Mohon tunggu...
Airani Listia
Airani Listia Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga dan Freelance Content Writer

Mantan pekerja yang sedang sibuk menjadi emak-emak masa kini. Hobi menyebarkan kebaikan dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Support System Bikin Ibu Makin Sehat Mental, Apa Iya?

13 Mei 2024   20:36 Diperbarui: 14 Mei 2024   09:28 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi support system I sumber: pexels.com/August de Richelieu

Terkadang, support system yang kecil menurut kita, justru sangat dibutuhkan para ibu. Bukan karena mereka terlalu manja, tapi karena menjadi ibu gak semudah bayangan kita.

Saya pernah merasa kesal pada ibu karena sering berbeda pendapat. Ya, wajar saja, hampir lima belas tahun saya tinggal jauh dari ibu. Dituntut menjadi anak pertama yang mengerti keadaan.

Namun, semua pandangan berubah, ketika saya merasakan sendiri begitu rumitnya tugas dan tanggung jawab seorang ibu. Sekarang paham, mengapa ibu begitu sering marah dan cerewet pada kami, anak-anaknya. Makin paham, alasan ibu sesekali menangis

Belum lama ini, sebuah kasus dari Ohio, AS, berhasil menyita perhatian dunia. Tentang balita yang meninggal akibat dehidrasi dan kelaparan, ditinggalkan ibunya selama 10 hari untuk berlibur tahun lalu. Sang ibu mengaku bersalah, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat.

Sisi Lain Dibalik Kasus Memilukan

Ada sisi lain yang perlu diketahui warganet mengenai kasus balita yang meninggal karena ditinggal berlibur selama 10 hari oleh ibunya. Kristel Candelario, ibu balita yang telah meninggal, sedang mengalami depresi.

Tidak ada yang bisa membenarkan tindakannya. Ia membiarkan anaknya meninggal dalam kondisi dehidrasi dan kelaparan. Nah, pertanyaan muncul dibenak saya.

Apa yang melatarbelakangi perbuatannya, sehingga rela meninggalkan anaknya untuk berlibur? Seberat apa beban yang sedang ia tanggung, sehingga tidak berpikir panjang lagi?

Dalam kondisi depresi, seseorang akan sulit berpikir rasional. Apapun bisa terjadi, sampai kemungkinan menyakiti orang terdekat atau menyakiti diri sendiri. Setelah terjadi, mulai sadar, penyesalan baru muncul. Sayangnya, semua sudah terlambat. Peristiwa yang merugikan diri sendiri, sudah terlanjur dialami.

Banyak yang menganggap menjadi ibu tugasnya mudah. Padahal, banyak tugas terselubung di dalam rumah, atau tugas yang tidak dianggap, dan selalu ada setiap hari. Semua harus dikerjakan, jika tidak, maka rumah berantakan. Bukan hanya rumah tinggal, tetapi kehidupan rumah tangga juga bisa berantakan.

Saya yang masih dibantu suami dalam urusan rumah tangga saja, tetap kewalahan menghadapi pekerjaan rumah yang tak ada habisnya. Belum lagi harus merawat anak-anak yang super aktif. Bagaimana dengan nasib seorang ibu tunggal yang harus mengurus segalanya sendiri? Pernahkah kamu memikirkan perasaan seorang ibu?

Nyatanya, Perempuan Lebih Rentan Stres

Hasil survei mengenai indeks risiko kesehatan mental di Kanada pada 2017, menunjukkan data sebesar 47% perempuan berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan mental, dibandingkan 36% laki-laki. Data ini menunjukkan fakta, tentang tingginya kemungkinan seorang perempuan mengalami stres, depresi, penyakit mental yang mengganggu kejiwaan.

Menurut Ketua Program Studi Pendidikan Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa FKKMK UGM, dr. Ronny Tri Wirasto, Sp.KJ. dalam laman berita resmi UGM (08/05/2020), perempuan lebih rentan mengalami stres karena beberapa alasan. Diantaranya, perempuan lebih sering mengabaikan diri sendiri, memiliki kecenderungan lebih pemikir daripada laki-laki.

Sebagai perempuan saya mengakui, perempuan lebih detail, teliti, terkesan perfeksionis. Lebih sering memikirkan sesuatu dengan mempertimbangkan manfaat dan risiko jangka panjang.

Saat masih gadis, perempuan masih bisa memiliki kesempatan untuk memikirkan diri sendiri. Berbeda setelah menikah, menjadi seorang ibu, perempuan lebih sering mendahulukan kebutuhan anak dan suami. Alasan ini yang membuat seorang perempuan, terutama ibu, lebih rentan mengalami stres.

Kalau sudah lupa, lalu siapa yang akan mengingatkan ibu untuk memedulikan diri sendiri? Suami, keluarga, sahabat, dan orang-orang di sekitar ibu yang harus mengingatkan, memperhatikan, mendukung, dan memfasilitasi. Itulah pentingnya support system bagi seorang ibu.

Besarnya Manfaat Support System Bagi Ibu

Ida N. Faizah, M.Psi., Psikolog (Pusat Perilaku dan Promosi Kesehatan FKKMK UGM) dalam berita laman resmi UGM (21/09/2021), mengatakan bahwa support system adalah hubungan timbal balik yang bersifat saling membantu, simbiosis mutualisme, dan take and give. Support system merupakan orang, atau komunitas yang membuat kita nyaman dan aman.

Besarnya manfaat support system, sangat nyata bagi seorang ibu. Pertama, support system membuat ibu lebih termotivasi. Kedua, membuat ibu merasa nyaman. Ketiga, mampu meningkatkan hormon yang membuat ibu bahagia.

Coba bayangkan, apabila seorang ibu hidup tanpa support system atau dukungan dari orang terdekatnya. Bagaimana ia bisa mendapatkan kesehatan mental, dan memiliki kebahagiaan?

Tidak ada orang yang mampu melakukan segalanya sendiri. Sehebat-hebatnya ibu, meski bisa multitasking, pintar merawat anak-anaknya, bisa mengurus rumah dengan baik, bisa bekerja dan memiliki karier yang bagus, ibu tetap membutuhkan seseorang disampingnya.

Setidaknya, suami sebagai teman bercerita, teman berkeluh kesah, agar mendapatkan solusi dari uneg-uneg atau masalah yang sedang dihadapi. Agar menghindari amarah yang menumpuk akibat lelahnya setelah beraktivitas seharian.

Support system, mampu membuat ibu lebih berpikir logis dan terbuka. Menghindari segala pikiran negatif masuk semakin dalam, sehingga membuatnya irasional. Mengurangi rasa cemas atau khawatir berlebih.

Tidak perlu melakukan sesuatu yang besar, dengan ayah yang siap membantu saat dimintai tolong, membuat ibu merasa lega. Ketika ibu merasa kurang nyaman, kemudian keluarga terdekat datang untuk mendengarkan cerita, ini akan membantunya mendapatkan rasa aman dan kemungkinan mendapatkan masukan positif.

Saat ibu bisa mendapatkan kenyamanan, istirahat yang cukup, hadirnya orang saat membutuhkan bantuan, merasa mendapatkan cinta dari orang terdekat, kebahagiaan pun akan datang dengan sendirinya.

Hati merasa lebih adem, keluarga menjadi lebih tenteram. Itu gunanya support system bagi ibu dan keluarga. Support system yang baik, mampu usir penyakit mental, bikin ibu makin sehat mental.

Sudahkah kamu menjadi support system untuk ibu? Cukup lakukan hal sederhana, bantu ibu merasa nyaman dan aman dengan kehadiranmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun