Indonesia sering disebut sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Sejak era baru, masyarakat Indonesia mempunyai lebih banyak kebebasan untuk menyatakan pendapat mereka secara terbuka. Selain itu, pemilihan umum di Indonesia juga menjadi lebih terbuka, hal ini bertujuan untuk menumbuhkan kepercayaan publik terhadap proses demokrasi di Indonesia. Serta sistem politik yang membuka ruang bagi banyak partai untuk berperan aktif dalam pemerintahan, sehingga masyarakat memiliki lebih banyak pilihan dalam menentukan wakil mereka.
Meski demokrasi kita makin maju, ada masalah besar yang harus kita hadapi, seperti bagaimana cara supaya hukum di negara ini benar-benar ditegakkan dengan adil?
Demokrasi itu seharusnya menjadi fondasi untuk hukum yang kuat, tapi kenyataannya seringkali tidak sesuai harapan. Jadi, menurut kamu nih, kira-kira sekarang kita lebih mengejar demokrasi atau hukum yang adil? kalau dilihat dari beberapa teori hukum dan demokrasi seharusnya sejalan. Dengan demokrasi, rakyat memiliki hak untuk memilih pemimpin, dan hukum yang berfungsi untuk memastikan bahwa para pemimpin bertindak dengan adil dan bertanggung jawab. Hukum menjaga keadilan dalam tatanan demokrasi, menjamin bahwa tidak ada orang, termasuk penguasa, yang kebal terhadap hukum.
Namun, kenyataan di Indonesia hukum seringkali tidak berjalan semestinya. Seringkali ada konflik antara keinginan untuk menegakkan hukum dan kepentingan politik. Tekanan dari pemerintah dan masalah korupsi sering memengaruhi proses hukum dan mmebuat hukum sulit untuk ditegakkan. Karena itu, muncul pertanyaan: Apakah penegakan hukum di Indonesia dihambat oleh demokrasi yang kita anut?
Menjaga independensi lembaga penegak hukum adalah tantangan terbesar dalam upaya menegakkan keadilan di Indonesia. Institusi demokrasi seperti kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan seharusnya beroperasi tanpa campur tangan politik. Namun, di Indonesia, sering kali terjadi sebaliknya. Tekanan dari pihak legislatif atau eksekutif dapat mempengaruhi jalannya proses hukum, terutama dalam kasus yang melibatkan politisi atau pejabat tinggi.
Misalnya, ada banyak kasus di mana penegakan hukum terlihat tidak konsisten, terutama ketika melibatkan tokoh-tokoh politik penting. Tekanan politik sering kali mengakibatkan keputusan hukum yang berpihak atau bahkan menutup kasus tertentu. Ini menunjukkan bahwa pengaruh politik terus mengganggu independensi hukum di Indonesia.
Korupsi adalah salah satu hambatan utama dalam menegakkan hukum yang adil di Indonesia, selain menantang independensi hukum. Meski demokrasi memberi kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dan menyuarakan pendapat, korupsi dalam lembaga penegak hukum mengurangi kepercayaan publik terhadap sistem tersebut. Korupsi di Indonesia telah lama menjadi masalah, bahkan lembaga seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak luput dari tantangan ini. Masalah korupsi ini sudah menjadi kebiasaan buruk di pemerintahan dan lembaga hukum kita. Sulit untuk dihilangkan karena sudah terjadi di mana-mana.
Jumlah kasus korupsi yang signifikan, termasuk yang melibatkan pejabat tinggi negara, menunjukkan betapa sulitnya menjalankan sistem hukum yang adil. Banyak kasus korupsi berakhir dengan hukuman yang ringan atau bahkan tanpa hukuman dalam konteks tekanan politik. Ini memperkuat gagasan bahwa, meskipun demokrasi Indonesia telah berkembang, sistem hukum tetap terjebak dalam pertarungan kekuasaan dan kepentingan pribadi.
