Sebuah kasus mencengangkan kembali muncul dalam beberapa hari ini. Seorang ibu asal Ciseeng, Bogor, melaporkan salah satu manajemen rumah sakit di Bogor karena kelalaiannya yang menyebabkan insiden bayi tertukar.
Hal ini dibuktikan dari hasil tes DNA yang sudah dilakukan oleh Ibu Siti Maulia saat bayi berusia setahun, dengan hasil negatif. Artinya, bayi yang sedang dirawatnya saat ini bukan anak biologisnya.
Pada berita kompas.com 16 Agustus 2023, hasil pencarian informasi yang dilakukan oleh pihak Ibu Siti Maulia memberitahukan bahwa gelang sebagai tanda pengenal bayi di rumah sakit itu tidak tertukar, tetapi gelang dobel dengan nama pasien lain yang kebetulan melahirkan di hari yang sama.
Perwakilan rumah sakit membenarkan adanya gelang dobel atas nama Ibu B, sehingga menunjukkan benar adanya kelalaian yang dilakukan petugas rumah sakit. Informasi terkini bahwa suster yang menangani bayi tertukar tersebut sudah diberikan sanksi selama setahun.
Namun, karena kelalaian petugas rumah sakit tersebut, Ibu B yang diduga merawat anak kandung Ibu Siti, awalnya menolak melakukan tes DNA karena merasa nama di gelang yang digunakan oleh bayinya sudah sesuai.
Kemudian, berita gembira datang dari kompas.tv (16/08/2023) pada malam hari, yang mengabarkan bahwa Ibu B sudah bersedia melakukan tes DNA di Jakarta. Ibu Siti meminta bantuan KPAI untuk mempercepat kembalinya sang anak kandung ke rumah. Apalagi, kasus semakin rumit dengan fakta akta kelahiran yang sudah dibuat oleh Ibu B untuk bayi yang sekarang sedang diasuhnya.
Menurut Wakil Ketua KPAI Jasra Putra, perlu adanya pendampingan psikologis untuk ibu dan bayi dari kedua belah pihak, jika memang terbukti benar bayi yang saat ini tinggal bersama Ibu B adalah anak dari Ibu Siti. Hal ini karena tidak bisa begitu saja memindahkan bayi tersebut, ada lingkungan yang bisa jadi sangat berbeda dalam kedua keluarga.
Ibu, dan bayi perlu melakukan adaptasi, apalagi tertukarnya bayi sudah berlangsung kurang lebih satu tahun. Proses selanjutnya baru bisa dilakukan setelah hasil tes DNA keluar dari Ibu B, dan bayinya.
Membaca berita mengenai kasus tertukarnya bayi di rumah sakit itu, membuat saya cukup syok, dan prihatin. Beberapa tahun lalu, saya pernah mendengar cerita dari salah satu anggota keluarga, yang nyaris mengalami peristiwa yang sama di rumah sakit.
Bersyukurnya, Ibu bayi langsung mengetahui perbedaan nama di gelang bayi, dan meminta suster membawakan bayinya. Sehingga, mereka bisa terselamatkan dari peristiwa bayi yang tertukar. Ini membuat saya ingin ikut membahas mengenai kasus yang tengah viral sekarang.
Sebenarnya, ada cara untuk mengantisipasi peristiwa bayi yang tertukar. Cara ini mungkin bisa diterapkan sebagai antisipasi bagi ibu, dan keluarga agar terhindar dari tertukarnya bayi saat proses persalinan. Bagaimana caranya?
Memanfaatkan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada bayi
Cerita dari anggota keluarga yang bayinya hampir tertukar, membuat saya lebih waspada saat melahirkan. Dan memikirkan cara agar tidak mengalami hal tersebut. Cara pertama, memanfaatkan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada bayi baru lahir, untuk mengenal bayi lebih dekat.
Menurut situs resmi IDAI, IMD merupakan langkah awal yang bertujuan untuk memudahkan ibu, dan bayi dalam memulai proses menyusui. Langkah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dimulai dengan menaruh bayi baru lahir di atas perut ibu.
Lalu, bayi akan mulai bergerak mencari sumber ASI pada tubuh ibu. Kemudian, sekitar 30 menit sampai 1 jam bayi akan dibiarkan berada di atas tubuh ibu, sembari tenaga medis melakukan tindakan pada ibu. Biasanya, bidan atau dokter akan memastikan kondisi tubuh bayi sudah dikeringkan, dan bayi diselimuti jika ruangan dingin.
Sedikit berkisah, pengalaman pertama saya setelah melahirkan. Bayi saya yang masih sangat merah, diletakkan di atas perut saya. Walaupun saat itu rasanya saya sudah tidak punya tenaga lagi karena sempat pendarahan cukup lama, saya masih sadar, dan bisa melihat wajah bayi saya.
Momen ini menjadi momen paling haru yang membuat saya menangis bahagia, ketika berhasil melahirkan anak pertama saya. Saya memanfaatkan proses IMD untuk mengenali wajah, dan tubuh anak saya dengan teliti. Memeluk bayi saya dengan penuh kasih sayang, sampai saya tidak sadar, bidan sedang menjahit bekas luka yang saya dapatkan setelah melahirkan normal.
Setelah satu jam lebih berlalu, baru bayi saya diberikan tindakan keperawatan, menimbang bayi, dipakaikan pakaian bayi, dan suami saya mengumandangkan adzan pada telinga anak pertama saya di ruang khusus.
Saya berusaha menggunakan IMD sebagai cara untuk bisa mengenal dekat bayi saya. Sehingga jika dirasa ada kejanggalan pada bayi, saya bisa langsung melakukan komplain pada pihak klinik bersalin.Â
Namun, saya sangat senang, selama ini tenaga medis di klinik bersalin tempat saya melahirkan kedua anak saya sangat ramah, dan profesional. Jadi, saya selalu puas dengan pelayanan mereka.
Tidak hanya pada ibu yang melahirkan dengan normal, ibu yang melahirkan secara caesar juga bisa melakukan IMD. Bergantung kondisi kesehatan ibu, dan bayi.
Jika ibu hanya dibius setengah badan, maka bisa langsung dilakukan IMD di ruang operasi. Berbeda dengan ibu yang dibius total, harus menunggu beberapa lama sampai sadar, dan bisa melakukan Inisiasi Menyusu Dini. Tetap keselamatan ibu, dan bayi yang utama.
Pentingnya pendamping untuk ibu saat proses persalinan
Setiap ibu pasti ingin didampingi ayah saat proses persalinan. Kehadiran ayah sangat penting, sebagai penyemangat, dan teman yang siap siaga apabila ada tindakan yang perlu dilakukan oleh tenaga medis dengan meminta persetujuan ayah.
Tidak hanya itu, pentingnya ayah sebagai pendamping ibu saat proses persalinan juga dianjurkan agar ayah bisa melihat bayi yang baru lahir. Memastikan bayi dalam kondisi baik, perlengkapan ibu dan bayi siap digunakan setelah melahirkan.
Nah, ketika ayah sedang mendampingi ibu, ayah juga bisa memperhatikan bayi, sehingga ayah bisa mengenal bayi. Membantu ibu mengurus bayi sementara ibu dalam masa tindakan. Jika memang ayah tidak bisa mendampingi di dalam ruang bersalin, ayah bisa meminta tolong anggota keluarga lain mendampingi ibu melahirkan. Dan tetap berada di luar ruangan, untuk menjadi ayah siaga.
Cara ini digunakan agar kamu bisa mengantisipasi insiden tertukarnya bayi, dan menjaga keselamatan bayi.Â
Kelalaian rumah sakit yang terjadi pada kasus di atas, membuat kita harus belajar lebih waspada. Ibu, dan ayah harus bekerjasama demi anak tercinta. Akan sangat bahagia, apabila ayah, ibu, dan bayi bisa terus bersama, bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H