Mohon tunggu...
Siti AisyahAdinda
Siti AisyahAdinda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Ahmad Dahlan

Hi readers!

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Taktik Iblis dalam Menggoda Manusia

20 Januari 2025   22:14 Diperbarui: 20 Januari 2025   22:14 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap manusia dalam melaksanakan pengabdiannya kepada Allah SWT. selalu menghadapi berbagai godaan atau gangguan dari Iblis, baik yang berasal dalam diri sendiri maupun dari kekuatan luar yang tak terlihat. Salah satu kekuatan terbesar yang berusaha menjauhkan kita dari kebenaran adalah Iblis, yang dengan berbagai taktik liciknya berupaya menjerumuskan kita ke dalam dosa. Iblis adalah musuh abadi bagi manusia, berusaha untuk menguasai hati manusia dalam upaya menyesatkan dan menjauhkan manusia dari Allah SWT. "Iblis mempergunakan berbagai godaan tipu daya dan muslihat untuk menjerumuskan manusia dalam kehinaan dan kemurkaan Allah SWT" (Hamka & Tafsir, 2017).

Iblis tidak hanya menyerang kita melalui tindakan buruk, tetapi juga menyusup ke dalam pikiran, perasaan, dan keputusan kecil yang lama-lama dapat mengubah arah hidup kita secara signifikan. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengenali dan memahami taktik yang digunakan oleh Iblis, baik segala godaan, tipu daya, serta muslihat untuk menyesatkan kita, agar kita dapat melawan godaan-godaan tersebut dan dapat terhindar dari kemurkaan Allah SWT. dan tetap menjadi makhluk yang mulia.

Iblis dikatakan sebagai syaitan yang paling jahat. Dalam tafsir Ibnu Katsir Juz 1, dijelaskan bahwa sebelumnya Iblis adalah makhluk Allah yang paling banyak beribadah dan memiliki pengetahuan yang sangat luas, serta dikenal dengan nama Azazil. Ibadah dan pengetahuannya bahkan melebihi makhluk lainnya, termasuk malaikat. Meskipun Azazil melaksanakan ibadahnya dengan sepenuh hati, ia tidak menyadari bahwa kekuatan untuk beribadah itu berasal dari Allah. Ketidaksadarannya ini menimbulkan sikap yang bertentangan dengan esensi ibadah, yaitu munculnya rasa sombong dalam dirinya, seolah-olah ia adalah yang paling berhak menduduki posisi tertinggi di antara makhluk-Nya. Kesombongan yang ditunjukkan oleh Azazil akhirnya mengubah namanya menjadi Iblis. Nama Iblis diduga berasal dari kata "ablasa" yang berarti "putus harapan" karena ia telah kehilangan harapan untuk masuk ke surga-Nya (Aham, edisi 81 tahun x, Muharram 1430 dalam buku Marketing Iblis: Strategi dan Program Pemasaran dari Dunia Lain. (2023)).

Iblis muncul pada saat Allah SWT. berada di puncak kemarahan-Nya. Hal ini terjadi karena makhluk tersebut menolak mematuhi perintah-Nya untuk bersujud kepada Adam AS. Dalam konteks ini, surat Al-Kahfi ayat 50 menjelaskan peristiwa tersebut.

"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, Maka ia mendurhakai perintah Tuhannya.  Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah SWT) bagi orang-orang yang zalim".

Dari ayat tersebut, terlihat dengan jelas status "Iblis". Bahwa yang disebut Iblis adalah golongan jin. Hal ini juga mengindikasikan bahwa yang diperintahkan oleh Allah SWT. untuk bersujud kepada Adam AS adalah malaikat dan jin. Kedua makhluk inilah yang menerima perintah untuk bersujud. Dengan demikian, tidak ada makhluk yang bernama Iblis seperti halnya manusia, malaikat, hewan dan lain-lain. Yang ada hanyalah makhluk dari golongan jin (Hakim, 2017).

Sebuah dialog yang terjadi antara Iblis dan Allah SWT. ketika Iblis menolak untuk bersujud kepada Adam AS.

"Allah SWT. berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Iblis menjawab, "Saya lebih baik daripadanya.  Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah." (Q.S Al-A'raf; 12).

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa yang menyebabkan Iblis tidak mau bersujud kepada Adam AS adalah lantaran Adam diciptakan dari tanah, sementara ia sendiri diciptakan dari api. Menurut pandangan Iblis, api memiliki derajat kemuliaan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanah.

Setelah diketahui bahwa iblis adalah bagian dari golongan jin. Maka selanjutnya, dalam benak penulis terdapat kegelishan. Kegelisahan tersebut adalah "Bagaimana Iblis dapat menggoda dan membisikkan hati manusia yang sering dikatakan oleh Al-Qur'an?".

Untuk menjawab pertanyaan yang diajukan penulis di atas, ada baiknya kita merujuk pada kisah penciptaan Adam. Setelah Allah SWT menciptakan Adam, Ia meminta kepada malaikat dan jin untuk bersujud kepada Adam. Malaikat dengan segera tunduk dan mematuhi perintah tersebut. Namun, tidak demikian halnya dengan jin, yang menolak untuk bersujud kepada Adam. Yang karena keengganan ini, Allah SWT kemudian menyebutnya dengan nama Iblis. Jin pun kemudian terlibat dalam perdebatan dengan Allah SWT. Selanjutnya, ketika Adam dan Hawa tergoda untuk memakan buah terlarang, sosok yang menggoda mereka tidak lagi disebut sebagai "iblis" melainkan "setan". Sebutan ini biasanya digunakan untuk menggambarkan prinsip kejahatan.

