Saat membaca topik pilihan ini, saya langsung berpikir. Mungkin gak ya, saya hidup tanpa smartphone? Kalau bisa, rasanya saya ingin bertepuk tangan dengan sukacita.
Kok gitu? Lha wong saya gak bisa lepas dari smartphone. Smartphone sudah menjadi kebutuhan pokok bagi saya. Hampir setiap hari saya menggunakan smartphone, walau hanya untuk mencari berita terkini. Menulis pun saya menggunakan smartphone.
Tinggalkan dan kurangi mengakses media sosial saya sudah coba, dan berhasil. Namun, apakah bisa menikmati hidup tanpa smartphone?
Dumb Phone, Tren Baru di Eropa dan Amerika
Ada tren unik yang kini makin populer di Eropa dan Amerika. Tren penggunaan dumb phone (ponsel bodoh). Dalam penjelasan Kompas.com (15/06/2024), dumb phone memiliki fitur yang terbatas. Hanya bisa digunakan untuk panggilan suara, mengirim teks, dan melihat peta. Penggunaan handphone ini untuk browsing dan media sosial pun sangat terbatas.
Tren ini sudah masuk ke semua kalangan, dari remaja, anak-anak, hingga orangtua. Banyak orangtua sangat khawatir dengan dampak penggunaan smartphone pada anak, sehingga beralih pada dumb phone. Membiasakan anak menggunakan ponsel biasa.
Kalau di Indonesia, dumb phone mungkin seperti ponsel fitur terbatas yang ukurannya kecil. Masih ingatkah kalian pada Nokia 3310, atau Samsung Keystone? Saya pernah menggunakan handphone seperti itu dulu.
Ponsel seperti itu sangat jarang, bahkan mungkin tidak ada yang menggunakannya sekarang di Indonesia. Dumb phone memang sangat bermanfaat untuk mengurangi screen time. Kemungkinan risiko kecanduan media sosial atau game di ponsel cerdas menjadi berkurang. Kemungkinan orang mengalami gangguan kecemasan karena penggunaan smartphone pun bisa menurun.
Ya, kita sangat mengetahui ponsel fitur dasar fungsinya memang sangat terbatas. Dengan sendirinya mereka akan jenuh, dan mengurangi penggunaan ponsel. Mereka akan mulai memperbanyak kegiatan di dunia nyata, bergaul bersama teman nyata, daripada menggunakan dumb phone.
Namun, rasanya sulit beralih ke ponsel fitur standar untuk warga Indonesia sekarang. Terlebih, para pekerja kantor, anak sekolah yang menggunakan smartphone untuk belajar, gen milenial dan gen Z. Hampir sebagian besar aktivitas harus menggunakan smartphone.