah masa Aristoteles berakhir, 5 tahun kemudian lahirlah pemikir-pemikir jenius lagi seperti  Plotinus yang mana pada zaman ini disebut dengan zaman filsafat Hellenisme dibawah pemerintahan Alexander Agung. Pada masa ini juga teori Teoritas menjadi Praktis dan muncul juga filsafat bercorak Agama.
Pasca Yunani, Romawi merupakan bangsa yang memiliki kedudukan tinggi. Namun setelah runtuhnya kerajaan Romawi non-katolik , agama katholik Roma mulai berkembang. Abad ini disebut sebagai abad kemandekan ilmu pengetahuan karena sudah tidak konsentrasi pada keilmuan namun kepada otoritas Agama.
Selesai masa Hellenisme dan Romawi, disusul lah dengan masa Patristik. Pada masa ini (kira-kira abad ke 8) bapak-bapak Gereja ada yang memilih menerima filsafat Yunani dan ada yang menolak mentah- mentah, karena dianggap berbahaya  bagi iman para penganut agama kristen.
Setelah itu munculah zaman pertengahan, yang disebut dengan Skolastik. Zaman ini menggambarkan bahwa ilmu pengetahuan pada abad ini diajarkan oleh sekolah-sekolah gereja. Sejak saat inilah filsafat Barat menjadi antroposebtris, yang bebas mengadili dan menghakimi segala sesuatu yang dihadapinya. Pada saat ini juga filsafat dan agama mulai mencair.
Pada 1561 M dimulailah masa Filsafat Modern yang mana filsafat telah ditinggalkan oleh ilmu-ilmu alam. Bahkan , para ilmuwan sendiri sangat terpukau dengan keberhasialan ilmu pasti dan ilmu alam, sehingga timbullah gagasan baru yang diterapkan dalam Filsafat. Manusia mulai merasakan kemandirianya karena sudah terikat dengan dogma agama.
Kini ilmu telah mengkolaborasi ruang lingkupnya, menyentuh sandi-sandi kehidupan umat manusia yang paling dasar, baik individual maupun sosial memiliki dampak yang sangat besar.Â
Ada 3 anggapan Koento (1988:5) : Pertama, ilmu sangat berkaitan satu sama lain. Kedua, Â semakin memudanya batasan sehingga membuat bebas dan melibatkan ilmuwan dengan etika dan moral. Ketiga, dengan adanya implikasi yang begitu luas dengan kehidupan manusia, timbul pula permasalahan akan makna ilmu itu sendiri sebagai yang membawa kemajuan atau sebaliknya.
Cabang filsafat adalah filsafat ilmu sebagai lanjutan dari perkembangan filsafat pengetahuan. Yang objek sasarannya adalah Ilmu tentang Ilmu. Perkembangan selanjutnya filsafat mengarahkan pandanganya pada strategi pengembangan ilmu, bersangkutan juga dengan etik dan heuristik, bahkan sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap arti dan makna bagi kehidupan manusia.
Objek kajian filsafat ilmu ada 3, diantaranya Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi. Ontologi merupakan azas dalam menetapkan batas ruang lingkup  wujud yang menjadi objek penelaahan serta penafsiran tentang hakikat realitas (metafisik).Â
Ontologi meliputi permasalahan apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan itu, yang tidak terlepas dari pandangan tentang apa dan bagaimana yang ada itu. Epistomologi adalah cabang filsafat yang meyelidiki asal-muasal, meode-metode dan sahnya ilmu pengetahuan.Â