Ada banyak kasus, contohnya saja seperti sekarang ini, pada saat musim pemilihan umum, para calon pemimpin seringkali menjanjikan hal-hal yang muluk-muluk untuk menarik perhatian kita. Mereka seringkali membicarakan masalah-masalah yang sedang kita hadapi, tetapi terkadang caranya tidak benar. Misalnya, mereka bisa saja mengabaikan aturan yang ada demi mendapatkan suara kita. Dengan mengatakan bahwa itu "demi kepentingan rakyat", kalau kita terus-terusan membiarkan hal ini terjadi, negara kita akan semakin jauh dari keadilan dan kesejahteraan.
Beberapa kasus penting yang terjadi di Indonesia itu sudah menunjukkan betapa sulitnya menegakkan hukum di tengah dinamika politik yang ada di demokrasi. Misalnya, kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi selama era Orde Baru terus menjadi masalah yang belum terselesaikan hingga saat ini. Banyak pelaku kejahatan HAM masa lalu belum dihukum atau bahkan masih menduduki jabatan publik, meskipun reformasi demokrasi telah membawa banyak perubahan.
Selain itu, kasus korupsi yang signifikan yang melibatkan pejabat tinggi biasanya berakhir dengan hukuman yang ringan atau bahkan sama sekali tanpa hukuman. Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun demokrasi menjanjikan transparansi dan partisipasi masyarakat, proses hukum seringkali tidak mengikuti prinsip-prinsip keadilan.
Lalu, bagaimana cara mengatasinya?
Untuk menyelesaikan masalah ini, sistem hukum Indonesia harus mengalami reformasi atau perubahan yang signifikan untuk memperkuat hubungan antara demokrasi dan hukum. Pertama dan terpenting, Hukum harus benar-benar ditegakkan: Semua orang, tanpa terkecuali, harus dihukum jika melanggar hukum. Ini dapat dicapai dengan memastikan lembaga seperti kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan tidak dipengaruhi oleh kekuasaan politik. Selain itu, peran lembaga independen seperti KPK harus diperkuat dalam hal anggaran, kewenangan, dan perlindungan dari tekanan politik.
Kedua, proses hukum harus lebih jelas. Orang-orang yang bertugas menegakkan hukum harus jujur dan tidak korupsi. Polisi, jaksa, dan hakim harus benar-benar bekerja untuk kepentingan rakyat. Masyarakat sipil dan media sangat penting dalam menjaga jalannya hukum. Agar publik dapat melihat dan mempertanyakan proses hukum, akses masyarakat terhadap informasi tentang kasus-kasus hukum harus diperluas. Dengan demikian, demokrasi dapat membantu penegakan hukum, bukan sebaliknya.
Ketiga, sangat penting untuk melakukan upaya yang signifikan untuk memperbaiki sistem pelatihan dan pemilihan penegak hukum. Ini berarti proses pelatihan dan pemilihan hakim, jaksa, dan polisi harus diperbaiki sehingga mereka dapat bekerja secara profesional, memiliki integritas yang tinggi, dan bertindak secara mandiri. Dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam penegakan hukum, diharapkan sistem hukum dapat ditegakkan dengan lebih baik, sehingga negara demokrasi seperti Indonesia dapat mempertahankan prinsip-prinsip keadilan dan supremasi hukum.
Kesimpulan: Demokrasi atau Hukum?
Pada akhirnya, pertanyaan "Demokrasi atau Hukum?" menunjukkan dilema yang dihadapi Indonesia saat menegakkan keadilan. Meskipun demokrasi memungkinkan kebebasan politik dan keterlibatan rakyat, tanpa hukum yang kuat dan adil, demokrasi itu sendiri dapat hancur. Indonesia masih menghadapi banyak masalah dalam menyeimbangkan demokrasi dan penegakan hukum, seperti korupsi, tekanan politik, dan populisme, yang sering mengancam integritas sistem hukum. Namun, dengan reformasi yang tepat dan komitmen kuat untuk memperbaiki sistem hukum, Indonesia dapat mencapai keseimbangan yang lebih baik. Terlepas dari kekuatan ekonomi atau politik mereka, keduanya harus bekerja sama untuk memastikan keadilan untuk semua warga negara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI