Penulis : Aisha Adha Ainiya, Alika Nadyarani Az-Zahra, Azka Jiara Sakinah.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang setiap individu tentu saling membutuhkan satu sama lain, untuk tetap bisa menjaga tali persaudaraan dan kebersamaan antara sesama maka kita perlu menerapkan sikap saling menghormati, menghargai. Hal tersebut perlu diterapkan saat sedang berkunjung ke rumah seseorang baik itu hanya sekedar bercakap sebentar atau menghadiri acara tertentu. Bertamu telah menjadi adat masyarakat Indonesia untuk menyambung silaturahim, di agama Islam terdapat ajaran yang membahas bagaimana memperlakukan satu sama lain dengan sumber ajaran yang berkaitan dengan sunnah dan pedoman alquran dalam menjalankan berbagai macam kehidupan.
Contohnya pada perkataan Rasulullah SAW yang mengajarkan adab kepada para sahabatnya. Abu Said al-Khudri berkata: "Ketika kami sedang duduk-duduk di masjid, tiba-tiba Rasulullah SAW keluar dan ikut duduk bersama kami. Maka seketika itu juga kami tidak bergerak seolah-olah di atas kepala kami ada burung yang sedang hinggap, dan tidak ada seorangpun dari kami yang berbicara." Berdasarkan perkataan di atas menunjukan bahwa adab menjadi salah satu bentuk pendidikan yang perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bekal untuk mewujudkan manusia yang berakhlak baik.
Secara bahasa, adab berasal dari kata addaba-yu' addibu-ta'dib yang artinya pendidikan sopan santun. Mengacu pada pengetahuan yang dapat menjaga diri dari segala sifat yang salah. Adab juga dapat dikatakan sebagai etika, yakni istilah bahasa Arab yang berarti adat kebiasaan. Kata ini menunjukan pada suatu kebiasaan, etika, pola, tingkah laku yang dianggap sebagai model (Bahri, 2012).
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ الْكَعْبِي أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ جَائِزَتُهُ يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ
وَالضَّيَافَةُ ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ فَمَا بَعْدَ ذَلِكَ فَهُوَ صَدَقَةٌ وَلَا يَحِلُّ لَهُ أَنْ يَثْوِيَ عِنْدَهُ حَتَّى يُخْرِجَهُ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت حَدَّثَنِي مَالِكٌ مِثْلَهُ وَزَادَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Sa'id bin Abu Sa'id Al Maqburi dari Abu Suraih Al Ka'bi, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya dan menjamunya siang dan malam, dan bertamu itu tiga hari, lebih dari itu adalah sedekah baginya, tidak halal bagi tamu tinggal (bermalam) hingga (ahli bait) mengeluarkannya." Telah menceritakan kepada kami Isma'il dia berkata; telah menceritakan kepadaku Malik seperti hadits di atas, dia menambahkan; "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya berkata baik atau diam." (Musthofa, S. A. H. N., Fikra, H., Widarda, D., & Mudis, H. 2022 :589)
Hadits di atas menunjukan adab bagi orang yang dikunjungi bahwa pentingnya untuk memuliakan yang bertamu, selain itu sebagai tamunya juga perlu menerapkan adab ketika bertamu sebagai bentuk balasan atau pencerminan etika atau adab yang baik kepada orang lain, berikut adalah beberapa bentuk adab bertamu berdasarkan hadits :
1) Mengucapkan salam dan berjabat tangan
Rasulullah bersabda, "Apabila kamu saling jumpa, maka saling mengucapkan salam dan bersalam-salaman, bila saling berpisah, maka berpisahlah dengan ucapan istigfar" (HR Al-Tahawi).