Era Baru Trump, Perdamaian Palestina-Israel, dan Strategi Indonesia di Pusaran Rivalitas BRICS-AS
Donald Trump resmi dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat ke-47 pada 20 Januari 2025, menandai kembalinya ke Gedung Putih setelah masa jabatan pertamanya berakhir pada 2021. Dengan kembalinya Trump, dunia menghadapi dinamika baru, terutama terkait kebijakan ekonomi, geopolitik, dan pengaruh Amerika di panggung internasional. Sementara itu, di Timur Tengah, gencatan senjata antara Palestina dan Israel memberikan harapan baru bagi perdamaian, meski tantangan tetap besar. Di tengah rivalitas antara Amerika Serikat dan BRICS, Indonesia perlu memainkan peran strategis untuk menjaga stabilitas dan memperkuat posisinya dalam ekonomi global.
Donald Trump: Kembali ke Gedung Putih
Pelantikan Donald Trump menandai era baru dengan kebijakan yang diprediksi akan membawa perubahan besar, baik secara domestik maupun global. Salah satu prioritas utama Trump adalah merealisasikan rencana pengurangan anggaran pemerintah sebesar USD 2 triliun dalam dekade mendatang. Langkah ini dirancang untuk menekan defisit anggaran, namun juga dapat mengurangi pengaruh global Amerika melalui pemotongan bantuan luar negeri dan alokasi militer.
Program ini diperkirakan akan berdampak pada perubahan kebijakan luar negeri AS, termasuk hubungan dengan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Trump kemungkinan besar akan mendorong kebijakan "America First" dengan fokus pada proteksionisme perdagangan dan pengurangan keterlibatan internasional. Hal ini membuka peluang bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia, untuk memperkuat aliansi dengan kelompok ekonomi alternatif seperti BRICS.
Perdamaian Palestina-Israel dan Dampaknya
Di Timur Tengah, konflik Palestina-Israel kembali memanas dalam beberapa bulan terakhir. Namun, upaya diplomatik dari berbagai pihak akhirnya berhasil mencapai gencatan senjata. Meskipun ini memberikan jeda sementara dari kekerasan, tantangan untuk mencapai solusi permanen masih sangat besar.
Dengan kepemimpinan Trump, peran Amerika Serikat dalam konflik ini mungkin akan berubah. Selama masa jabatan sebelumnya, Trump dikenal sebagai pendukung kuat Israel. Namun, dengan tekanan anggaran yang besar, kontribusi Amerika terhadap bantuan kemanusiaan di Palestina atau dukungan militer untuk Israel dapat berkurang.
Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memiliki peluang untuk meningkatkan perannya dalam proses perdamaian ini. Dukungan diplomatik dan kemanusiaan Indonesia untuk Palestina, melalui Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dapat menjadi salah satu cara untuk memperkuat posisinya di dunia internasional. Selain itu, dengan pengurangan keterlibatan Amerika, Indonesia dapat mendorong solusi multilateral yang lebih inklusif.
BRICS dan Posisi Strategis Indonesia
Di tengah rivalitas antara Amerika Serikat dan BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa), Indonesia menghadapi tantangan sekaligus peluang. BRICS terus memperkuat posisinya dalam ekonomi global, termasuk dengan mendorong penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan untuk mengurangi dominasi dolar AS. Kembalinya Trump dengan pendekatan proteksionisnya kemungkinan akan memperkuat urgensi negara-negara BRICS untuk memperluas aliansi mereka.
Bagi Indonesia, hubungan dengan BRICS membuka peluang baru dalam mendiversifikasi mitra dagang dan sumber investasi. Pemerintah dapat memanfaatkan momentum ini untuk menjalin kerja sama strategis dalam sektor energi, teknologi, dan perdagangan halal. Namun, Indonesia juga perlu menjaga hubungan erat dengan Amerika Serikat sebagai mitra dagang utama dan sumber investasi besar, terutama dalam sektor infrastruktur dan teknologi.
Efek Pengurangan Anggaran AS bagi Indonesia
Program pengurangan anggaran Trump sebesar USD 2 triliun akan berdampak langsung maupun tidak langsung bagi Indonesia, antara lain:
1.Pengurangan Bantuan Ekonomi: Bantuan luar negeri dari Amerika Serikat, termasuk proyek pembangunan dan pendidikan, kemungkinan akan berkurang.
2.Perubahan Pola Investasi: Dengan prioritas anggaran domestik, investasi Amerika di luar negeri, termasuk di Indonesia, bisa mengalami penurunan.
3.Peluang dari BRICS: Indonesia dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkuat kerja sama dengan negara-negara BRICS sebagai alternatif pembiayaan dan mitra dagang.
Untuk menghadapi situasi ini, Indonesia perlu mengoptimalkan potensi ekonominya, termasuk melalui diversifikasi mitra dagang, investasi dalam energi terbarukan, dan digitalisasi ekonomi. Pemerintah juga harus mendorong kebijakan yang seimbang antara menjaga hubungan strategis dengan Amerika dan memperluas kerja sama dengan aliansi seperti BRICS.
Kesimpulan
Kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih, gencatan senjata Palestina-Israel, dan dinamika rivalitas BRICS-Amerika Serikat membawa tantangan sekaligus peluang baru bagi Indonesia. Dalam situasi ini, diplomasi yang seimbang dan strategi ekonomi yang adaptif menjadi kunci untuk memastikan Indonesia tetap kompetitif di tengah perubahan global. Dengan memanfaatkan peluang dari BRICS, menjaga hubungan strategis dengan Amerika, dan memperkuat sektor domestik, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemain utama dalam tatanan ekonomi dunia yang terus berkembang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI