Bagaimana bisa dikatakan Pemerintah Indonesia mengalami kekalahan, seperti yang dikatakan Bambang, sementara persidangannya belum selesai.
Bila merujuk pada kedua sumber bantahan terhadap pernyataan Bambang terkini, maka ada dua point yang didapat. Pertama, di Belanda tidak ada sidang yang berkaitan dengan Arbitrase terkait perkara Hesyam Al Warah-Rafaat Ali Rizvi melawan Pemerintah Indonesia.
Kedua, memang ada gugatan terkait point pertama di ICSID di Amerika Serikat, tetapi persidangan belum dimulai, jauh dari adanya keputusan, seperti yang dikatakan Bambang.
Nah, bagaimana Bambang bisa menyatakan Pemerintah Indonesia kalah melawan Hesyam-Rafat di Arbitrase?
Tentu ada kemungkinannya. Pertama, Bambang menjadi hakim yang memutuskan gugatan Hesyam-Rafat vs Pemerintah Indonesia. "Pengadilan arbitrase internasional mewajibkan pemerintah RI membayar Rp 4 triliun kepada Hesham dan Rafat."
Kemungkinan kedua, Bambang mewakili Hesyam-Rafat dan juga mewakili Pemerintah RI. Kemudian, bilang..."ya Pemerintah Indonesia kalah deh.."
Kemungkinan ketiga, tentu berkaitan dengan motif Bambang secara personal atau kelompok.
Entah apa motif yang ada ketika membuat dua pernyataan itu? Hanya dia yang tahu.
Bila motif Bambang mencari sensasi dan popularitas, tentu jauh. Sebab, sosok seorang Bambang sudah melewati tahap itu.
Bila hanya sekali Bambang membuat pernyataan seperti itu, tentu masyarakat bisa memberi maklum, bahwa dia keseleo lidah. Namun, bila sudah berulang, tentu kuat diduga ada sesuatu yang janggal didalam dirinya?
Memang ada pepatah lama yang mengatakan: Keledai yang bodoh saja tidak mau terperosok kedalam lubang yang sama. Tapi, itu Keledai.