Mohon tunggu...
Ai Sumartini Dewi
Ai Sumartini Dewi Mohon Tunggu... Guru - Humanis, pekerja keras, dan ulet

Hidup yang singkat hendaknya diisi dengan kegiatan yang bermanfaat baik bagi diri sendiri ataupun orang lain. Menulis merupakan salah satu kebermanfaatan hidup. Dengan menulis kita merekam jejak hidup dan mengasah otak supaya tetap tajam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menata Hati

25 Juli 2020   07:57 Diperbarui: 25 Juli 2020   07:52 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kami ngobrol dengan kang wawan bercerita tentang segala hal. Ternyata kang Wawan itu orangnya baik dan ramah. Baru ketemu sekali  saja sudah akrab dengan kami. Wawasannya luas dan bisa membuat kami ikut tertawa-tawa.

Hari agak sore ketika kami mohon diri untuk pulang. Kami berpamitan ke Ibu dan Ayahnya Nur. Kami naik angkot dan di jalan Ida cerita tentang Kang Wawan  dengan panjang lebar. Ida meminta pendapatku tentang dia. Dan aku baru bisa melihatnya sepintas yang memang kelihatnnya baik dan dewasa. Jadi aku mengatakannya seperti itu.

" Jadi gimana De? " Tanya Ida.

" Tentang ? " Tanya bailk.

" Ih ya tentang dia De, kan kita lagi cerita dia. Aku nggak kuat menahan tawa lihat kekesalan Ida. Aku bukannya tidak paham hanya ingin menggodanya saja.

" Kelihatannya baik Da, tapi aku belum bisa mengatakan yang lain kan De baru ketemu sekarang." Pembelaan tentang ucapanku tadi.

" Iya juga ya. " Jawab dia sambil tersenyum.

" Kenapa? Mau membangun relationship baru Da? Aku bertanya dengan sangat hati-hati, aku nggak mau Ida tersinggung dengan ucapanku . " Kalau menurut aku, mencoba membangun komunikasi nggak apa-apa Da, hanya harus hati-hati." Sengaja aku tekankan kata hati-hatinya.

" Iya De, Ida juga belum berharap jauh sih, hanya mencoba membuka tali silaturahmi aja." Kata Ida dengan yakin.

" Iya Da, bagus. Kita harus hati-hati karena kan baru kenal walaupun teman kang Asep juga." Ujarku lagi. Dan Ida mengangguk mengiyakan. Obrolan terhenti ketika angkot sudah mulai mendekati perhentian dan kami turun. Lalu naik angkot berikutnya dan obrolan disambung dengan santai sampai  akhirnya aku turun depan gang kostanku.

" Aku turun duluan ya..." Ujar aku ke Ida.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun