PARA penggila basket NBA di seluruh dunia menyebut mereka sebagai tim terbaik yang pernah ada dalam sejarah. Rekor yang mereka torehkan, diyakini sulit untuk dipecahkan kembali.
Tahun ini, 2015, tepat 20 tahun sejak Chicago Bulls merajai kompetisi bakset di daratan Amerika. Rekor menang-kalan 72-10 menjadi saksi kehebatan banteng-banteng merah di musim 1995/1996. Rekor yang diyakini tidak akan pernah bisa dipecahkan lagi.
Berbicara kehebatan Bulls di musim 1995/1996 memang seperti menjadi pintu pembuka bagi kejayaan klub berlogo banteng tersebut di era 90-an. Setelah sukses dengan three peat (tiga kali juara berturut-turut) pertamanya di awal 90 an, musim 1995/1996 menjadi suatu penanda bahwa skill dan kejeniusan menjadi suatu kesatuan yang dapat membuat sebuah tim mampu mendominasi dan sukses.
Final 1996 menjadi contoh bagaimana skill dan kejeniusan menjadi senjata kehebatan Bulls di musim tersebut. Bagi yang ingat final tersebut, pasti akan tersenyum kala Michael Jordan, bintang Bulls, menasehati Garry Payton, point guard Seatlle Supersonic.
Terus diprovokasi Payton sejak dari game pertama hingga game keenam, Jordan hanya membalasnya dengan kalimat yang sangat menohok. "Kamu kan baru pertama kali main di final. Jadi lebih baik nikmati saja pertandingan ini," demikian balas Jordan atas provokasi Payton.
Hasilnya, Bulls dengan mudah menghancurkan Sonics dengan skor 4-2 dalam seri best of seven, sekaligus merebut gelar juara keempat mereka setelah musim 91, 92, dan 93.
Memang, sosok Jordan menjadi faktor penting bagi kedigjayaan Bulls di era tersebut. Comeback-nya dia setelah sempat mundur pada 1994 karena masalah keluarga (ayahnya tewas tertembak), membuat Bulls kembali menemukan mesin utama dalam tim mereka.
Ya, selain adanya sosok Scottie Pippen dan si bengal Dennis Rodman, kehadiran Jordan kembali membuat Bulls berjalan di jalur yang semestinya. Arahan-arahan dari sang maestro Phil Jackson mampu diterjemahkan dengan Jordan untuk kemudian disebarkan ke banteng-banteng Bulls lainnya.
Lihat saja formasi triangle offense racikan Jackson yang menjadi formasi menakutkan bagi lawan-lawan Bulls kala itu. Dengan Jordan sebagai poros, serangan Bulls menjadi tersusun rapih, enak dilihat, dan pastinya sangat mematikan.