Banyaknya para pendidikan yang tidak paham dan kurang mempraktikkan ilmu pendidikan dalam pendidikan ini banyak memunculkan beberapa kejadian yang melecehkan hakikat pendidikan itu sendiri. Inilah yang menurut Prayitno disebut sebagai kecelakaan dalam pelaksanaan pendidikan. Kecelakaan pendidikan dapat berbentuk pelecehan dan penganiayaan terhadap peserta didik yang berakibat lambatnya bahkan hilangnya kesempatan hak-hak pendidikan peserta didik. Tidak boleh masuk sekolah karena tidak bayar SPP, tidak memakai baju seragam, dimarahi dan dihukum karena terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, di skors atau dikeluarkan dari sekolah, semuanya merupakan kecelakaan dalam pendidikan.
Kedua faktor sebagaimana yang diungkapkan oleh Prayitno diatas sudah selayaknyalah menjadi perhatian yang serius bagi kita jika ingin membangun pendidikan yang berkualitas dan bermartabat. Mengingat kedua faktor tersebut sangat mendasar, maka paradigma pendidikan idealnya berorientasi pada penguatan kompetensi para pendidik secara teoritis maupun praktis yang meliputi pemenuhan ilmu pendidikan. Selain itu juga, praktik pendidikan juga seharusnya memandang sisi humanisme setiap individu (peserta didik), sehingga akan meminimalisir munculnya dehumanisasi dalam pendidikan.
Urgensi Pendidikan atau pentingnya pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah kondisi dimana pendidikan menjadi sesuatu hal yang sangat penting  untuk dilaksanakan sehingga dapat memaksimalkan semua unsur yang ada dalam pendidikan untuk mengembangkan potensi diri sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara"
Pendidikan di Indonesia tampaknya masih menjadi salah salu polemik yang selalu terjadi secara terus menerus. Eksistensi dunia pendidikan di Indonesia dianggap kurang memiliki konsistensi dan semangat juang yang tinggi, hal tersebut dapat dirasakan melalui adanya regulasi kurikulum baru yang selalu berubah ubah pada tiap zamannya.
Pendidikan itu harus fokus pada dua dimensi, yaitu esoteris atau jasmaniah dan rohani, maka belum terwujudnya formula pendidikan budi pekerti yang barangkali perlu diperbaiki supaya pendidikan kita bisa seimbang antara rohani dan jasmani, pendidikan ini ternyata menuju kepada Ki Hajar Dewantara, bahkan beliau menomorsatukan batin itu sebagai pendidikan utama, baragkali di dunia pendidikan urusan batin sedikit tersentuh. Seharusnya ini dibangun sebagai pendidikan yang menyeluruh," ungkapnya.
Perlu disadari, pembelajaran di sekolah semakin berkembang. Di mulai dari pembelajaran tradisional, yang memiliki ciri-ciri tradisional konservatif berkembang menuju ke sistem pembelajaran modern, yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan kemajuan zaman. Dalam tahap-tahap perkembangan itu, terdapat perubahan-perubahan dalam sistem pembelajaran dengan semua aspek dan unsure-unsurnya. Jadi, perkembangan pembelajaran itu sejalan dengan perkembangan sekolah. Belajar merupakan aktifitas yang dilakukan oleh siswa dalam rangka membangun makna atau pemahaman. Karenanya dalam belajar guru perlu member motivasi kepada siswa untuk mengunakan potensi dan otoritas yang dimilikinya untuk membangun suatu gagasan.
Pencapaian keberhasilan belajar tidak hanya menjadi tanggung jawab siswa, tetapi guru ikut bertanggung dalam menciptakan situasi dan dorongan prakarsa, motivasi untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Adapun prinsip pembelajaran menurut Basyiruddin yaitu;
a.Memunculkan Minat dan Perhatian
Minat dan perhatian merupakan suatu gejala jiwa yang selalu bertalian. Seorang peserta didik yang memiliki minat dalam belajar, akan timbul perhatiannya terhadap pelajaran yang diminati tersebut. Akan tetapi perhatian seseorang kadang kala timbul dan adakalanya hilang samasekali. Suatu saat peserta didik kurang perhatiannya terhadap penjelasan yang diberikan oleh guru di muka kelas bukan disebabkan dia tidak memiliki minat dalam belajar boleh jadi ada gangguan dalam dirinya atau perhatian lain yang mengusik ketenangannya diruang kelas atau metode yang diterapkan oleh guru tidak pas dengan naluri anak tersebut
b.Memberikan motivasi
Prinsip pembelajaran diharapkan memberikan motivasi atau dorongan yang timbul dalam diri seseorang, di mana seseorang memperoleh daya jiwa yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang timbul dalam dirinya sendiri dinamakan motivasi instrinsik. Sedangkan dorongan yang timbul yang disebabkan oleh adanya pengaruh luar disebut motivasi ekstrinsik.Seorang guru dapat memberikan bermacam-macam prinsip dan metode sebagai motivasi terhadap peserta didik, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal.
c.Memberikan makna yang besar pada pendidik dan peserta didik
Dalam hal ini seorang guru atau pendidik dapat memilih metode mana yang layak dipakai, mempertimbangkan keunggulan dan kelemahannya, serta kesesuaian metode tersebut dengan karakteristik siswa atau ciri-ciri khas materi yang akan disajikan sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.Metodologi pembelajaran turut memberikan distribusi pengetahuan terhadap peserta didik yang nantinya akan menjadi guru/pendidik yang diharapkan.
Oleh karena itu prinsip dan metode harus sesuai dan selaras dengan karakteristik siswa, materi, kondisi lingkungan (setting) di mana pembelajarang berlangsung. Bila ditinjau secara lebih teliti sebenarnya keunggulan suatu metode terletak pada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain tujuan karakteristik siswa, situasi dan kondisi, kemampuan dan pribadi guru, serta sarana dan prasarana yang digunakan. Dengan kata lain perbedaan dan pengunaan atau pemilihan suatu metode mengajar disebabkan oleh adanya beberapa faktor harus dipertimbangkan, antara lain; pertama, tujuan; setiap bidang studi mempunyai tujuan bahkan dalam setiap topik pembahasan tujuan pembelajaran ditetapkan lebih terinci dan spesifik sehingga dapat dipilih metode mengajar yang cocok dengan pembahasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.