Hari sudah sore, sudah waktunya Azizah mengaji. Tak lupa ia mencium tangan bunda, juga mengucapkan salam. Gadis cilik berusia 4 tahun ini pergi ke rumah bu ustadzah Euis. Dengan ceria dan penuh semangat.
Bu Euis memimpin anak-anak berdo’a bersama, sebelum mulai mengaji.
Seperti biasa Eza dan Fandi menganggu teman-temannya. Mereka berdua duduk di kelas 5 SD.
"Eza, Fandi. Duduk yang rapi, ya. Kalian berdua harus bisa menjadi contoh yang baik untuk adik-adik disini."
“Iya, Bu,” mereka menjawab serempak.
Azizah memperhatikan mereka sambil tersenyum. Anak ini selalu mendapatkan giliran pertama saat mengaji. Karena kata bu Euis, Azizah tidak pernah ribut dan selalu duduk rapi saat menunggu.
Dalam perjalanan menuju ke tempat mengaji. Azizah menangkap seekor kunang-kunang. Kemudian menyembunyikan didalam kedua telapak tangan. Sesekali Azizah mengintip ke dalam tangannya. Kunang-kunang itu berkelap-kelip, indah sekali.
"Azizah bawa apa? lihat dong," pinta kak Puput.
Azizah menyembunyikan tangannya ke belakang. Ia bahkan menolak saat dipanggil bu ustadzah untuk maju ke depan. Karena tak mau melepaskan kunang-kunang dalam genggamannya.
Dia kembali mengintip dari celah jemari. Gelap, tak ada cahaya.
Kemana kunang- kunangnya? Ketika Azizah membuka tangannya, ternyata hewan itu sudah tergeletak lemas. Azizah menangis tersedu-sedu. Merasa berdosa karena membuat kunang-kunang yang cantik ini mati.
“Lain kali, Azizah tidak boleh menangkap hewan yang hidup bebas di alam ini. Mereka juga makhluk Allah, harus disayangi dan dijaga,” nasehat bu ustadzah Euis.
Setelah sampai di rumah. Serta merta Azizah berlari ke kamar. Meneruskan tangisan karena sangat sedih dengan kepergian si kunang-kunang.
“Kenapa sayang?” Selidik bunda Azizah perlahan. Azizah memeluk erat bunda, sambil bercerita.
“Sudahlah, anak Bunda tidak boleh menangis lagi. Azizah sekarang minta maaf kepada Allah, karena tidak sengaja membuat kunang-kunang mati. Kemudian berjanji untuk tidak mengulangi lagi,” kata bunda sambil mengusap sayang kepala Azizah.
"Fan, ikut aku ya," pinta Eza,"ke kebun belakang komplek."
"Enggak ah, aku takut," tolak Fandi.
"Awas kalau gak mau," Eza mengepalkan tangan ke arah Fandi.
Fandi akhirnya setuju karena takut dengan ancaman Eza. Mereka mengambil toples tempat dia menaruh kelereng. Eza menumpahkan isinya.
"Assalamu'alaikum, Bunda Azizah," seru mereka serempak.
"Wa’alaikum salam. Eh ada Kak Eza dan Kak Fandi," jawab bunda.
"Ini buat Azizah," Eza memberikan toples bening yang sekarang berisi puluhan kunang-kunang.
"Lho, kenapa kunang-kunangnya ditangkap? Kan kasihan Kak, mereka juga ingin hidup bebas seperti kita.”
"Saya diancam, Bunda. Sama Eza," cetus Fandi. Disambut tatapan tajam dari temannya itu.
"Anak sholeh tidak boleh mengancam teman. Lebih baik meminta tolong dengan sopan,” ujar bunda lagi.
Lalu Azizah keluar dari kamar. Wajahnya terlihat kembali bersedih.
"Azizah takut kunang-kunangnya mati lagi. Kasihan mereka," tegas Azizah, "Kita lepaskan saja, ya Kak?" pintanya.
Eza dan Fandi saling berpandangan. "Ya sudah tidak apa apa, mau dilepasin dimana?" jawab Eza mantap.
"Di halaman belakang saja yuk," ajak Azizah sambil berlari. Eza dan Fandi mengikutinya.
Mereka bertiga membuka tutup toples. Lalu puluhan kunang-kunang satu demi satu terbang. Terus membumbung menuju langit sampai akhirnya menghilang. Menakjubkan, seakan mempunyai taman bintang di halaman rumah.
Sambil berjanji di dalam hati masing-masing. Untuk selalu menyayangi dan menjaga makhluk ciptaan Allah S.W.T.
###
Penulis memiliki nama pena Ani Wijaya. Seorang ibu dari dua orang putri, Deby Aziza dan Dheara Nurfauzia.
Bekerja di SDI Al Fathiyah, Jakarta Timur. Sebagai tenaga administrasi.
Silahkan Add Facebook, Ani Wijaya. Juga Twitter @Aishanoviani. Atau kunjungi blog Aishanoviani.wordpress.com. Serta google Account, aishanoviani@gmail.com.
Terus berkarya. Salam setiap hari bersama pena.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H