"Aneh bukan? Aku telah membunuh ayah dan ibu tapi aku masih tetap membuat kukis itu." Dengan santainya Amara membahas hal itu, sontak Ardell membuat suara tersentak.
"Pada akhirnya aku juga merindukan ibu, mungkin, lebih tepatnya ibu di saat-saat tertentu saja." Amara terkekeh setelah itu. Entah kenapa setelah itu Azriel menyesal memakan kukis tadi.
Amara merindukan ibu? Semakin aneh aja, pikir adiknya.
"Benar sekali, kau tidak akan pernah faham." Suara televisi berhenti, lalu suara langkah kaki, Amara bangkit dari malas-malasannya.
Dalam hati, Azriel berdoa wanita itu tidak berjalan kesini. Dan benar saja, Terdengar suara pintu rumah terbuka. Ia akan keluar sepertinya.
"Habiskan saja, tidak ada makanan lain di kulkas, aku baru mau belanja ini." Lalu suara pintu ditutup.
Azriel menaruh kepalanya diatas meja, salah satu lengannya sebagai bantal. Pada akhirnya ia tetap mengulurkan tangan satunya lalu mengambil kukis diatas piring. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H