Kondisi perekonomian nasional dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global. Apabila terjadi goncangan pada perekonomian global, hal tersebut dapat mempengaruhi kondisi perekonomian di Indonesia. dalam mengatasi dampak dari adanya goncangan tersebut diperlukan berbagai kebijakan yang efektif dan efisien baik kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal. Kebijakan moneter digunakan pemerintah sebagai pengendali inflasi yaitu stabilitas harga. Maka dari itu, diperlukan adanya mekanisme transmisi kebijakan moneter beserta instrumen yang digunakan.
Terkait masalah inflasi yang menjadi sasaran kebijakan suku bunga Bank Indonesia, terdapat dua teori yang digunakan, yaitu teori kuantitas yang menekankan pada peranan jumlah uang yang beredae dan harapan (ekspektasi) masyarakat terkait kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi. Yang kedua, teori structural yang menyatakan bahwa inflasi bukan semata-mata disebabkan oleh fenomena moneter, tetapi juga disebabkan oleh fenomenna structural. Dimana hal ini terjadi di negara-negara berkembang yang pada umumnya masih bercorak agraris maupun yang berhubungan dengan luar negeri, misalnya term of trade, utang luar negeri dan kurs valas dapat menyebabkan fluktuasi harga di pasar domestic.
Perubahan yang terjadi pada kebijakan moneter seperti penurunan suku bunga SBI akan menyebabkan suku bunga lainnya seperti suku bunga kredit maupun suku bunga simpanan menurun. Kondisi tersebut juga berdampak pada harga aset yang dapat berdampak pada investasi maupun konsumsi rumah tangga.
Terdapat lima jalur yang digunakan oleh bank sentral dalam transmisi kebijakan moeneter untuk mencapai target inflasi, yaitu jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset dan jalur ekspektasi.
Indonesia dengan perekonomian terbuka telah menetapkan kebijakan Inflation Targeting Framework (ITF) dan menganut floating exchange rate system yang menjadi peran jalur nilai tukar dapat mempengaruhi stabilitas harga akibat adanya aktivitas ekonomi luar negeri dan dalam negeri sebagai perekonomian terbuka. Pengaruh nilai tukar terhadap inflasi juga dapat terjadi baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pengaruh secara langsung terjadi karena perkembangan nilai tukar yang mempengaruhi pola pembentukan harga oleh perusahaan dan ekspektasi inflasi dalam masyarakat, yang khususnya terhadap barang dan jasa yang diimpor dari luar negeri baik sebagai barang jadi maupun bahan baku dan barang modal.
Sedangkan untuk pengaruh secara tidak langsung terjadi karena perubahan nilai tukar yang mempengaruhi khususnya pada komponen ekspor dan impor dalam permintaan agregat. Perekmbangan ini pada akhirnya akan menentukan besarnya tekanan inflasi dari sisi kesenjangan output.
Dalam perekonomian terbuka, inflasi juga berpengaruh pada situasi perdagangan internasional, yaitu kondisi impor dan ekspor. Globalisasi ekonomi telah memberi dampak pada meningkatnua konektivitas dan interdependensi pasar dan bisnis dengan menghapus pembatasan dan hambatan pada pertukaran produk.
Ekspor merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang diandalkan penduduk di seluruh dunia karena dapat berkontribuso terhadap pertumbuhan ekonomi. Peningkatan ekspor juga memberikan jaminan stabilitas ekonomi keuangan di suatu negara. Akan tetapi, peningkatan ekspor tidak hanya memberikan manfaat bagi ekonomi tetapi juga dapat meningkatkan tekanan inflasi dalam perekonomian karena adanya peningkatan permintaan agregat.
Meningkatnya inflasi secara mendadak dan besar di suatu negara akan menyebabkan meningkatnya impor oleh negara tersebut terhadap berbagai barang dan jasa dari luar negeri. Sehingga valuta asing diperlukan lebih banyak untuk membayar transaksi impor tersebut. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya permintaan valuta asing di pasar valas. Peningkatan inflasi secara mendadak tersebut, dapat memungkinkan mereduksinya kemampuan ekspor di dalam negeri, sehingga mengurangi supply terhadap valuta asing di dalam negeri.
Selain terhadap ekspor dan impor, nilai tukar riil rupiah terhadap dolar AS juga menjadi faktor yang dapat mempengaruhi cadangan devisa karena setiap perubahan kurs yang terjadi baik yang dipengaruhi oleh faktor domestik, regional maupun luar negeri dapat memberikan pengaruh terhadap cadangan devisa yang dimiliki oleh pemerintah dalam negeri baik berupa jumlah cadangan devisa yang dimiliki maupun utang luar negeri yang dimiliki pemerintah Indonesia. dengan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing juga dapa menyebabkan cadangan devisa semakin berkurang.
Menurut hasil studi menunjukkan bahwa sebelum terjadi krisis pada tahun 1997, transmisi kebijakan moneter melalui saluran nilai tukar bekerja sangat lemah. Hal ini dikarenakan langkah-langkah yang diterapkan oleh Bank Indonesia dalam menjaga nilai tukar dalam kisaran yang telah ditetapkan sesuai dengan sistem mengambang terkendali. Dalam kondisi tersebut, perubahan suku bunga SBI tidak berdampak secara signifikan terhadap nilai tukar dan bahkan nilai tukar itu sendiri bukan merupakan faktor yang dominan yang dapat mempengaruhi inflasi. Kenaikan perbedaan suku bunga dalam negeri maupun luar negeri sebagai akibat suatu pengetatan kebijakan moneter yang cukup efektif dalam menarik arus dana yang masuk dari luar negeri (capital inflows).
Setelah terjadinya krisis, melalui sistem mengambang bebas transmisi kebijakn moneter melalui jalur nilai tukar semakin diperkuat. Hal tersebut terlihat pada peran nilai tukar yang semakin mengalami peningkatan dalam perekonomian. Pengaruh niali tukar terhadap inflasi baik secara langusng maupun tidak langsung sangatlah kuat. Pengaruh secara langsung dinilai lebih besar daripada pengaruh secara tidak langsung. Pengaruh secara langsung nilai tukar terhadap inflasi dapat secara instan dilihat sejak bulan pertama terjadinya perubahan pada nilai tukar. Sedangkan pengaruh secara tidak langsung dapat terjadi dengan lag waktu dua bulan.
Dengan menguat dan stabilnya nilai tukar rupiah dapat berpengaruh pada inflasi yang semakin menurun. Disamping itu, kondisi sosial politi yang semakin stabil  dan terjadi perbaikan dalam prses pemulihan ekonomi di Indonesia juga menyebabkan semakin menguatnya nilai tukar rupiah yang didukung juga oleh kebijakan moneter baik dengan intervensi pasar valuta asing maupun operasi pengendalian moneter. Maka dari itu, pentingnya saluran nilai tukar untuk diperhatikan dalam transmisi kebijakan moneter di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H