Orang dianggap sebagai penderita alzheimer, apabila mengalami tiga hal berikut. Pertama, penurunan fungsi kognitif atau daya ingat, penurunan kemampuan bahasa, hingga tak dapat mengambil keputusan. Kedua, tidak bisa melakukan pekerjaan sehari-hari yang tadinya mudah dilakukan mereka. Ketiga, mengalami gangguan perilaku atau emosional.
Kondisi kepikunan atau demensia yang parah, tentu tak bisa dianggap biasa. Merawat lansia dengan risiko demensia, memerlukan lebih dari sekadar perhatian sementara. Mungkin hampir sebagian besar waktu, akan kamu habiskan bersama mereka.
Tak jarang dari keluarga dan sanak saudara, mengalami perdebatan panjang. Guna memilih orang terpercaya yang akan merawat lansia dengan risiko demensia, atau sudah berstatus sebagai pengidap demensia.
Memahami proses terjadinya pikun pada lansia, perlu dipahami oleh semua orang dalam keluarga. Tidak hanya oleh orang yang merawat lansia saja. Supaya kita bisa mencegah penurunan daya ingat berlebihan pada orangtua, dan mengambil tindakan tepat dalam perawatan lansia.
Merawat Lansia dengan Suka Hati
Nenek saya termasuk orang yang sering mengasah ingatan di hari tua, mengisi TTS (Teka Teki Silang) menjadi kebiasaannya setiap hari. Seiring usia yang makin menua, daya ingat nenek pun tetap terus menurun.
Ketika nenek saya berusia 78 tahun ke atas, beliau mulai sering lupa nama orang di sekitarnya, tak jarang salah mengenal atau memanggil orang, termasuk cucunya sendiri.
Nenek termasuk orang yang suka bepergian jauh. Sejak tahun 2000 saya tinggal bersamanya, hampir setiap tahun nenek selalu meluangkan waktu bepergian ke Bandung, Solo, Klaten, Jakarta, Bekasi, Tangerang untuk mengunjungi adik, anak, dan cucunya secara bergiliran. Sekaligus, berjalan-jalan dan refreshing.
Agak lupa tepatnya tahun berapa, yang jelas saat itu nenek sudah hampir berusia 80 tahun. Nenek berpamitan pergi ke Bandung, main ke tempat adiknya seperti biasa. Bukannya tiba di Bandung, beliau tersesat entah kemana.
Bersyukurnya seseorang menemukan nenek, menghubungi salah satu anggota keluarga. Kami langsung menjemput, dan berterima kasih pada orang yang menemani nenek.
Sebenarnya, sejak nenek mulai sering lupa, kami sudah sering mengatakan untuk tidak bepergian sendiri. Yah, bagaimana lagi? Keinginan beliau masih ingin terus menjalankan aktivitas seperti biasa. Lupa, kalau kondisi fisik dan ingatan sudah berbeda.