Kamipun kemudian berpisah pulang ke rumah masing-masing. Meski kami sudah duduk di bangku SMP, tetap saja cerita Ade tadi membuat kami ketakutan. Saya yang ikut menjaga di luar pagar rumah Pak Firman pun ikut khawatir. Saya takut akan mendapat giliran didatangi kuntilanak di dalam mimpi.
Sambil bergegas pulang ke rumah, ketakutan-ketakutan tersebut terus menghantui saya. Bayangan segarnya es kolang-kaling yang dibuat Ibu tadi siang tidak lagi membuat saya bernafsu untuk menunggu waktu berbuka.
-------
"Kamu nggak siap-siap taraweh ke masjid Zal?", tanya Ibu kepada saya. "Bapakmu udah jalan tuh sama Pak Naryo."
"Kepala saya pusing Bu. Nanti mau taraweh di rumah saja," jawab saya.
Ibu yang paling tahu kalau saya sedang mempunyai masalah langsung menatap saya. "Ada apa Rizal? ayo cerita," tanyanya dengan suara lembut.
Sebagai anak yang sangat dekat ke Ibu, saya akhirnya berkata jujur. "Saya takut Bu. Teman-teman didatangi kuntilanak di mimpi mereka, karena mencuri tebu di kebun belakang rumah Pak Firman."
"Loh kenapa takut memang kamu ikut mencuri tebu?", tanya Ibu masih dengan suara yang lembut.
"Tidak Bu. Saya cuma ikut menjaga di luar pagar. Mengawasi kalau-kalau ada orang lewat. Tapi saya takut karena saya juga ikut terlibat," jawab saya sambil menunduk.
"Bagus kalau kamu takut, itu tandanya kamu merasa bersalah," jawab Ibu sambil tersenyum.
Jahitan baju pelanggan yang sedang dipasang kancing pun diletakkannya. Sambil mengusap kepala saya, Ibu kemudian berbicara.