Mohon tunggu...
Aisah Nurlaela
Aisah Nurlaela Mohon Tunggu... Guru - Guru bahasa Indonesia

Aisyah Nurlaela, mengajar bahasa Indonesia di SMP Islam Cendekia Cianju kab Cianjur.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Memupuk Syukur, Menjaga Raga, Mematri Rasa Empati

9 Juli 2022   15:25 Diperbarui: 9 Juli 2022   15:30 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gamis  dan kerudung  pun berhasil di sobek dengan golok  dan saya bisa terlepas dari "jeratan" Roda motor, sehingga hanya tersisa sedikit kerudung saja di kepala yang saya semat memakai bros.
Sedangkan baju gamis yang panjang menggulung sudah tidak ada, Alhamdulillah saya memakai inner atau daleman  yang panjang juga sehingga saya masih bisa menutup aurat saat itu.

Rasa sakit baru saya rasakan ketika saya mulai dibopong ke pinggir jalan dan duduk di sebuah bangku milik bengkel motor.
Orang-orang masih bergerombol mau melihat dan mengetahui kejadian dan  keadaan saya.
Saat itu ada seorang ibu-ibu yang sangat setia menolong, mengelus dan menemani sampai akhirnya saya bisa berangkat untuk berobat, dia menunggu di sana sampai adzan tiba dan menyuruh saya untuk berbuka.


Alhamdulillah saya menyelesaikan puasa saat itu sampai waktu azan tiba, suami saya menyodorkan segelas air mineral, saya pun meminumnya dan baru sadar jika kerongkongan ini sangat kering, mungkin karena saya banyak merintih dan menangis karena rasa yang tidak karuan sakitnya saat itu.

Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan tangan ini, seolah dia bergerak-gerak sendiri dengan uratnya, membuat saya takut dan ngeri sendiri merasakannya.

Suami menelepon saudara untuk menjemput dan ketika menunggu itu terasa lamanya bukan main karena  selain sakit yang dirasa juga pikiran saya melayang kemana-mana takutnya terjadi apa-apa dengan tangan ini karena selain sakit, kram dan juga kesemutan itu menjalar mulai bahu hingga ke jari-jari.

Saat kakak perempuan saya datang dengan mobil menjemput, saya benar-benar tidak sanggup untuk berjalan, tetapi digandeng atau di digotong pun saya tak sanggup juga karena benar-benar sakit tangannya kalau dipegang.

Akhirnya dengan pelan-pelan saya berjalan dan berhasil naik mobil.
 Kami menuju klinik ahli terapi, dan mendapatkan pertolongan. Saat itu saya dinyatakan patah tulang dan membuat saya Shock.

Ketika pulang ke rumah, kondisi tangan sudah agak membaik, tidak terlalu sakit dan bisa saya pangku dengan tangan kanan,  mungkin efek dari pertolongan terapis.

Namun apa yang terjadi ketika ba'da isya, saya melonjorkan badan untuk istirahat, nah saat itu saya tidak bisa apa-apa, tangan bengkak dan tidak bisa digerakkan sama sekali, saya tidak bisa pindah ke mana-mana, ke kamar, ke kursi, bahkan ke kamar mandi saya tidak mampu bangun!

Besoknya dengan rekomendasi dan masukan dari kepala sekolah dan juga teman-teman saya dibawa ke Rumah Sakit,  ternyata setelah dilakukan rontgen, memang benar ini patah tulang atau yang biasa disebut dengan Fraktur humerus (cedera /patah tulang yang terjadi pada tulang humerus akibat benturan keras) namun saya tidak sanggup untuk menjalani operasi saat itu harus di pasang pen di dalam tangan dan juga saya harus operasi lagi untuk mengeluarkan pen itu setelah sembuh.
Tak kebayang bagaimana sakitnya dan bagaimana perawatannya ketika ada benda asing di dalam tubuh.
Saya putuskan untuk berobat alternatif ke terapi patah tulang saja.

Tak terasa saat ini sudah memasuki bulan ke 3 lebih. tulang lengan saya sejak satu bulan pun katanya sudah rekat lagi. tidak banyak obat kimia yang saya konsumsi hanya mungkin saat itu saya mengkonsumsi waktu pulang dari rumah sakit saja selama dua hari. Untuk pengobatan dari dalam berikutnya  dari bulan pertama sampai sekarang saya mengkonsumsi herbal untuk mengatasi sakit dan meremajakan sel-sel dan peremajaan tulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun