Mohon tunggu...
Ai Sumartini Dewi
Ai Sumartini Dewi Mohon Tunggu... Guru - Humanis, pekerja keras, dan ulet

Hidup yang singkat hendaknya diisi dengan kegiatan yang bermanfaat baik bagi diri sendiri ataupun orang lain. Menulis merupakan salah satu kebermanfaatan hidup. Dengan menulis kita merekam jejak hidup dan mengasah otak supaya tetap tajam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rindu

21 September 2020   20:27 Diperbarui: 21 September 2020   20:29 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terasa hubunganku dengan dia  sudah satu tahun, walau dilalui dengan pasang surut rasa. Aku sudah semakin tahu karakternya dan dia juga sebaiknya. Dia kembali mengunjungiku seminggu sekali. Katanya biar rindunya nggak membatu dan beku. Juga kegiatannya sudah hampir mau selesai.

Sekolahku sudah tinggal ujian dan aku bilang kalau setelah ujian sepertinya aku mau pulang dulu ke rumah ibuku. Sambil becanda dia menanyakan kapan dia kuajak ke rumah dan dikenalkan ke ibu bapakku. Aku tersenyum dan menjawab nanti kalau sudah waktunya. Dia memahami alasanku karena selain rumahku jauh juga pasti belum diperbolehkan oleh bapakku.

" Kapan Ani pulang? " Terus kalau aku rindu gimana? Tanyanya sambil menatapku.

" Mungkin abis ujian " kataku. " Kalau rindu panggil namaku tiga kali"

" An sebelum pulang kita ketemu dulu ya..." pintanya penuh harap. Dan aku mengangguk setuju.

Hari ini terakhir ujianku dan aku janjian bahwa dia akan menjemputku di sekolah. Selepas ujian aku nggak langsung pulang melainkan menunggunya di depan gerbang sekolah. Nggak berapa lama dia datang  dan kami pergi bersama menyelusuri jalan Siliwangi. 

Kami berjalan pelan seolah tak ingin waktu cepat berlalu. Aku menikmati waktuku dengannya dengan segenap hati dan rindu. Dia meyakinkanku kalau setelah pengumuman kelulusan kita mau ketemuan lagi. Kami akan memupuk rindu sampai menjadi biru dan menumpuk asa menjadi rindu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun