Prinsip kejahatan ini akan selalu menggoda manusia. Prinsip kejahatan ini pulalah yang diinformasikan oleh Al-Qur'an dalam surah An-nas ayat 4, yang berbunyi:
"Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia".
Hal ini menunjukkan bahwa godaan kejahatan akan selalu berusaha menggoda hati manusia. Siapakah yang menjadi pelaku godaan ini? dalam surat An-Nas ayat enam tersebut jelas terlihat bahwa yang akan membisikkan kejahatan berasal dari kalangan jin dan manusia.
Bahkan Ibn Katsir dalam tafsirnya menyatakan, bahwa ayat keenam dari surat An-Nas merupakan penjelasan dari ayat yang berbunyi " ", yaitu merujuk pada bisikan kejahatan dalam hati manusia yang berasal dari setan-setan, baik dari kalangan manusia maupun jin. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT:
"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)." (Q.S Al-An'am; 112).
Ayat ini menunjukkan bahwa "iblis" atau "setan" yang sering disebut dalam Al-Qur'an hanyalah simbol. Kedua istilah tersebut melambangkan sifat jahat (buruk) yang ada dalam diri manusia.
Dengan demikian, setiap peran dan aktivitas manusia selalu mencerminkan adanya kejahatan. Setiap perbuatan jahat yang terjadi di dunia ini, tak terhindarkan, akan melibatkan andil iblis yang berkontribusi dalam terciptanya kejahatan. Selain itu, tindakan individu juga bisa membawa mereka pada jalan kejahatan atau dosa, terutama ketika mereka membiarkan diri dipandu oleh hawa nafsu. Api kejahatan dan permusuhan akan terus dijaga oleh iblis. Ia akan senantiasa menggoda manusia melalui berbagai celah kehidupan, sehingga mereka terperosok ke dalam jurang kehinaan. Hal ini bahkan diakui oleh iblis sendiri dalam Al-Qur'an.
Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. (Qs. Al-A'raf (7): 16)
Menurut Hamka, dalam ayat ini, Iblis tidak menunjukkan penyesalan atas hukuman yang dijatuhkan oleh Allah SWT kepadanya. Bahkan, Iblis dengan tegas bersumpah untuk menghalangi manusia dari mengikuti jalan Allah SWT yang lurus (Hamka & Tafsir, 2017).
Ayat di atas menjelaskan ancaman yang dilontarkan Iblis kepada Adam AS. dan keturunannya. Setelah Allah SWT. menjatuhkan hukuman kepada Iblis akibat sifat angkuh dan sombongnya, Iblis bersumpah untuk berusaha sekuat mungkin menghalangi anak-cucu Adam AS. dari mengikuti jalan yang benar, yaitu jalan yang diridhoi oleh Allah SWT. dan yang akan mengantarkan mereka kepada kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam al-Qur'an sebagai berikut:
Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)." (Qs. Al-A'raf(7): 17)