Aku tak pernah mendengar apapun tentang hutang-hutang Sukma sebelumnya, aku hanya sebatas tahu jika kondisi ekonomi Sukma yang serba kekurangan. Rumahpun dia tinggal di kontrakan, karena rumah peninggalan neneknya sudah dijual.
Citra Yayasan sebagai tempat belajar anak usia dini dipertaruhkan, di satu sisi kasian dengan Sukma. Dia nekat melakukan Tindakan itu karena terpaksa, terdesak oleh kondisi ekonomi dan mendapat kemudahan dari aplikasi pinjol. Proses belajar anak-anak terhambat karena tidak ada guru yang mengajar, dengan satu orang guru yang ada tentu kewalahan menghadapi 42 orang anak usia dini yang membutuhkan perhatian extra di kelas.
[Kami akan mencari guru pengganti ibu Sukma ya bu, karena Ibu Indah kewalahann mengajar 42 orang anak dalam satu kelas. Jika diliburkan sudah kelamaan].
Tentu saja aku harus menyetujui apa yang diusulkan pengurus yayasan, bagaimanapun juga anak-anak yang belajar di Yayasan Sahabat Anak harus mendapatkan hak mereka untuk belajar. Dan citra Yayasan harus dipulihkan agar orang tua murid yang ada di lingkungan Yayasan tetap mau mempercayakan anak-anaknya untuk belajar di Yayasan Sahabat Anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H