Mohon tunggu...
Ai QurotulAin
Ai QurotulAin Mohon Tunggu... Penulis - IRT, Olshop, Penulis

An Ordinary Mama dari 2R

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Untukmu Buah Hatiku, Bukan Buku Parenting.

3 September 2020   00:12 Diperbarui: 3 September 2020   00:17 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


 

Jika resensi buku, sih, enaknya ditulis oleh orang lain, bukan sama penulis aslinya, hehehehe.  Cuplikan review buku ini oleh pembaca salah satunya bisa dibaca pada link berikut :

https://www.instagram.com/p/B-rjTDlDkzJ/?igshid=18dles4ni0e5t

Ini adalah buku solo pertama saya, lahir dengan semangat menulis begitu menggebu. Dicetak oleh Dandelion Publisher, Januari 2020.

Fyi... Pertama kali saya mulai menulis adalah di tahun 2017 akhir, meski baru pada tahap seorang penulis status, wkwwk.  Awal tahun, mulai serius dengan mengikuti beberapa komunitas menulis. Belajar dari ahlinya, dengan terus praktik tiap hari.

Selain artikel, memiliki buku tentu menjadi impian saya saat itu. Tangga karir dalam menulis buku, saya mulai dengan menjadi kontributor antologi pada komunitas yang saya ikuti.

Ada 5 buku, dari lima komunitas berbeda, untuk proyek antologi, kala itu. Dari semua penyelesaiannya, entah kenapa selalu ada drama, yang membuat jadwal selesainya buku mundur lumayan lama.  Dari situ, saya yang sudah ngebet pengin punya buku,  akhirnya bertekad untuk menulis buku solo.

Nulis bareng, atau antologi memang menjadi jalan cepat, untuk para penulis yang ingin memiliki segera. Karena tak harus menulis banyak, cukup tiga sampai lima halaman saja, sudah bisa jadi buku. Ya, karena yang nulisnya banyak orang. Akan tetapi, kelemahannya tidak semua kontributor bisa komit dengan deadline naskah, bahkan sampai penyelesaian administrasi. Akhirnya, saling menunggu satu sama lain, belum jika ada masalah di tengah jalan, membuat prosesnya terkatung-katung.

Berawal dari naskah antologi, yang telah selesai saya tulis sebanyak 10 halaman, adalah cikal bakal buku ini lahir. Project Nulis Bareng yang akhirnya gagal karena tertunda lebih dari 10 bulan, membuat saya bertekad untuk meneruskanya menjadi karya solo.

Dua bulan adalah waktu yang dibutuhkan untuk menulis buku dengan tebal 144 halaman ini. Sungguh, bukan hal mudah untuk seorang penulis pemula, menulis buku setebal itu. Satu bulan, saya habiskan untuk menulis tanpa mengeditnya, sampai di jumlah halaman lebih dari 120. Bulan berikutnya saya fokus untuk editing, sehingga pada bulan ketiga buku ini sudah naik cetak, setelah masa Pre Order 10 hari, yang saya buka ketika proses editing dilakukan.

Buku yang menceritakan kisah nyata saya pribadi, dalam membersamai kedua buah hati, Reyhan dan Rasyid. Dari mulai mengandung keduanya dengan cerita berbeda, proses melahirkan yang memiliki dramanya masing-masing, sampai sifat mereka yang bertolak belakang, saya tuliskan di sini. Oleh karenanya, saya begitu bersemangat menuliskan kisah ini, karena risetnya adalah kehidupan saya dan keluarga.

Parenting, adalah ilmu pengasuhan interaksi antara orang tua dan anak. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, banyak para pakar parenting membuka kelas, seminar, bahkan menulis buku mengenai cara memahami anak, pola asuh yang benar, juga hal terkait interaksi keduanya.

Di satu sisi, kami sebagai orang tua merasa beruntung, dengan perkembangan ilmu parenting. Menjadi orang tua, kini banyak referensinya. Asal mau belajar, juga praktik atas ilmu yang sudah didapatnya.

Namun di sisi lain, banyak juga teori parenting, yang tidak bisa diterapkan dalam pola asuh satu keluarga. Alih-alih membantu, malah teori ini menyiksa Ibu dan anak, karena value keluarga mereka berbeda, dengan teori yang dipelajari.

Tidak ada yang salah dan benar dalam hal ini. Ilmu yang ada tidak salah, karena telah diujicobakan sebelumnya, juga melalui riset yang sudah dilakukan para ahli. Namun orang tua yang belum berhasil menerapkannya pun bukan berarti bodoh, atau tak paham. Hanya saja, antara keduanya belum tercipta benang merah, sehingga bisa benar-benar diaplikasikan. Sehingga, saya menuliskan buku tentang mengasuh anak-anak saya, versi terbaik, menurut Ibunya.

Dalam buku ini, saya membukanya dengan quote :

Karena kita adalah ibu terbaik untuk anak-anak kita.

Dari quote ini, saya ingin berbagi bahwa apa pun kondisi kita, bagaimana pun cara kita memperlakukan anak-anak, kita adalah Ibu terbaik bagi mereka. Oleh karenanya, jangan sia-siakan itu. Jangan pernah membandingkan dengan Ibu lainnya, juga membandingkan anak-anak kita dengan anak lain.

"Biarkan Reyhan menemukan kilaunya sendiri".

"Bahagia, harus selalu ada dalam setiap proses pembelajaran"

Adalah dua penggalan kalimat lainnya, yang saya tulis sebagai representasi saya sebagai Ibu dari Reyhan dan Rasyid. Jadi, jika salah satu pembaca menuliskan testimoni ini :

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Rasanya tak berlebihan bukan, kalau saya menyebutnya ini bukan buku parenting?

Kelebihan buku ini adalah menggunakan bahasa sederhana, mudah dimengerti, bahkan oleh yang tidak suka membaca sekalipun. Bisa dibaca oleh lintas generasi. Dari anak-anak, sampai dewasa, adalah salah satu kelebihan buku ini. Setidaknya, itu yang dikatakan pembeli, yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan testimoni.


Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Saya tidak mau lebai dengan menuliskan banyak diksi level tinggi, agar terlihat hebat sebagai penulis. Selain memang ilmunya belum sampai ke sana, saya tidak mau buku ini menjadi berbeda. 

Bahasa saya yang lugas, minim kiasan, sangat nampak dengan pilihan tulisan non fiksinya. Memang, itu lah akhirnya yang saya sadari sebagai branding diri. Penulis non-fiksi, tema keluarga. Design cover yang menarik, memilih warna kalem tapi tetap menampilkan keceriaan, juga isi buku yang dibuat full colour meski cetaknya hitam putih, membuat buku ini tidak membosankan untuk dibaca secara tampilan.

Saya menyadari, bahwa tidak ada gading yang tak retak. Karena kesempurnaan hanya milik Allah, maka dalam buku ini pun, masih terdapat kekurangan di sana sini, yang menjadi catatan penting, dalam karir dunia kepenulisan saya.


Selain itu, akan saya jadikan pelajaran untuk pembuatan buku berikutnya.

Karena saya memilih cetak dengan penerbit indi, juga memilih untuk mengedit sendiri buku ini, terdapat beberapa kesalahan ejaan, juga typo didalamnya. Saya yang masih belum paham betul semua penulisan diksi yang sesuai KBBI, saat itu. Selain itu, belum terlalu mengerti teknik showing dan telling dalam cerita, membuat cerita ini tidak dipoles banyak. Benar-benar apa adanya, sesuai dengan style saya.

Tetapi bagaimana pun saya bangga, karena ini adalah buku solo pertama. Ditulis dari hati, semua kisah nyata saya dan anak-anak, saya tulis begitu detail. Bahkan, beberapa teman ada yang menitikkan air mata, karena merasakan apa yang saya rasakan saat itu, melalui untaian kata demi kata yang ada.

Selain itu, saya juga bangga, karena penjualan perdana buku ini, tembus di angka 200 eks dalam kurun waktu dua bulan. Menurut saya, ini adalah prestasi luar biasa, karena saya penulis pemula yang belum punya fans, juga memiliki ciri khas dalam menulis.

Doakan, semoga buku-buku solo berikutnya yang sedang menjalani proses editing, juga layout di penerbit, jauh lebih baik dari buku Untukmu Buah Hatiku. Termasuk dari segi penjualannya, Aamiin.

Jadi, tertarik untuk baca buku ini?

Berikut  tokoh yang juga telah memberikan testimoni :

Ibu Septi Peni W, Founder Ibu Profesional
Ibu Septi Peni W, Founder Ibu Profesional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun