Dia tertawa mendengar jawabanku. Dia mungkin mikir, aku bukan nggak berani naik bis tetapi aku nggak berani datang sendiri ke rumah dia. Setelah panjang lebar ngobrol dia mengajakku main ke rumah ibu kostnya waktu PPL dan karena sudah beberapa kali aku nolak, maka aku putuskan mengikuti ajakannya. Ibu kostnya menyambut dia dan menggodaku panjang lebar dan aku menjawabnya dengan senyum. Pikirku biar pendek dan gampang.
Sepulang dari ibu kostnya aku diantar pulang oleh Dia walau aku bilang nggak apaapa nggak diantar juga soalnya kan dia harus kembali balik ke jalan naik bis yang jurusan Sukabumi. Tetapi dianya kukuh mau nganter aku dulu. Ya sudah aku sih ikut saja. Dia bilang sekalian mau ikut solat maghrib dulu di mesjid yang dekat rumah uaku.
Selepas solat maghrib dia pamit mau pulang dan aku mengantarnya sampai jalan dan menunggunya sampai naik bisa. Setelah dia mendapatkan bis, aku langsung pulang ke rumah ua. Tetapi di tengah perjalanan aku bertemu dengan temannya. Kami bercaka-cakap sebentar dan aku melanjutkan perjalanan pulang.
Minggu berganti, bulan berlalu, aku mulai bersikap bijak. Kami sepakat untuk bertemu minggu pertama dan ketiga setiap bulannya, pikirku biar dia juga fokus dengan kegiatannya di sana. Cerita dia akan fokus bimbel agar keinginannya masuk jurusan kehutanan tercapai.Â
Dia masih tetap menggeluti hobinya latihan kempo. Sampai suatu hari dia mengajakku untuk melihatnya latihan dan tanding. Aku awam dengan olah raga itu jadi aku was-was untuk menyaksikannya tanding, walau kata dia sama saja dengan silat ataupun karate. Aku hanya memberi doa restu saat itu karena dengan berbagai pertimbangan kuputuskan untuk tak ikut.
Seminggu setelah rencana tanding dia tak datang menemuiku walau itu jadwal ketemuan kami. Aku tak berpikir macam-maca karena sudah perjajian bahwa kami akan mendengar kabar itu dari diri sendiri baik kabar baik ataupun kabar kurang baik.Â
Minggu berikutnya tetap tidak datang dan aku mulai goyang perasaannya. Aku mikir jangan-jangan dia sakit. Minggu ketiga berlalu dan aku tetap menunggu. Aku berharap rinduku dengan rindunya akan menyatukan kami untuk bertemu.
Pulang sekolah, aku jalan kaki ke terminal joglo dengan langkah gontai. Kutelusuri jalan Siliwangi dengan pelan-pelan. Tanpa lihat kiri dan kanan, sampai di depanku ada orang yang menghalangiku. Saat aku mau mengibaskan tanganku untuk bisa melewatinya, Dia malah membentangkan tangan dan tersenyum padaku.
" Hai Ani, lemes amat jalannya." Ujarnya sambil menggandeng pundakku. Aku yang kaget nggak bisa berkata apa-apa. Dia membawaku ke tempat teduh dan mengajakku duduk di bangku. Aku mengikutinya tanpa berkata sepatahpun.
" An kenapa? " tanyanya setelah aku duduk dan minum ." aku sampai khawatir lihat jalannya.
" Nggak apa-apa , cape abis latihan pramuka." Jawabku masih dengan kekagetanku. " Â kok ada di sini" tanyaku.