Mohon tunggu...
Aisah Anastasia
Aisah Anastasia Mohon Tunggu... Mahasiswa - 22107030030_UIN Sunan Kalijaga

PRACTICE MAKES PERFECT

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Fenomena Quiet Quitting bagi Generani Milenial dan Gen-Z

17 Maret 2023   09:44 Diperbarui: 17 Maret 2023   09:58 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sempat ramai di media sosial pada Tahun 2022, quiet quitting atau suatu kebudayaan di tempat kerja terutama bagi para generasi milenial dan gen Z.

Quiet quitting tidak melulu berhenti bekerja atau biasa disebut dengan resign. Tak hanya itu quiet quitting juga merupakan trend untuk menetapkan suatu batasan dunia kerja agar Work Live Balance.

Quiet quitting ini akan memberikan ruangan kepada para pekerja agar dapat memikirkan aktivitas selain juga, tidak hanya sibuk dengan pekerjaan.

Trend quiet quiting ini berbanding terbalik dengan trend hustle culture yang di mana hustle culture merupakan suatu trend yang mendorong para pekerja agar terus bekerja tanpa mengenal waktu istirahat yang cukup. Sedangkan quiet quitting merupakan suatu budaya kerja di mana seseorang tetap memikirkan waktu untuk diri sendiri atau waktu istirahat namun juga tetap bekerja keras, yang artinya 50:50.

Seorang pekerja yang berpatok pada budaya quiet quitting akan tetap menyelesaikan pekerjaan tetapi mereka juga ada batasannya dalam bekerja sehingga itu tidak mengakibatkan mereka untuk resign melainkan bekerja dengan sewajarnya atau sesuai porsi.

Sehingga, quiet quitting ini tidak akan menyebabkan seorang pekerja merasa bosan terhadap pekerjaannya karena mereka menginginkan suatu kehidupan yang seimbang antara pekerjaan dengan aktivitas lainnya.

Bahkan sejak pandemi covid-19 dengan adanya Work From Home (WFH), mereka merasa bekerja lebih santai sehingga mengaburkan tanggung jawab dalam pekerjaan karena jam kerja yang tidak teratur hingga tidak jelas. Kemudian terjadilah burnout atau stress karena kelelahan dari segi fisik emosional dan juga mental pada saat bekerja. 

Hal ini biasanya relevan dirasakan oleh generasi milenial dan generasi Z sehingga mental mereka merasa lebih baik dan lebih sehat.

TANDA-TANDA QUIET QUITTING

1. Bekerja sesuai dengan jam yang telah ditetapkan.

     Bekerja hanya sesuai dengan jam kerja yang telah ditetapkan. Tidak membalas pesan dan email yang dikirimkan di luar jam kerja.

2. Tidak menunda waktu pulang kerja atau bisa pulang lebih awal.

3. Pasif berdiskusi

4. Tidak menepati agenda meeting

5. Performa kerja menurun

6. Kurangnya kontribusi tim

7. Terlalu sibuk dengan pekerjaan diri sendiri.

KELEBIHAN dan KEKURANGAN

Quiet quitting ini sering dianggap buruk oleh atasan tetapi duit keriting memiliki dampak positif bagi para pekerja di antaranya: 

1. Bisa melakukan pekerjaan sampingan

2. Dapat mengeksplorasi diri hingga mencari kemampuan yang belum dimiliki

3. Waktu berkumpul dengan teman atau keluarga yang cukup

4. Waktu istirahat yang tergolong cukup

Namun selain memiliki dampak positif, quiet quitting juga memiliki dampak negatif, yaitu:

1. Merasa kurang bersemangat

2. Mudah terkena PHK

3. Tidak mudah untuk mencapai tujuan impian

4. Kurang merasa puas dengan apa yang telah dikerjakan

Agar terhindar dari quiet quitting, para pekerja lebih baik melakukan kerjasama dengan pekerja lainnya agar terbentuknya win-win solution.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun