Mohon tunggu...
A Iskandar Zulkarnain
A Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Bankir - SME enthusiast, Hajj and Umra enthusiast, Finance and Banking practitioners

Iskandar seorang praktisi Keuangan dan Perbankan yang berpengalaman selama lebih dari 35 tahun. Memiliki sejumlah sertifikat profesi dan kompetensi terkait dengan Bidang Manajemen Risiko Perbankan Jenjang 7, Sertifikat Kompetensi Manajemen Risiko Utama (CRP), Sertifikat Kompetensi Investasi (CIB), Sertifikat Kompetensi International Finance Management (CIFM) dan Sertifikat Kompetensi terkait Governance, Risk Management & Compliance (GRCP) yang di keluarkan oleh OCEG USA, serta Sertifikasi Kompetensi Management Portofolio (CPM). Iskandar juga berkiprah di sejumlah organisasi kemasyarakatan ditingkat Nasional serta sebagai Ketua Umum Koperasi Syarikat Dagang Santri. Belakangan Iskandar juga dikenal sebagai sosok dibalik kembalinya Bank Muamalat ke pangkuan bumi pertiwi.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Makan Bergizi Gratis, Solusi Mengubah Food Waste Jadi Harapan Anak Bangsa

26 Januari 2025   10:22 Diperbarui: 26 Januari 2025   10:22 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.mori2a.com/en/dont-stop/news/prodotti/stop-food-waste/

Kelaparan juga masih menjadi persoalan besar di Indonesia, terutama di wilayah miskin dan terpencil. Banyak keluarga yang hanya mampu mengonsumsi makanan rendah gizi karena keterbatasan akses terhadap bahan pangan yang bergizi. Program MBG menjadi solusi strategis yang tidak hanya memberikan makanan, tetapi memastikan bahwa makanan yang didistribusikan kaya nutrisi, sesuai dengan kebutuhan gizi anak-anak.

Dengan pendekatan yang fokus pada redistribusi surplus pangan bergizi, MBG dapat membantu menekan angka stunting. Anak-anak dari keluarga miskin yang selama ini tidak mendapatkan akses protein hewani, sayuran, atau buah-buahan, dapat memenuhi kebutuhan gizi harian mereka melalui program ini. MBG tidak hanya menjadi upaya filantropis, tetapi juga bagian dari strategi nasional untuk memperbaiki kualitas gizi generasi muda.

Hubungan Food Waste dengan Stunting dan Kelaparan

Paradoks antara tingginya food waste dan tingginya angka stunting serta kelaparan di Indonesia menjadi cerminan dari sistem pangan yang belum optimal. Setiap tahun, jutaan ton makanan yang sebenarnya masih layak konsumsi terbuang percuma, sementara jutaan orang di Indonesia, terutama di wilayah terpencil, hidup dalam kondisi kekurangan pangan.

Di sinilah program MBG menemukan relevansinya. MBG menjembatani kesenjangan antara surplus pangan di kota-kota besar dan kekurangan pangan di daerah miskin. Surplus pangan dari restoran, hotel, supermarket, dan pasar tradisional dapat dikumpulkan dan didistribusikan ke kelompok masyarakat yang membutuhkan melalui sistem yang terorganisasi dengan baik. Dengan redistribusi yang tepat, makanan yang selama ini terbuang dapat menjadi sumber gizi bagi anak-anak yang mengalami stunting atau berisiko kelaparan.

Selain itu, MBG juga dapat berperan dalam mengurangi dampak lingkungan dari food waste. Dengan mengurangi jumlah makanan yang berakhir di TPA, program ini turut membantu mengurangi emisi gas metana yang dihasilkan oleh pembusukan makanan.

Solusi untuk Mengatasi Paradoks Melalui Program MBG

Program MBG adalah solusi inovatif yang dapat mengatasi paradoks antara tingginya food waste dan prevalensi stunting serta kelaparan di Indonesia. Program ini tidak hanya berfokus pada mendistribusikan makanan, tetapi juga mengedepankan prinsip keberlanjutan dan keadilan sosial.

Pertama, MBG dapat membangun sistem redistribusi pangan yang terintegrasi. Dengan melibatkan restoran, supermarket, pasar tradisional, dan sektor pertanian, program ini dapat mengumpulkan surplus makanan yang masih layak konsumsi. Selanjutnya, makanan tersebut dapat disalurkan ke masyarakat miskin melalui jaringan komunitas, sekolah, atau panti asuhan.

Kedua, MBG perlu memastikan bahwa makanan yang didistribusikan memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, terutama anak-anak. Fokus pada pangan bergizi seperti protein hewani, sayuran, dan buah-buahan akan membantu meningkatkan kualitas gizi anak-anak dan mencegah stunting. Program ini juga dapat bekerja sama dengan ahli gizi untuk memastikan distribusi pangan sesuai dengan kebutuhan.

Ketiga, MBG dapat memanfaatkan teknologi digital untuk menghubungkan penyedia makanan dengan komunitas yang membutuhkan. Aplikasi atau platform digital dapat digunakan untuk memetakan surplus makanan dan mendistribusikannya secara efisien. Teknologi ini juga dapat meningkatkan transparansi program dan memastikan bahwa bantuan pangan sampai kepada mereka yang benar-benar membutuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun