Mohon tunggu...
Airani Listia
Airani Listia Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga dan Freelance Content Writer

Mantan pekerja yang sedang sibuk menjadi emak-emak masa kini. Hobi menyebarkan kebaikan dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Anak Speech Delay, Bagaimana Cara Orangtua Mengelola Emosi?

7 Juli 2023   19:24 Diperbarui: 8 Juli 2023   20:02 1973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
orangtua emosi pada anak I sumber : pexels.com/August de Richelieu

Ada satu berita yang datang dari Tangerang Selatan, membuat saya cukup syok. Berita itu datang dari kompas.com pada 27 Juni 2023, sudah hampir seminggu lebih berita itu terbit. Namun, masih viral dan populer di dunia maya.

Berita mengenai orangtua yang menganiaya anak balitanya sendiri karena kesal dengan keterlambatan berbicara yang dialami anak. Speech delay adalah penyebab utama balita tidak bersalah itu harus tewas di tangan orangtuanya.

Diketahui bahwa penganiyaan dilakukan oleh ibu kandung dan ayah tiri balita tersebut. Padahal, balita itu baru berusia empat tahun, dan baru saja tiga bulan tinggal bersama ibu kandungnya sendiri. Dari keterangan tetangga, anak itu sebelumnya tinggal dengan ayahnya. Sesuai informasi pada berita kompas.com 26 Juni 2023.

Korban tewas sangat memprihatinkan. Kondisi balita itu penuh luka bakar, lengan kanan mengalami patah tulang. Akhirnya, korban meninggal di RSU Kota Tangerang Selatan.

Tidak hanya satu berita, tetapi ada banyak berita mengenai kekerasan yang dilakukan orangtua pada anaknya sendiri. Seperti kasus suami yang tega membakar istri dan kedua anaknya, akibat pertengkaran suami istri di Jakarta Timur.

Di sini, saya melihat begitu dahsyatnya dampak emosi yang dialami orangtua. Maka, sangat penting bagi kita para orangtua, mengetahui cara mengelola emosi. Bagaimana cara mengelola emosi yang tepat?

Menjauh dari anak sementara waktu

orangtua dan anak bertengkar I sumber : pexels.com/RDNE Stock project
orangtua dan anak bertengkar I sumber : pexels.com/RDNE Stock project

Tidak perlu melihat jauh, saya juga pernah merasakan emosi. Apalagi, anak saya sangat aktif, sehingga membuat saya cukup kesulitan untuk memberitahunya.

Ada cara yang bisa saya lakukan, ketika emosi mulai datang. Saya akan menjauh dari anak sementara waktu saat mulai terasa ingin marah. Dengan syarat, memastikan kondisi anak benar-benar aman untuk ditinggalkan sementara.

Tinggalkan anak, tidak lebih dari dua sampai tiga menit. Kemudian, apabila dirasa sudah tenang, langsung kembali pada anak.

Tenangkan diri dengan atur pernapasan dan olahraga

ilustrasi olahraga I sumber : pexels.com/Antoni Shkraba
ilustrasi olahraga I sumber : pexels.com/Antoni Shkraba

Olahraga merupakan cara yang tepat untuk menyalurkan emosi. Seperti silat, tinju, yoga, atau olahraga lari. Namun, ini bisa dilakukan jika belum emosi, atau setelah emosi itu sedikit reda.

Kalau sudah dalam kondisi emosi, yang bisa dilakukan adalah mencoba atur pernapasan. Tenangkan dirimu, dinginkan dulu kepalamu. Mengatur pernapasan pada saat emosi, dipercaya membuat diri lebih rileks.

Mengalihkan perhatian pada hal lain

ilustrasi menulis I sumber : pexels.com/Pixabay
ilustrasi menulis I sumber : pexels.com/Pixabay

Jujur, kalau saya dalam kondisi emosi, lebih memilih mengalihkan perhatian pada hal lain. Misalnya, anak membuat rumah berantakan lagi setelah dirapikan. Ini pasti membuatmu kesal, bukan?

Daripada mendikte anak, saya sengaja mengalihkan perhatian sementara. Seperti, memasak makanan kesukaan, menulis, atau melihat media sosial untuk menghibur diri.

Menerima anak apapun keadaannya

ilustrasi memeluk anak I sumber : pexels.com/Josh Willink
ilustrasi memeluk anak I sumber : pexels.com/Josh Willink

Hal utama yang harus dilakukan orangtua yaitu menerima anak apapun kondisinya. Anak yang tidak pandai matematika, bisa saja pandai bahasa, atau olahraga. Anak yang memiliki keterbatasan fisik atau bahasa, bukan berarti dia tidak berharga.

Semua anak itu selalu berbeda, pertumbuhan dan perkembangannya pun berbeda. Bakat dan karakternya juga tidak akan pernah sama. Jangan pernah menganggap anak tidak bisa, semua anak berharga. Juga memiliki keistimewaannya masing-masing.

Terlambat, belum tentu tidak bisa berbicara. Jika anakmu mengalami speech delay, justru harusnya disemangati, dibantu, agar anak bisa segera berbicara.

Introspeksi diri, apakah ada yang salah pada pola pengasuhanmu, sehingga anak mengalami keterlambatan perkembangan? Bukan kesal karena perkembangan anak dianggap terlambat.

Sempatkan me time agar pikiran rileks

ilustrasi me time I sumber : pexels.com/Ron Lach
ilustrasi me time I sumber : pexels.com/Ron Lach

Ada hal yang selalu dilupakan para orangtua, terutamanya ibu-ibu. Me time, salah satu hal wajib yang harus dilakukan olehmu. Dengan me time, pikiranmu akan lebih rileks. Kalau hati nyaman, pikiran nyaman, tidak mungkin mudah tersulut emosi.

Contoh me time seperti berbelanja, pergi ke salon, bermain game, mengobrol dengan teman-teman. Meluangkan waktu untuk  melakukan hal yang kamu suka. Baik itu ayah, dan ibu, keduanya harus menyempatkan diri untuk me time.

Seorang perempuan setelah menikah, bisa jadi terlihat berbeda. Yang tadinya terlihat cantik, mungkin akan malas berdandan. Yang tadinya sabar banget, bisa jadi lebih mudah marah. Ya, karena mengurus rumah bukan sesuatu yang mudah, apalagi yang diurus manusia.

Ujian bisa datang dari mana saja, pasangan, orangtua, dan juga dari anak. Emosi juga bisa datang kapan pun.

Tidak hanya anak yang harus diajarkan untuk mengendalikan emosi, tetapi kamu juga harus pintar mengelola emosi. Hanya kamu yang bisa mengelola emosi diri sendiri, agar tidak merugikanmu sebagai orangtua, juga merugikan anakmu.

Jangan sampai baru menyesal sudah marah pada anak, setelah kehilangan anakmu. Mereka tidak akan bisa semudah itu kembali menyayangimu seperti sedia kala, setelah mengalami trauma akibat emosimu yang meluap.

Ingat selalu tugas orangtua, yaitu menjaga, melindungi, membimbing, dan mendidik anak. Bukan menghakimi, atau menyakiti anak! Berikan kasih sayang tak terhingga pada anak. Agar saat tua kelak, anakmu akan menyayangimu seperti ketika ia tinggal bersamamu.

Referensi : kompas.com 1 I kompas.com 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun