" De aku main dulu ke kostanmu ya..." Ujarnya.
" Ah biasanya juga nggak suka izin kok, datang-datang aja deh." Jawabku sambil nyengir.
Dia tersenyum sambil mengikutiku. Sampai di kostan seperti biasa kami selonjoran di Kasur. Ida bercerita tentang ada beberapa kejadian yang tidak aku tahu.
" De, masih ingat nggak waktu kita main ke Nur? " Tanyanya.
" Masih, kenapa Da? Tanyaku lagi.
" Iya ternyata malamnya Nur datang ke rumah sama kang wawan, main katanya." Ujarnya. Lalu Ida menceritakan keinginan kang Wawan sampai akhirnya disepakati untuk membangun sebuah relationship mereka. Aku sih mengiyakan aja, supaya Ida tidak terlalu larut dan beranggapan negatif terhadap laki-laki. Kata Ida sih setelah obrolan sama aku di angkot waktu itu dia mempertimbangkannya. Walau dalam hati aku masih belum yakin dengan pilihan Ida tetapi untuk pertemanan kami, aku mencoba memahami keinginan dia dan kang wawan. Aku bukan tidak setuju tetapi aku melihatnya agak terburu-buru.
Setelah Ida berceita panjang lebar tentang obrolan mereka hari Minggu, akhirnya dia pulang. Dan aku memberi semangat kepada dia untuk mencoba dengan tujuan lebih baik. Dan Ia pun mengangguk. Setelah hari itu aku bahagia melihat hubungan mereka semakin baik. Setiap hari Ida diantar dan dijemput kang Wawan. Dan mereka kelihatan sangat bahagia
Yang jadi masalah adalah  aku jadi jarang ngobrol sama Ida karena beres  kuliah dia langsung dijemput kang Wawan. Buatku sih nggak apa-apa yang penting Ida bahagia dengan yang dilakukannya. Aku percaya Ida sudah mempertimbangkan banyak hal dengan hubungan mereka ini. Aku nggak pernah cerita ke Ida bahwa di hati keclku ada yang mengganjal. Biarlah itu jadi urusanku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H