Kami ngobrol dengan kang wawan bercerita tentang segala hal. Ternyata kang Wawan itu orangnya baik dan ramah. Baru ketemu sekali  saja sudah akrab dengan kami. Wawasannya luas dan bisa membuat kami ikut tertawa-tawa.
Hari agak sore ketika kami mohon diri untuk pulang. Kami berpamitan ke Ibu dan Ayahnya Nur. Kami naik angkot dan di jalan Ida cerita tentang Kang Wawan  dengan panjang lebar. Ida meminta pendapatku tentang dia. Dan aku baru bisa melihatnya sepintas yang memang kelihatnnya baik dan dewasa. Jadi aku mengatakannya seperti itu.
" Jadi gimana De? " Tanya Ida.
" Tentang ? " Tanya bailk.
" Ih ya tentang dia De, kan kita lagi cerita dia. Aku nggak kuat menahan tawa lihat kekesalan Ida. Aku bukannya tidak paham hanya ingin menggodanya saja.
" Kelihatannya baik Da, tapi aku belum bisa mengatakan yang lain kan De baru ketemu sekarang." Pembelaan tentang ucapanku tadi.
" Iya juga ya. " Jawab dia sambil tersenyum.
" Kenapa? Mau membangun relationship baru Da? Aku bertanya dengan sangat hati-hati, aku nggak mau Ida tersinggung dengan ucapanku . " Kalau menurut aku, mencoba membangun komunikasi nggak apa-apa Da, hanya harus hati-hati." Sengaja aku tekankan kata hati-hatinya.
" Iya De, Ida juga belum berharap jauh sih, hanya mencoba membuka tali silaturahmi aja." Kata Ida dengan yakin.
" Iya Da, bagus. Kita harus hati-hati karena kan baru kenal walaupun teman kang Asep juga." Ujarku lagi. Dan Ida mengangguk mengiyakan. Obrolan terhenti ketika angkot sudah mulai mendekati perhentian dan kami turun. Lalu naik angkot berikutnya dan obrolan disambung dengan santai sampai  akhirnya aku turun depan gang kostanku.
" Aku turun duluan ya..." Ujar aku ke Ida.