Agus, Hani, Euis, Astri merupakan sahabat yang dipertemukan dari mulai masuk kelas VII. Mereka sebetulnya bukan dari SD yang sama, tetapi mungkin ada beberapa persamaan dalam kegemaran dan kebiasaan. Mereka berempat punya kegemaran yang sama, yaitu membaca buku dan mempunyai kebiasaan yang sama pula, yaitu datang sekolah selalu lebih pagi dari teman-temannya walaupun jarak dari rumah keempatnya ke sekolah cukup jauh. Hal itu, bukan satu alasan untuk mereka semua untuk malas-malasan berangkat ke sekolah, melainkan suatu kenikmatan bisa bersekolah yang jauh.
Hani adalah sahabat Agus yang duduknya berdekatan. Hani duduk persis di belakang Agus. Perangai Hani yang baik, ramah, dan sopan. Hani tinggal dengan neneknya, karena ibu bapaknya tinggal di kabupaten sebelah untuk bekerja. Hani merupakan anak pertama sehingga sifatnya dewasa, baik dalam ucapan ataupun dalam perbuatan. Hanilah yang selalu menjadi penengah dalam setiap percakapan di antara mereka.
Berbeda dengan Astri yang sifatnya sangat rame. Astri itu teman sebangku Hani yang otomatis teman Agus juga. Kalau berbicara Astri itu pasti paling nyerocos di antara semuanya. Dan di antara mereka Astri-lah yang paling berani, baik dalam ucapan ataupun perbuatan. Dia akan dengan sangat berani membantah teman-temannya kalau dia benar dan dia tidak akan malu meminta maaf kalau merasa salah. Makanya di antara mereka Astri dijuluki jubir atau juru bicara (keren kan).
Euis adalah teman mereka yang beda kelasnya, tetapi tidak membuat persahabatan mereka jauh. Mereka saling mengisi antara satu dengan yang lainnya. Sifat Euis yang super kalem yang membuat persahabatan mereka lebih berwarna. Euis akan berbiacara saat seperlunya. Kalau kata Astri sih Euis itu kalau enggak dipukul, ya ... gak akan berbunyi (kaya kendang aja ya).
Selain mereka berempat, ada satu lagi yaitu Lia yang merupakan teman sebangku Euis. Lia itu lebih dinamis dan berjiwa kepemimpinnan. Dia paskibra yang mempunya kegemaran membaca. Jadi, selain dinamis dia juga pintar. Tapi karena sibuk dengan kegiatan paskibranya, maka Lia adalah sosok yang agak jarang ikut wara wiri dengan mereka berempat. Kalau ada yang harus dibicarakan, maka mereka hadir berlima.
Mereka berlima selalu kompak, seperti hari ini mereka kompak bawa makanan untuk makan siangnya nasi timbel dan dadar telur. Setelah selesai salat zuhur, maka mereka berlima duduk di bawah pohon mangga untuk menikmati makan siang. Mereka duduk di kursi yang sudah disediakan.
"Han," Agus memulai percakapan.
"Iya Gus," kata Hani sambil membuka tempat makannya. Dia mengeluarkan sendok untuk mulai makan. "Kenapa?" kata Hani.
"Kamu sudah berapa buku baca dan buat reviewnya?" tanya Agus.
"Aku sudah empat," kata Hani sambil menyendok nasi dan memasukkan ke mulutnya.
"Wah keren," kata Agus. Aku sih baru buku ketiga karena kemarin kan aku tersendat karena kaki sakit, jadi bacanya enggak fokus.