Mohon tunggu...
Airani Listia
Airani Listia Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga dan Freelance Content Writer

Mantan pekerja yang sedang sibuk menjadi emak-emak masa kini. Hobi menyebarkan kebaikan dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Refleksi Hari Ibu 2024: Sebutan Wonder Woman, dan Sosok Ibu

23 Desember 2024   13:48 Diperbarui: 23 Desember 2024   13:46 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ucapan Hari Ibu (Sumber: Pexels/George Dolgikh)

Kemarin malam saya melihat banyak sekali ucapan selamat dan terima kasih yang disampaikan melalui media sosial dari seorang anak kepada ibunya. Siapa yang tidak mengetahui? Tanggal 22 Desember merupakan hari yang penuh makna, diperingati sebagai Hari Ibu di Indonesia.

Selamat Hari Ibu, terima kasih Ibu, maafkan aku, Ibu. Kata-kata seperti itu berseliweran di media sosial. Namun, saya sendiri lupa mengucapkan selamat kepada ibu saya. Ketika mengingatnya, sudah hampir jam setengah sebelas malam.

Ya, walaupun terlambat dan tidak direspon, saya tetap mengucapkannya di malam hari. Selamat Hari Ibu, Eyang Uti. Ibu yang dulu menjadi ibu dari empat orang anak, kini telah menjadi eyang atau nenek dari tiga orang cucu laki-laki yang super imut dan lucu.

Ibu Bukan Wonder Woman

Banyak orang yang memberikan label wonder woman, ibu serba bisa, multitasking, padahal ibu cuma seorang manusia biasa. Ibu bisa merasa sedih, kecewa, dan wajar apabila pernah marah. Ibu juga dapat merasa lelah, dan memerlukan istirahat yang cukup untuk memulihkan tenaga setelah bekerja, baik itu sebagai ibu rumah tangga, maupun ibu pekerja.

Ibu hanya seorang manusia biasa. Ibu bisa karena belajar, bisa karena terbiasa melakukan kegiatan rumah tangga setiap hari. Bukan seorang wonder woman yang memiliki kekuatan super.

Kekuatan dan ketangguhan yang dimiliki seorang ibu ada karena keinginannya untuk melindungi anak. Kecepatan dan ketelitian yang dimiliki seorang ibu ada untuk memastikan segala kebutuhan keluarga terpenuhi.

Ibu memasak di rumah untuk memastikan ayah dan anak mendapatkan makanan bergizi. Ibu mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga agar rumah untuk berteduh keluarga terawat dengan baik. Agar rumah menjadi tempat ternyaman saat pulang. Ibu memberikan kasih sayang dan perhatian agar keluarga bahagia.

Semua yang dilakukan ibu hari ini, dulu mungkin tidak ada dalam bayangan. Ibu dulu juga seorang anak, sama seperti kamu. Yang selalu mendapatkan perhatian, kasih sayang, selalu disiapkan makanan, dan selalu memanggil ibu saat membutuhkan sesuatu.

Setelah dewasa, perempuan harus belajar menjadi seorang ibu. Belajar memasak, belajar mengurus anak, belajar mengurus rumah, dan belajar memahami segala hal, termasuk memberikan pendidikan yang baik agar anak kelak menjadi orang yang bermanfaat.

Saya dulu pernah memanggil ibu dengan sebutan wonder woman, tetapi setelah merasakan menjadi seorang ibu, rasanya saya ingin berkata bahwa ibu bukan wonder woman. Ibu butuh kamu, anak-anaknya yang memberikan perhatian kecil. Ibu butuh ayah yang dapat menjadi pendengar segala keluh kesahnya, dan sedikit membantu pekerjaan rumah tangga.

Pada usia 27 tahun, saya masih merasa kesal atas ketidakhadiran ibu saat saya membutuhkannya, saat saya harus bertanya mengenai hal sensitif seputar perempuan, seperti menstruasi. Saya terkadang berdebat karena berbeda pendapat. Dalam sekejap, semua berubah ketika saya melahirkan anak pertama. Hanya satu kata yang ingin diucapkan, 'maaf'.

Saya baru menyadari tidak mudah menjadi ibu, setelah mengalaminya sendiri, setelah memiliki anak. Anak mama yang tidak pernah ke dapur, harus belajar memasak. Anak mama yang tidak pernah sekali pun memegang bayi, harus menggendong, memberikan ASI eksklusif, dan mencurahkan kasih sayang pada bayi. Anak mama yang jarang mencuci pakaian, kini setiap hari berkecimpung dengan dapur, pakaian kotor, jemuran, dan alat-alat kebersihan.

Anak mama harus belajar menjadi ibu yang baik, belajar tanpa henti karena setiap tumbuh kembang anak, dan waktu yang berbeda, akan selalu ada perubahan. Belajar, belajar, dan terus belajar menjadi ibu yang baik bagi seorang anak. Dan belajar menjadi istri yang baik untuk suami.

Saat anak terluka, maka yang dimarahi pertama kali adalah ibu. Ketika anak mendapatkan nilai buruk atau melakukan hal buruk, maka yang disalahkan selalu ibu. Sekarang coba pikirkan sekali lagi, apakah semuanya merupakan tanggung jawab ibu? Tidak, mendidik dan mengurus anak merupakan tanggung jawab orangtua, ibu dan ayah. Seluruh pekerjaan rumah tangga juga milik bersama.

Hanya tiga peran ibu yang tidak akan pernah bisa digantikan atau dilakukan bersama, yaitu mengandung, melahirkan, dan memberikan ASI eksklusif pada bayi. Selain itu, maka sepatutnya dilakukan bersama, bekerja sama dengan baik sebagai keluarga, ibu, ayah, dan anak.

Jika sekarang kamu sedang bersama ibu, maka peluk ibumu. Jika kamu tak pernah sekali pun berkata sayang, sekarang curahkan segala rasa sayangmu pada ibumu. Jika kamu melakukan kesalahan pada ibu, maka jangan ragu untuk meminta maaf. Ini waktu yang tepat untuk mengungkapkan segalanya.

Mengungkapkan rasa terima kasih kepada ibu atas segala yang telah diberikan. Kamu tahu mengapa? Karena kamu tidak akan pernah bisa mengembalikan atau pun membalas segalanya yang diberikan ibu. Kasih sayang, perhatian, dan semuanya, tidak bisa diganti dengan uang.

Jangan pernah menganggap ibumu seorang wonder woman karena ibu adalah manusia. Ibu butuh kamu, dan orang-orang yang menyayanginya. Ibu butuh kasih sayang, seperti saat ibu memberikan kasih sayang padamu. Ibu butuh waktu untuk bersenang-senang, dan waktu yang berkualitas untuk menghibur diri ketika dalam kesedihan atau kehampaan.

Jika kamu hanya mengucapkan selamat di media sosial, maka saatnya kini kamu mengucapkan langsung secara nyata dengan ketulusan hati kepada ibumu, Selamat Hari Ibu!

Ibu, kamu memang hebat, kamu yang terbaik. Namun, apabila kamu sedih, maka menangislah. Apabila kamu marah, maka jangan tahan amarahmu. Kami siap mendengarkan. Hanya itu yang bisa kami lakukan, anak-anakmu tersayang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun