Mohon tunggu...
Airani Listia
Airani Listia Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga dan Freelance Content Writer

Mantan pekerja yang sedang sibuk menjadi emak-emak masa kini. Hobi menyebarkan kebaikan dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pengangguran Meningkat, Penipuan Lowongan Kerja Kian Marak

14 September 2024   21:21 Diperbarui: 14 September 2024   21:33 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi proses rekrutmen kerja I sumber: pexels.com/Sora Shimazaki

Membaca topik pilihan ini membuat saya tergerak, untuk ikut menulis mengenai masalah penipuan lowongan kerja yang kian marak.

Memang tak bisa dimungkiri, kini oknum punya banyak cara untuk menipu. Tidak hanya penipuan melalui kirim link atau apk di WhatsApp, penipuan mengatasnamakan kurir, bahkan menipu orang yang sedang sulit mencari pekerjaan.

Saya pernah dicatut namanya dalam modus penipuan, orang lain mengatasnamakan saya meminta sejumlah uang pada teman lama. Saya juga pernah tertipu melalui modus jual beli barang. Ada sedikit rasa syukur, saya belum pernah terkena modus penipuan lowongan kerja. Dan berharap jangan sampai tertipu.

Sebenarnya apa yang menjadi alasan penipuan lowongan kerja makin merajalela? Penipuan lowongan kerja seperti apa yang perlu diwaspadai?

Lapangan Kerja Menurun, Pengangguran Meningkat

Ada fakta menarik yang saya ketahui melalui berita Kompas.com (24/05/2024), nyatanya hampir 10 juta penduduk gen Z berusia 15-24 tahun berstatus sebagai pengangguran, ini berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengungkapkan, mereka yang menganggur banyak berasal anak muda yang baru saja lulus dari SMA sederajat atau perguruan tinggi.

Dari analisa Menaker Ida, kurang sinkronisasi antara pendidikan dengan permintaan tenaga kerja menjadi alasan pertama yang mengakibatkan pengangguran meningkat.

Kemudian, dari hasil olahan Tim Jurnalisme Data Harian Kompas terhadap data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS), sejak bulan Februari tahun 2009, 2014, 2019, dan 2024 menunjukkan adanya tren penurunan penciptaan lapangan kerja di sektor formal.

Pada periode 2009-2014, lapangan kerja tercipta di sektor formal telah menyerap 15,6 juta orang. Periode 2014-2019, menurun hanya menyerap 8,5 juta orang. Sedangkan periode 2019-2024, penurunan drastis menjadi 2 juta orang saja. Artinya, hanya 2 juta orang beruntung dari puluhan juta pelamar kerja yang berhasil mendapatkan pekerjaan di sektor formal.

Saya pun salah satu pekerja yang memiliki pendidikan tidak sesuai dengan pekerjaan. Saya yang lulusan  S1 Pendidikan, awal karir memilih menjadi customer service, beralih menjadi admin, sampai pernah menjabat posisi supervisor marketplace di tempat kerja sebelumnya.

Banyak orang yang mempertanyakan, mengapa saya tidak melamar menjadi guru saja? Jujur, ini masalah panggilan hati. Saya menyukai pekerjaan yang saat itu saya lakoni. Belajar melayani dengan hati, belajar menjadi seorang admin yang teliti, menganalisa sebuah permasalahan, dan mempelajari banyak hal baru mengenai marketplace.

Masalah semakin menjadi, sejak pandemi Covid-19, kita sangat mengetahui, lapangan kerja semakin menurun. PHK massal dimana-mana, banyak pekerja yang dipaksa mengundurkan diri karena perusahaan tak mampu lagi menggaji. Pabrik banyak tutup, mall sepi, banyak perusahaan yang gulung tikar.

Apa hubungannya dengan kian maraknya penipuan lowongan kerja yang sekarang viral? Nah, coba kamu bayangkan, pekerja tetap yang telah di PHK, tentu tetap membutuhkan pekerjaan baru untuk menafkahi keluarga. Sedangkan, gen Z lulusan baru tetap terus bertambah setiap tahun. Tentunya, pencari kerja lebih mengutamakan menerima orang yang sudah punya pengalaman kerja.

Bagaimana dengan gen Z? Alhasil, jadilah pengangguran meningkat di kalangan gen Z. Mereka yang menganggur, semakin sulit mencari pekerjaan karena saingan pelamar yang memiliki pengalaman kerja sangat banyak. Oknum tertentu, memanfaatkan hal ini, sebagai ladang uang.

Orang yang kebingungan mencari kerja, jika ditawarkan pekerjaan tetap dengan gaji besar, siapa yang bisa menolak? Walaupun dengan syarat, mereka harus membayarkan uang dalam jumlah yang banyak pada oknum tersebut.

Janji hanyalah janji. Mereka tak kunjung mendapatkan pekerjaan, uang sudah terlanjur melayang. Orang yang memilih jalan instan, lebih mudah termakan perangkap penipuan lowongan kerja.

Ada juga modus, pelamar kerja harus membayarkan sejumlah uang guna mengurus kebutuhan administrasi sebelum mereka diterima kerja. Padahal, perusahaan asli selalu menekankan pada pelamar kerja, proses perekrutan kerja yang nyata tidak pernah meminta pelamar kerja membayarkan uang.

Selama saya melamar kerja, dari mulai perusahaan besar sampai saya bekerja di online shop kecil, satu pun tidak ada yang meminta sejumlah uang selama proses rekrutmen. Justru saya bisa menikmati mendapatkan gaji pertama utuh setelah satu bulan bekerja.

Gunakan Data Pelamar Kerja Ajukan Pinjol

Aksi penipuan ini, mungkin sudah kalian dengar beberapa bulan lalu. Pada Kompas.com (9/07/2024), diberitakan seorang karyawan Toko HP di Pasar Grosir Cililitan (PGC), Jakarta Timur, menggunakan data pelamar kerja untuk mengajukan pinjaman online (pinjol). Tak tanggung-tanggung, kerugian mencapai 1 milyar rupiah dari total 26 korban penipuan tersebut.

Kapolres Metro Jakarta Timur, Komisaris Besar Nicolas Ary Lilipaly mengatakan, tersangka penipuan menggunakan modus membuka lowongan kerja di toko ponsel.

Pelaku berpura-pura sebagai penyalur tenaga kerja, meminta data pelamar kerja sebagai syarat lamaran untuk diserahkan pada perusahaan penerima kerja. Juga meminta selfie wajah, menggunakan smartphone milik pelamar kerja menginstal aplikasi pinjaman online. Kemudian, mengajukan pinjaman atas nama korban tanpa sepengetahuan mereka.

Awalnya saya tidak menyangka, satu orang bisa menipu lebih dari 20 orang. Namun, saya memahami, kondisi seseorang yang tidak fokus atau kalut karena menganggur terlalu lama, bisa mengakibatkan penipu melancarkan aksinya dengan mulus.

Sekarang, bagaimana kita memastikan ini asli, atau penipuan lowongan kerja saja? Catat baik-baik!

Pertama, waspada pada lowongan kerja yang tidak jelas kontak dan alamat kantornya. Kedua, jika kamu disuruh membayar sejumlah uang saat rekrutmen, maka jelas itu penipuan. Perusahaan tidak pernah memungut biaya apapun pada saat proses perekrutan kerja.

Ketiga, tidak ada perusahaan yang meminta kalian untuk berselfie menggunakan KTP sebagai syarat perekrutan kerja. Jangan pernah mau membuat video yang melampirkan wajah kalian, atau foto selfie. Bisa jadi digunakan untuk tindak kejahatan.

Keempat, pastikan kamu sudah memeriksa detail perusahaan yang dilamar, dan rata-rata gaji yang ditawarkan. Perusahaan tentu akan memberikan gaji pantas untuk pelamar yang berkompeten. Apabila menawarkan gaji tinggi pada lulusan baru tanpa pengalaman, ini perlu dipertanyakan.

Kelima, kalau kamu menggunakan aplikasi penyedia informasi lowongan kerja, pastikan aplikasi itu legal dan terpercaya. Contohnya seperti Jobstreet, Glints, LinkedIn, dan sebagainya.

Sebelum saya mendapatkan pekerjaan pertama dulu, sembilan bulan lebih menjadi pengangguran. Dengan usaha melamar kerja hampir ke seratus lebih perusahaan melalui aplikasi penyedia informasi lowongan kerja. Mengikuti puluhan event jobfair dan melamar lebih dari puluhan perusahaan setiap eventnya.

Akhirnya, saya diterima kerja pertama di salah satu Bank BUMN sebagai Call Center. Setelahnya, bersyukur mendapatkan pekerjaan dan bos yang baik.

Tidak ada yang instan untuk hasil yang maksimal. Prosesnya memang melelahkan, tetapi asal menikmati proses, saya yakin kamu akan mendapatkan pekerjaan impian.

Jika kamu tidak mendapatkan pekerjaan yang kamu inginkan, coba sukai pekerjaan yang sudah kamu dapatkan. Semua pekerjaan itu baik, berharga, dan selalu punya peran penting dalam perusahaan. Jangan mudah kena rayuan penipu, manisnya hanya di awal!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun