Mohon tunggu...
Asyifa Nurul A.
Asyifa Nurul A. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang tertarik dengan dunia pendidikan, kesehatan, dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengusiran Seorang Ustadz: Tantangan Sikap Beragama Masyarakat Muslim Indonesia

18 Juli 2024   15:32 Diperbarui: 18 Juli 2024   15:43 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia adalah negara republik dengan mayoritas pemeluk agama Islam kedua terbesar di dunia. Kita sebagai masyarakat Indonesia dengan pemeluk agama Islam pastinya sangat senang dengan fakta ini, karena Islam yang mengajarkan toleransi dan kebaikan terhadap sesama manusia harapannya adalah kita dapat hidup berdampingan dengan agama, ras, suku dan bangsa lain. Bahkan di dalam agama Islam sendiri masih terdapat perbedaan dalam ajarannya, walaupun masih berpatokan dengan Al-Qur'an dan sunnah, tetapi cara mengambil dalil dan pengamalannya terkadang dari beberapa pemahaman pun berbeda.

Perbedaan tersebut yang sering menjadi kontroversi bagi ajaran satu sama lain, ditambah dengan ormas yang berkembang dan sangat dekat dengan masyarakat seperti halnya Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah menjadikan sentimen masyarakat terhadap ajaran Islam lainnya negatif. Pada salah satu contoh kasus yang hangat dibicarakan, yakni seorang ustadz yang dianggap menyebarkan ajaran sesat dan mencemarkan ajaran yang sudah dipelajari dari leluhur kiyai mereka. Tokoh agama tersebut adalah Ustadz Syafiq Riza Basalamah, seorang ustadz dari aliran ahlussunnah wal jama'ah yang dianggap membawa pemahaman Wahhabi yang menyebabkan dirinya tidak diizinkan untuk mengisi kajian di salah satu masjid di Gunung Anyar, Surabaya.

Pengusiran ustadz yang hendak berdakwah tidak hanya terjadi pada Ustadz Syafiq sendiri, namun ada banyak tokoh agama lainnya yang tidak diizinkan untuk berdakwah dengan alasan yang serupa juga. Bukan berarti penulis hanya membela satu tokoh agama saja, namun penulis hendak menyajikan salah satu contoh kecil saja bagaimana stigma masyarakat terhadap ajaran dan pemahaman lain dianggap sebagai ancaman dan bukan sarana untuk mempelajari hal baru. Kejadian ini pun masih terjadi setiap saatnya.

Tujuan penulis dalam menulis essay ini adalah menganalisis sikap beragama masyarakat muslim di Indonesia dalam konteks keragaman yang mana dalam kasus ini adalah keragaman ajaran Islam dan cara menyikapi hal tersebut. Sebab, masih banyak masyarakat Indonesia yang salah memahami dalam memahami ajaran Islam yang lainnya dan masih belum cukup mempelajari dalam menilai suatu ajaran tersebut sesat atau tidak. Menurut penulis, masih banyak masyarakat yang mengikuti suatu ajaran secara buta, atau bahkan hanya sekedar mengikuti mayoritas orang saja tanpa mengkritisi ajaran tersebut. Faktor ini yang menjadi sebab masyarakat Islam dinilai ekstrimis karena tidak tahu-menahu apa yang mereka pelajari selama ini dan menganggap semua sudah benar. Maka dari itu, penulis ingin memberi pendapat pribadi menyikapi hal tersebut dengan sudut pandang pribadi penulis.

Sebelum membahas kronologi pengusiran Ustadz Syafiq di salah satu masjid di Surabaya, penulis ingin membahas sedikit sosok dari Ustadz Syafiq Riza Basalamah, riwayat Pendidikan beliau, dan sedikit tentang perjalanan dakwahnya. Tujuannya untuk bisa mengenal lebih lanjut dan alasan mengapa beliau dianggap kontrovesial bagi beberapa kalangan masyarakat. Jika ditilik dari riwayat pendidikannya, beliau lulus dari universitas Islam ternama yaitu Universitas Islam Madinah dengan mendalami ilmu dakwah dan ushuluddin. Latar belakang pendidikannya yang berfokus pada agama tersebut menjadikan beliau seorang penceramah yang cakap dalam menyampaikan dakwahnya. Beliau dikenal sangat apik dalam menjelaskan ceramah sehingga ada banyak sekali jama'ah yang menjadi pengikutnya.

Ustadz Syafiq juga menerima rekognisi berupa peringkat cum laude saat lulus kuliah karena karya ilmiahnya yang berjudul "Peran Lembaga dan Organisasi Islam dalam Membendung Kristenisasi di Indonesia". Karyanya tersebut bahkan sampai diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia karena pembahasannya yang menarik. Saat ini beliau tidak hanya aktif menjadi penceramah saja, namun juga terjun ke dalam dunia pendidikan. Beliau saat ini aktif menjadi dosen tetap di Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah Imam Syafi'i yang bertempat di Jember.

Ustadz Syafiq yang kerap kali digandrungi oleh sebagian masyarakat luas, pernah menghadapi isu yang dianggap kontroversial. Beberapa dari ceramahnya yang dianggap menyeleweng adalah pernyataan ketidasetujuannya dalam mengkritik pemerintah. Sekitar awal tahun 2019 pada masa pilpres, suasana saat itu sedang memanas karena dua kubu pendukung Jokowi dan Prabowo yang saling serang satu sama lain. Ustadz Syafiq yang menyadari kondisi tersebut, membuka suara untuk menenangkan keduanya dengan berfatwa bahwa tidak sebaiknya kita mengkritik pemerintah.