Prinsip kejahatan ini akan selalu menggoda manusia. Prinsip kejahatan ini pulalah yang diinformasikan oleh Al-Qur'an dalam surah An-nas ayat 4, yang berbunyi:

"Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia".

Hal ini menunjukkan bahwa godaan kejahatan akan selalu berusaha menggoda hati manusia. Siapakah yang menjadi pelaku godaan ini? dalam surat An-Nas ayat enam tersebut jelas terlihat bahwa yang akan membisikkan kejahatan berasal dari kalangan jin dan manusia.

Bahkan Ibn Katsir dalam tafsirnya menyatakan, bahwa ayat keenam dari surat An-Nas merupakan penjelasan dari ayat yang berbunyi " ", yaitu merujuk pada bisikan kejahatan dalam hati manusia yang berasal dari setan-setan, baik dari kalangan manusia maupun jin. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT:

"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)." (Q.S Al-An'am; 112).

Ayat ini menunjukkan bahwa "iblis" atau "setan" yang sering disebut dalam Al-Qur'an hanyalah simbol. Kedua istilah tersebut melambangkan sifat jahat (buruk) yang ada dalam diri manusia.

Dengan demikian, setiap peran dan aktivitas manusia selalu mencerminkan adanya kejahatan. Setiap perbuatan jahat yang terjadi di dunia ini, tak terhindarkan, akan melibatkan andil iblis yang berkontribusi dalam terciptanya kejahatan. Selain itu, tindakan individu juga bisa membawa mereka pada jalan kejahatan atau dosa, terutama ketika mereka membiarkan diri dipandu oleh hawa nafsu. Api kejahatan dan permusuhan akan terus dijaga oleh iblis. Ia akan senantiasa menggoda manusia melalui berbagai celah kehidupan, sehingga mereka terperosok ke dalam jurang kehinaan. Hal ini bahkan diakui oleh iblis sendiri dalam Al-Qur'an.

Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. (Qs. Al-A'raf (7): 16)

Menurut Hamka, dalam ayat ini, Iblis tidak menunjukkan penyesalan atas hukuman yang dijatuhkan oleh Allah SWT kepadanya. Bahkan, Iblis dengan tegas bersumpah untuk menghalangi manusia dari mengikuti jalan Allah SWT yang lurus (Hamka & Tafsir, 2017).

Ayat di atas menjelaskan ancaman yang dilontarkan Iblis kepada Adam AS. dan keturunannya. Setelah Allah SWT. menjatuhkan hukuman kepada Iblis akibat sifat angkuh dan sombongnya, Iblis bersumpah untuk berusaha sekuat mungkin menghalangi anak-cucu Adam AS. dari mengikuti jalan yang benar, yaitu jalan yang diridhoi oleh Allah SWT. dan yang akan mengantarkan mereka kepada kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam al-Qur'an sebagai berikut:

Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)." (Qs. Al-A'raf(7): 17)

Dengan adanya keinginan iblis yang demikian, Allah SWT. memberikan petunjuk kepada anak cucu Adam agar tidak terperangkap dalam fitnahnya. Iblis akan senantiasa menggoda dan memusuhi mereka. Allah SWT. mengingatkan manusia bahwa hanya dengan iman dan takwa kepada-Nya, serta beristiqamah dalam berbagai keadaan, mereka dapat terlindungi dari berbagai bujuk rayu iblis. Dengan cara yang sama, Al-Qur'an mendorong umat manusia untuk menjauh dari godaan nafsu dan bisikan setan. Oleh karena itu, manusia seharusnya selalu menempuh jalan yang benar, yang dalam istilah al-Qur'an dikenal sebagai al-sirt al-mustaqm.

Menurut Hamka (2017) "Artinya setelah keinginan itu diberikan kepada Iblis, untuk menghalangi manusia di dalam menempuh jalan Allah yang lurus, Iblis menyatakan rencananya kepada Allah SWT.: "Aku akan mendatangi mereka dari hadapan mereka dan dari belakang mereka, dan dari kanan mereka dan dari kiri mereka." Artinya dari segala pelosok aku akan datang menghalangi jalan mereka, sehingga tidaklah mereka aku biarkan berjalan di atas jalan itu dengan mudah. "Dan tidaklah akan engkau dapati kebanyakan mereka itu berterimakasih".

Menurut Hamka dalam Tafsir al-Azhar, Iblis akan berusaha menghalangi setiap jalan lurus yang dilalui oleh manusia, datang dari segala arah untuk menggagalkan usaha mereka. Ia tidak membiarkan manusia menapaki jalan yang benar dengan mudah, sehingga banyak di antara mereka yang tidak bersyukur kepada Allah SWT. Iblis merasa bahwa menghalangi anak cucu Adam AS. dari jalan yang lurus saja belum cukup. Oleh karena itu, ia akan mendatangi dan menyerang dari segala penjuru---dari depan, belakang, kanan, maupun kiri---mencari celah untuk mengeksploitasi kelemahan yang ada pada Adam AS. dan keturunannya.

 

Daftar Pustaka

 

Hakim, N. (2017). Ontologi Iblis dalam Al-Qur'an. Dialogia, 15(1), 151. https://doi.org/10.21154/dialogia.v15i1.1189

Hamka, M., & Tafsir, D. (2017). Tinjauan Al-Qur'an Terhadap Godaan Iblis dan Setan... Heryadi, 16(1), 91--104.

http://www.ibnukatsironline.com/2015/05/112-113-dan-demikianlah-kami-jadikan.html

Marketing iblis : Strategi dan Program Pemasaran dari Dunia Lain. (2023). Airlangga University Press. Airlangga University

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun