Kegiatan sosialisasi dan pelatihan penyaringan air bersih oleh KKN Kebangsaan Desa Maliku Baru, rampung dilaksanakan pada Minggu (7/8) kemarin.
Syarifah Uyun Ehya selaku anggota dari kelompok KKN Kebangsaan Desa Maliku Baru, menyampaikan materinya terkait peningkatan kualitas air bersih dan metode penyaringan bertingkat sederhana. Materi ini disampaikan kepada perwakilan warga, seperti kepala desa, Ketua RT/RW, PKK, dan badan perangkat desa lainnya.
"Peningkatan kualitas air bersih ini penting dilakukan mengingat air adalah kebutuhan dasar bagi manusia," ujar Syarifah yang juga merupakan mahasiswi Universitas Tanjungpura jurusan Pendidikan Kimia pada Minggu (7/8).
Dalam presentasinya, Uyun menjelaskan lebih lanjut tentang indikasi air bersih serta dampak yang terjadi ketika air memiliki kadar garam yang terlalu tinggi. Indikasi air bersih dapat dilihat dari bentuk fisik, misalnya tidak berwarna, tidak lengket, tidak berasa, tidak terdapat endapan, dan tidak berbau.
Permasalahannya, banyak rumah warga yang terletak di bantaran Sungai Kahayan, acap kali memanfaatkan air tersebut untuk kebutuhan sehari-hari.
"Cuman itu bukan untuk dikonsumsi, tapi kalau kami minum itu air isi ulang. Cuman untuk mandi, untuk cuci, itu aja kegunaannya. Kami pun gak berani juga untuk minum takutnya kalau ada efek samping," Ujar Ketua RT 2B, Hasan, yang juga merupakan peserta pelatihan pada Minggu (7/8).
Dari observasi yang dilakukan oleh peserta KKN, air sungai yang berada di dekat kediaman warga banyak tercemar oleh sampah. Bahkan tak sedikit warga yang membangun kamar kecil untuk buang air kecil atau besar langsung di sungai.
Meski begitu, sosialisasi dan pelatihan ini disambut antusias oleh warga. Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan warga saat acara berlangsung. Dimana mereka ikut terlibat langsung dalam praktik pembuatan penyaringan air bersih sederhana. Bahkan, salah satu warga membawa air dari rumahnya langsung untuk diuji coba.Â
Percobaan yang dilakukan peserta KKN Kebangsaaan Desa Maliku Baru membuahkan hasil cukup bagus. Dimana, air sebelum dan sesudah penyaringan nampak jelas perbedaannya. Terutama pada perbedaan warna, dimana air yang tadinya keruh berubah menjadi lebih jernih.Â
Meski begitu, upaya yang dilakukan oleh warga sering kali mengalami kegagalan. Uyun menjelaskan jika percobaan tersebut memang membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi. Kegagalan bisa jadi disebabkan karena takaran dari bahan-bahan yang kurang pas dan kerapatan antar material.
"Meskipun dalam percobaan yang dilakukan oleh masyarakat kurang berhasil, tetapi cara ini patut untuk terus dicoba dan diuji lagi di depan masyarakat. Dengan begitu, masyarakat dapat mengelola air di rumah mereka secara mandiri dengan bahan sederhana," ujar Yuliati selaku Dosen Pembimbing Lapangan yang turut hadir dalam acara sosialisasi dan pelatihan.
Rencananya, sosialisasi dan pelatihan yang dihadiri oleh perwakilan warga desa ini akan diteruskan lebih lanjut ke tiap-tiap RT Desa Maliku Baru.
"Alhamdulillah berkat dari sini, nanti kami peraktikan juga di rumah nah itu menjadi ilmu pengetahuan bagi kami yang ndak tahu akhirnya jadi tahu. Ya mudah-mudahan dengan adanya ini menambah ilmu pengetahuan kami. Dan kami mengucapkan banyak-banyak terima kasih," tutup Hasan mewakili warga Desa Maliku Baru.
Â
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H