Mengapa Bukalapak, Mantan Unicorn Indonesia, Menyatakan Tutup?
Bukalapak adalah salah satu pionir dalam ekosistem startup Indonesia yang mencatatkan jejak bersejarah dalam transformasi digital Tanah Air.
Didirikan pada tahun 2010 oleh Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Fajrin Rasyid, Bukalapak awalnya dirancang sebagai platform marketplace yang memungkinkan pedagang kecil dan menengah untuk memasarkan produk mereka secara online.
Dengan visi memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Bukalapak berkembang menjadi lebih dari sekadar marketplace, melainkan simbol kebangkitan ekonomi digital Indonesia.
Dalam perjalanan awalnya, Bukalapak membangun reputasi sebagai pelopor transformasi UMKM ke era digital.
Program inovatif seperti Mitra Bukalapak dirancang untuk menjangkau pedagang tradisional, seperti warung dan toko kelontong, yang sebelumnya kurang terintegrasi dengan teknologi modern.Â
Melalui pendekatan ini, Bukalapak berhasil menjangkau jutaan pengguna di seluruh Indonesia, terutama di kota-kota kecil dan daerah terpencil, sebuah pencapaian yang menjadi keunggulan kompetitifnya di antara pemain lain di pasar e-commerce.
Keberhasilan Bukalapak tidak hanya terlihat dari pertumbuhannya yang pesat, tetapi juga dari kemampuannya menarik perhatian investor besar.
Pada tahun 2017, Bukalapak resmi menyandang status unicorn, yaitu perusahaan rintisan dengan valuasi lebih dari 1 miliar dolar AS, berkat suntikan modal dari berbagai pemodal ventura, termasuk Emtek Group.
Keberhasilan ini menempatkan Bukalapak di puncak lanskap startup Indonesia, sejajar dengan nama-nama besar seperti Tokopedia dan Traveloka, yang juga menyandang status unicorn di waktu yang sama.
Puncak perjalanan Bukalapak terjadi pada tahun 2021, ketika perusahaan ini mencetak sejarah sebagai unicorn pertama Indonesia yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).