Pernyataan Ustadz Syafiq tersebut tertera pada salah satu cuplikan video ceramahnya tersebut tepatnya pada saat sesi tanya jawab. Salah satu jamaahnya bertanya, "Bagaimana cara menyikapi teman yang suka menjelek-jelekkan dan mencela pemerintah?", jawaban dari Ustadz Syafiq adalah lebih baik jauhi teman tersebut dan do'akan supaya ia mendapat hidayah untuk tidak lagi mencela pemerintah. Dalam salah satu pernyataan Ustadz Syafiq, "Jika kita mencela pemimpin apakah mereka akan berubah? Tidak akan berubah. Sebaliknya, jika kita mendo'akan apakah mereka (sifatnya) akan berubah? Apakah Allah bisa merubah pemimpinmu? Tentu saja bisa. Lalu mengapa kamu tidak do'akan saja pemimpinmu untuk mendapatkan hidayah, untuk dibukakan pintu hatinya..".

Berdasarkan pernyataan yang dikeluarkannya tersebut, penulis berusaha memahami maksudnya. Mungikin, maksud dari Ustadz Syafiq pada saat itu adalah jika kita hanya bisa menjelek-jelekkan pemerintah dan hanya mencela, lebih baik do'akan saja sebab kita sebagai muslim harus yakin bahwa Allah SWT dapat membolak-balikkan hati manusia. Karena dengan mencela dan menjelek-jelekkan tidak akan membuat hati tenang dan hanya menambah kegusaran. Di dalam perkataan beliau tidak ada statement bahwa kita tidak boleh mengkritik, yang dilarang adalah menjelek-jelekkan dan mencela pemerintah. Penulis menangkap maksud tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Ustadz Syafiq apa adanya dan merasa tidak ada sentimen negatif dalam pernyataan Ustadz Syafiq.

Perlu kita ketahui perbedaan antara mencela, menjelek-jelekkan dan mengkritik seseorang. Mencela dan menjelek-jelekkan biasa digunakaan sebagai konotasi yang negatif karena identik dengan hinaan dan kecaman. Sedangkan mengkritik, walaupun memiliki irisan makna kata yang sama dengan mencela, namun bisa dimaknai lebih positif. Sebab, kritik lebih bisa diiringi dengan pertimbangan mengapa pemerintah yang satu lebih baik daripada yang lainnya, atau bisa dikatakan kritik bisa diimbangi dengan alasan yang akurat dan masuk akal. Berbeda dengan mencela dan menjelek-jelekkan yang hanya menunjukkan sisi negatif dari kedua pihak yang sifanya menjatuhkan pamor kedua belah pihak capres saat itu.

Penulis paham bahwasanya suasana pada saat itu sedang memanas sehingga pernyataan Ustadz Syafiq tersebut menyentil banyak kalangan masyarakat sampai-sampai beliau dicap radikal sebab memihak pada pemerintah yang dianggap dzolim pada saat itu. Kasus kontroversial tersebut juga berdampak dengan cara pandang mereka terhadap Ustadz Syafiq dan hal ini salah satunya dikarenakan statement yang mengatakan untuk mendo'akan Bapak Jokowi supaya mendapatkan hidayah dan dilindungi dari segala marabahaya. Pernyataan ini tentu dimanfaatkan sebagai ajang adu domba oleh pendukungnya dan menyulut emosi pendukung lainnya.

Sampai saat ini, beliau masih menerima penolakan dari masyarakat karena kontroversi yang muncul tersebut. Salah satu kejadian yang baru saja terjadi di awal bulan Maret 2024 lalu adalah pada saat Ustadz Syafiq hendak berdakwah di salah satu masjid di Surabaya, yaitu Masjid Assalam Purimas yang terletak di daerah Gunung Anyar. Saat itu sedang terjadi cekcok antara Banser dan pihak pengurus masjid. Padahal, pihak pengurus masjid sudah setuju untuk mengadakan kajian Ustadz Syafiq, namun tampaknya lingkungan masjid tersebut tidak setuju dengan kehadirannya dan menyebabkan kericuhan yang terjadi di dalam masjid.

Ketika diusut lebih lanjut, berdasarkan pernyataan Sekretaris PC GP Ansor, Rizam Syafiq berpendapat bahwa alasan penolakan tersebut adalah mengganggu tata cara peribadatan Nahdhatul Ulama (NU), salah satunya dengan cara berdzikir yang berbeda. Berdasarkan yang penulis tangkap, memang ada beberapa ustadz yang menilai bahwa tata cara ibadah sebagian masyarakat masih tidak sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah, namun penulis masih belum menemukan ada ustadz yang mengungkit suatu ormas memiliki tata cara ibadah yang berbeda dan berusaha mencelanya. Padahal, yang biasa penulis dengar adalah tata cara mereka perlu diperbaiki, hanya bersifat nasihat saja.

Kejadian ini membuat penulis berpikir bahwa perbedaan aqidah di masa ini benar-benar menantang keislaman kita. Sebagai bagian dari negara dengan mayoritas Islam terbanyak, membuat penulis sadar bahwa masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam memahami ajaran Islam lainnya dan usaha untuk membuka pikiran untuk berdiskusi serta saling memahami satu sama lain. Hal ini tidak hanya berlaku bagi agama Islam saja, namun kita juga harus menghormati agama lainnya.

Menurut penulis, untuk mencegah kejadian seperti ini muncul adalah dengan mediasi antara satu golongan dan golongan lainnya. Tidak hanya itu, harus menurunkan ego bahwa ajaran yang satu lebih baik dari yang lain, malahan kita harus menghargai pemikiran lain sebagai bahan untuk belajar dan bahwa di luar sana masih banyak hal yang belum diketahui. Juga, kita harus menghilangkan sikap ektrimis terhadap suatu pemahaman dan berusaha membuka pikiran untuk bisa mempelajari hal lain.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun