Hari itu cuaca sangat cerah. Aku sedang menikmati liburan panjang setelah hari raya di kampung halamanku. Berkumpul dengan ibu, bapak, adik, dan nenekku. Indahnya kampung halamanku itu dikelilingi pegunungan.Â
Sawah membentang di kiri kananku. Kebun teh di depan belakang rumahku. Di temani suara burung yang merdu dari pepohonan aku membersihkan halaman depan rumahku. Maklum rumah di kampung halamannya sungguh luas jadi lumayan cape nyapunya.
Tak berapa lama ibuku memanggilku, ternyata mereka sedang berkumpul di teras belakang rumah sambil minum teh dan goreng pisang. Beliau bilang besok mau ke rumah nenek yang di Kadupandak karena sudah lama nggak berkunjung ke sana. Aku mengangguk tanda setuju untuk ikut. Sekalian silaturahmi dengan keluarga yang lainnya.
Tepat pukul 07.00 kami berangkat menuju Kadupandak naik ojeg langganan ibu dan bapakku. Kami berangkat menggunakan tiga ojeg. Ibu dan adikku yang bungsu, aku dengan adikku yang ketiga, sedangkan bapakku dengan adikku yang kedua.Â
Pemandangan di sepanjang  perjalanan menuju rumah nenekku sungguh menyenangkan. Sejauh mata memandang padi di sawah mulai menguning. Sebagian sudah ada yang dipanen juga. Terlihat para petani sedang menuai padinya.
Tak berapa lama kami sampai di rumah nenekku. Kami disambut nenekkudengan suka cita. Setelah kami bersalaman , kami memasuki rumah dan langsung disuguhi makanan yang beraneka ragam.Â
Nenekku itu rajin dan hobi membuat kue. Mulai dari kue tradisional sampai kue internasional. Yang paling senang tentu adikku karena di rumah nenekkku bebas milih dan makan kue sesukanya.
" Nek boleh nggak makan kue ini?" tanya adikku yang bungsu sambil menatap nenek.
" Tentu boleh, ambil saja mana yang Adi mau."Jawab nenek dengan senyum.
" Terima kasih Nek, " ujar adikku sambil mengambil kue cucur yang dia suka. Kue cucur yang dibuat nenekku memang sangat enak karena semua bahannya asli. Mulai dari tepung ketan asli, gula merah dan minyaknya pun asli dari kelapa bukan beli dari warung. Setelah kenyang adikku pun pergi bermain dengan saudara yang lain.
Sorenya aku berniat main ke rumah teh Minar, karena setelah pindah sekolah aku belum pernah bertemu. Setelah mandi dan solat ashar aku berangkat menuju rumahnya. Dari kejauhan sudah terlihat teh Minar melambaikan tangannya.
"Hai Ani... apa kabar ?" teriak teh Minar sambil berjalan memburuku.
" Hai Teh Min, alhamdulillah kabar baik, teh Min sehat? Kangen banget ih." Aku tak kalan berteriak. Lalu kami berpelukan melepaskan rasa kangen sambil tertawa riang.
" Ayo sini masuk. Kita cerita-cerita." Teh Minar mengajakku masuk rumahnya. Dan setelah aku salaman dengan ibu dan bapaknya , aku langsung masuk ke kamar teh Minar. Kamar yang menyimpan sejuta kenangan saat dulu kami bersekolah bersama.
"Wah Teh, kamarnya baru ya.... tambah betah nih." Ujarku sambil melihat sekeliling kamar dan langsung duduk di kursi di sudut kamar. Dari dulu aku senang duduk di kursi ini karena bisa melihat pemandangan keluar kamar dengan view yang sangat bagus. Pemandangan gunung di sekeluling terlihat sangat indah, terutama bisa sambil melihat sungai yang meliuk- liuk cantikdi sekitarnya.
Di kamar aku bercerita panjang lebar tentang waktu pertama pindah sekolah. Dan teh Minar tertawa mendengarnya. Kami pun bercerita gantian sambil sesekali diselilngi makan kudapan yang dibuat kami berdua.Â
Makanan kudapan kesukaan kami sama yaitu pisang goreng dan teh panas. Pokoknya kalau sudah menemukan makanan itu kami suka lupa diri. Saking asyiknya kami bercerita, hampir kami lupa mau main ke rumahnya Neni.
" An kita keasyikan nih, yu ah kita main ke rumah neni." Kata teh Minar sambil menyuapkan goreng pisang terakhir.
" Iya Teh, ayo kita langsung berangkat." Jawabku sambil keluar kamar berbarengan teh Minar. Lalu kami pergi menuju rumah Neni. Sesampainya di rumah Neni nampak ambu dan abah lagi ngobrol di teras depan.
" Asalamualaikum, " ucap teh Minar dan aku bersamaan.
" Waalaikumsalam, " jawab Abah dan ambu sambil berdiri menyambut kami.
" Wah tamunya sudah datang." Kata ambu sambil menerima salamku dan teh Minar.
" Iya , timpal abah sambil memanggil neni yang tak nampak ada di antara mereka.
" Nen ini ada tamu jauh." kata ambu sambil melongokkan kepalanya ke dalam rumah.
" Iya ambu, ada siapa? Teriak Neni masih dari dalam kamar.
" Coba sini lihat." Ujar abah sambil melirikku.tak berapa lama terdengar Neni keluar dari kamarnya.
" Ah ternyata teh Min dan Ani, Â ayo sini langsung masuk." Ujar neni sambil memelukku. " kangen nih.
" Iya makanya langsung disusul ke sini." Jawabku sambil kami beriringan masuk ke dalam rumah.
" Kapan datang dari tonggoh? Tanya Neni.
" Kemarin pagi." Jawabku.Tadinay mau kemarin sore ke sininya tapi masih cape.
" Iya ya, lagian kemarin akunya nggak ada ." ujar Neni.
"Memang kemarin kemana Nen? Tanya teh Min menimpali
" Kemarin main teh ke rumah Uwa yang di Cikanyere." Jawab Neni. Ih serem tahu.
" Kenapa? Tanyaku.
" Iya lagi di jalan kan aku pakai baju merah, nah ternyata di kebun ada kerbau yang lagi di gembala oleh petani dan kagetnya aku nggak tahu. Kerbau itu hampir mau ngejar aku. "Kata Neni panjang lebar.
"Oh gitu? Kata teh Min, "terus gimana? "
" Untung motor ojegku bisa ngebut, jadi tak terkejar sama kerbau." Jelas neni.
" Ih serem ya..." kataku sambil ngebayangin Neni yang ketakutan kemarin.
Setelah panjang lebar kami ngobrol dan kenyang melepas kangen, kami pun pulang ke rumah masing-masing. Aku sudah ditunggu oleh yang lainnya karena mau makan sore. Kebiasaan di rumah nenek kalau mau makan harus ngumpul dan bareng. Setelah aku datang kami pun makan bersama. Setelah makan kami pun ngobrol ke sana ke mari melepaskan kangen yang terpendam.
Besoknya kami pulang dari rumah nenek naik ojeg yang sama dengan kemarin. Kami dibekali oleh-oleh lebaran oleh nenekku. Katanya buat nanti di rumah Ua. Sampai di rumahku hari sudah menjelang sore. nenekku menyampaikan ada surat dari Ua yang dititipkan pada supir elf dan ojeg. Aku bertanya-tanya surat apa ya Ua sampai harus dikirimkan lewat ojeg. Sambil menerka-nerka aku sampaikan surat itu ke ibuku. Ibuku membukanaya dengan sangat hati-hati.
" Surprise , alhamdulillah An kamu diterima di sekolah yang kamu tuju" kata ibuku berseru sambil mengucap hamdalah.
"Apa mah?" Aku yang duduk tak jauh dari ibuku bertanya.
"Ini ua tuh ngirimin surat kelulusan kamu." Kata ibuku.
" Serius mah?" Aku masih belum percaya. Dan aku mebacanya dengan teliti. Dan ternyata hasilnya betul diterima.
" Besok kita langsung ke Cianjur karena kata ua senin harus daftar ulang." Kata ibuku.
"Iya Mah" jawabku sambil beres-beresin pakaian yang akan dibawa besok. Walaupun mendadak tapi aku sangat bahagia.
" Mah Iin lulus nggak ya..." tanyaku.
" Nggak tahu ya... tapi katanya yang lulus hanya 8 orang." Jawab ibuku.
Hatiku jadi dag dig dug dengan jawaban ibuku dan ingin segera bertemu teman-temanku. Aku penasaran ingin tahu hasil lengkapnya.
Kami berangkat pagi-pagi sekali karena ibu dan bapak ingin sekalian membeli peralatan untuk sekolahku nanti. Sampai di Cianjur kami langsung berbelanja. Dan langsung pergi ke rumah ua.
Setiba di rumah ua aku langsung ke rumah Aryani dan langsung bertanya hasil lengkapnya. Aryani alhamdulillah diterima di SGO. Dan dengan bersedih hati yang dalam aku harus menerima kenyataan kalau aku nggak satu sekolah dengan Iin.Â
Iin diterima di sekolah swasta dengan teman lainnya. Sungguh berat hati ini selain aku bahagia dengan kabarku tapi aku bersedih dengan kabar teman dekatku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H