Tulisan ini dibuat untuk membahas artikel P. Pandji Pragiwaksono yang dimuat di http://pandji.com/pilih/.
Artikel Pandji ini memiliki beberapa bagian/paragraph yang tidak konsisten dan nasehat yang tidak tepat.
1. Nasehat yang tidak konsisten
berikut ini paragraph yg dimaksud
Pandji : "Saya tidak akan menghina dan menjelekkan kandidat lain apalagi Ahok. Karena saya sangat suka denga kinerja dan prestasinya. Yang saya tidak satu selera, adalah dengan caranya yang saya yakini membuat dirinya sulit bisa jadi elemen pemersatu. Sesuatu yang dirindukan tidak hanya warga Jakarta, tapi Bangsa Indonesia.Kalau pendukung calon lain mau menghina dan mencibir Anies, silakan saja. Tapi saya ingatkan, itu hanya akan membuat anda terkesan tidak pede dengan calon anda. Kesannya anda tidak bisa terlihat tinggi, tanpa merendahkan orang.
setelah itu baca dan bandingkan denganÂ
Pandji : Satu satunya kekurangan Ahok di mata saya (ini di mata saya ya, berarti subjektif. Orang belum tentu merasa hal yang sama. Ini yang saya pribadi rasakan – dikasi disclaimer biar ga dipelintir kampret kampret yang berkeliaran) adalah caranya dalam memimpin Jakarta. Mulutnya, sering jadi petaka untuk dirinya sendiri. Mulutnya membuat orang kesulitan membela dia. Mulutnya bahkan membuat orang orang baik membenci dia. Saya bahkan tidak mempermasalahkan posisinya dalam reklamasi Jakarta dan penggusuran penduduk. Siapapun gubernurnya, akan menginjak kubangan sulit seperti tadi. Tapi cara Ahok membawa dirinya di depan publik, itu yang kurang sreg untuk saya.
a. Apakah wajar ketika anda berniat untuk tidak menjelekkan atau menghina kandidat lain tetapi di kalimat berbeda dia dengan santainya mengeluarkan pendapat yang subjektif secara negatif kepada P Ahok.
Pendapat subjektif pasti adalah pendapat yang belum tentu benar, Pandji sendiri mengakui bahwa belum tentu semua orang merasa sama.
jikalau belum tentu benar kok anda dengan mudah mengambil kesimpulan dan menjelekkan seseorang secara beruntun dalam satu paragraph.
Pendapat subyektif yang bernuansa negatif yang ditulis tanpa keobjektifan itu pada dasarnya sudah hinaan, cibiran
b. pemakaian kalimat "Mulutnya, sering jadi petaka untuk dirinya sendiri". itu pun merupakan sebuah opini mengiring negatif yang tidak bertanggung jawab.
Kenapa?
apakah ada fakta yg diungkap di kata mulut?Â
jika Pandji ingin mengasosiasikan mulut dengan ucapan
maka apakah kita tahu ucapan apa yang mau di ungkap di situ? tidak ada sama sekali.
kemudian
apakah ada fakta yg diungkap di kata petaka?
memangnya disitu ada fakta petaka yang terjadi karena ucapan?
tidak ada sama sekali.
Apakah anda menganggap semua orang tahu dan mengerti apa yg menjadi obyek perkataan (mulut) dan apa permasalahan yg timbul (petaka) yg anda tulis / pikirkan di paragraph tersebut?
jadi jika tidak ada fakta yg bisa di temukan di kalimat tersebut bukankah ini hanyalah cibiran / ejekan belaka?
kemudian yang lebih parah klaim sepihak orang orang baik membenci dia.
sekali lagi memangnya ada FAKTA di kata orang baik-baik tersebut.
Pandji memakai subjek yg tidak nyata/ palsu untuk membenarkan pernyataan kebencian pada seseorang.
jikalau pun itu ada dan nyata, apakah KUALIFIKASI orang baik menurut P Pandji itu MENGERTI permasalahan yang ada.
nah, tanpa subyek yg dapat dipertanggungjawabkan nyata dan bersifat baik.
maka pernyataan tersebut dasarnya adalah hinaan / menjelekkan .
Pandji membiarkan pembaca berandai-andai mengikuti satu sentimen negatif ke satu sentimen negatifÂ
apalagi dgn mengunakan petaka (bencana) yg menurut sy berlebihan dan mengiring pembaca untuk menjadi lebih negatif.
Saya sampai jadi berpikir keras kejadian apa yg menimpa P Ahok sampai sedemikian parah sampai di sebut petaka/bencana.
apakah di makzulkan? tidak
apakah ditinggalkan oleh pemilih? tidak juga (bukti teman Ahok dan diusung partai)
kalau petaka cuma di demo atau dimaki sih P Jokowi juga sering terima. Padahal P Jokowi tuh sopan banget.
kesimpulan
Setelah dengan hinaan, cibiran yang diberikan Pandji ke P Ahok
kemudian dia menyimpulkan Â
- "Ahok, akan kesulitan jadi jembatan yang menyatukan Bangsa ini.
Menurut saya, jembatan itu adalah Anies Baswedan".
Nah sekarang anda bisa melihat makna kalimat dibawah ini sebenarnya cocok ke siapa?
- Kalau pendukung calon lain mau menghina dan mencibir Mr. X, silakan saja. Tapi saya ingatkan, itu hanya akan membuat anda terkesan tidak pede dengan calon anda. Kesannya anda tidak bisa terlihat tinggi, tanpa merendahkan orang.
jadi kesimpulan saya berdasarkan tulisan Pandji adalahÂ
bahwa Pandji itu tidak pede dengan P Anies. Kesannya, P Anies tidak bisa terlihat tinggi, tanpa merendahkan orang.
jadi nasehat Pandji itu cocok untuk dirinya sendiri.Â
Jakarta 25, september 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H