Sesampai di kostan bukannya tidur tetapi malah kepikiran Ida yang sepertinya sedang dalam suasana nggak nyaman. Dimulai dengan tersinggung oleh ucapan Dodi terus pas dijemput juga seperti ketakutan.
Aku berinisiatif untuk main ke rumh Ida tetapi takut lagi ada kang Wawan. Dalam bingung aku tertidur.
Terbangun oleh adzan ashar dan langsung mengambil air wudlu. Keluar dari kamar mandi aku dikagetkan dengan kehadiran Ida di kamarku. Belum habis kekagetanku, Ida terlihat seperti mau menangis. Aku izin untuk melaksanakan solat dulu dan Ida menagngguk. Selesai solat aku duduk berhadapan dengan Ida.
" Sama siapa Da?" Tanyaku.
" Sendiri." Jawabnya singkat.
" Kok tumben." Tanyaku lagi sambil mencoba tersenyum.
" De, Ida mau putus ah sama kang Wawan." Ujarnya.
" Loh kok putus Da? Kan lagi bahagia-bahagianya." Jawabku sambil melipat mukenaku dan menyimpannya di meja.
" Pokoknya mau putus De. " Nggak enak banget hubungan sama kang Wawan tuh semua serba diatur." Ucapnya.
" Bukannya enak da, kemana-mana ada yang nganter jadi aman." Kataku mencoba menenangkan suasana hati Ida.
" Ih De aja nggak tahu. Nggak enak tahu. " Jawabnya. " Lihat ya besok sudah nggak diantar lagi."