Saya setuju dengan pendapat Pak Sandiaga Uno, rencana pelarangan penggunaan TikTok perlu dibahas kembali. Nyatanya, persaingan harga pasar sudah lama terjadi, jauh sebelum TikTok Shop menjadi trending. Pada e-commerce lain, sesama online shop pun juga masih bersaing harga.
Regulasi pemasaran barang impor pada e-commerce yang perlu dibicarakan dengan matang. Banyak barang impor yang dijual dengan harga sangat murah, sehingga menarik pembeli. Harus ada kebijakan pasti mengenai harga yang diterapkan penjual agar tak ada perang harga lagi.
TikTok Shop merupakan e-commerce baru, wajar apabila ia masih memiliki banyak promosi berupa diskon produk, gratis ongkir yang diberikan pada pembeli. Dulu di e-commerce lain juga menggencarkan promosi yang sama.
TikTok Shop dilarang, bukan berarti orang akan berhenti membeli secara online dan beralih ke toko offline. Masih ada e-commerce lain, dan kemungkinan bisa muncul media sosial lain yang bisa jadi mirip seperti TikTok.
Sebenarnya, banyak juga pelaku UMKM yang memiliki akun TikTok Shop. Berjualan melalui e-commerce, dan menarik pelanggan dengan konten yang unik. Melakukan live streaming dan laris di pasar daring. Hanya saja, tidak semua UMKM bisa bertahan dari perubahan sistem berjualan masa kini.
Banyak yang masih menampilkan konten yang monoton, sehingga kurang menarik minat pembeli. Jadi, bukan hanya artis yang jualannya laris di TikTok Shop. Seandainya TikTok Shop dilarang, maka akan banyak juga UMKM yang kesulitan memasarkan barang dagangannya.
Kebutuhan setiap pembeli berbeda, kenyamanan setiap pembeli untuk berbelanja juga berbeda. Ada yang merasa nyaman berbelanja online, ada yang lebih nyaman datang langsung ke toko untuk melihat produk. Pelarangan TikTok Shop merupakan rencana yang kurang tepat.
Saya pernah bekerja di online shop, saya sangat mengetahui untuk membuat online shop laris manis tidak bisa dengan cepat. Butuh waktu dan upaya yang sangat keras membuat sebuah online shop yang tidak dikenal, menjadi laris di pasar daring.
Saya tidak menggunakan selebriti untuk promosi, tetapi saya berusaha membangun kepercayaan pembeli dengan terus meningkatkan kualitas produk, meningkatkan kualitas pelayanan agar pembeli berdatangan.
Berkat usaha dan kerjasama semua orang yang berada di sana, online shop itu menjadi hidup. Pembeli berdatangan dengan sendirinya karena mengetahui kualitas produk yang kami jual bukan abal-abal. Yang awalnya merugi, nombok, sampai jualan kini sudah laris.
Dari yang tadinya hanya seorang customer service, saat ini saya sudah menguasai bidang marketing, admin, dan tips untuk bersaing di pasar daring. Namun, memang permasalahan yang selalu tidak bisa dihindari adalah persaingan harga yang semakin ketat. Jadi, walaupun TikTok Shop tidak ada, masalah persaingan harga akan tetap ada.