Mohon tunggu...
ainur fatihahlayla
ainur fatihahlayla Mohon Tunggu... -

PERBANKAN SYARI'AH 04 SEMESTER 2 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM IAIN JEMBER

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Akuntansi Syari'ah (Tak) Murni Syari'ah

12 Maret 2019   13:12 Diperbarui: 12 Maret 2019   13:24 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Akuntansi Syari'ah telah menjadi wacana yang cukup menarik sejak sekitar tahun 1980an. Banyak pihak, baik teoritisi maupun praktisi terlibat dalam diskusi yang serius dan mendalam perihal bidang studi yang masih dianggap 'baru' ini.

Kehadiran wacana akuntansi syar'iah tampaknya lebih banyak dipicu oleh keberadaan berbagai lembaga keuangan yang coba membangun dirinya berdasarkan syariah islamiah (Adnan, 2005:42). Kemunculan lembaga keuangan syariah pun merupakan konsekuensi logis dari kesadaran banyak pihak untuk kembali ke khittah, yakni dasar landasan Islam yang bersifat sempurna dan komprehensif, dan diterapkan secara menyeluruh.

Secara lebih spesifik, wacana dan pengembangan akuntansi syari'ah berawal dari kesadaran bahwa akuntansi adalah sebuah alat dalam bisnis. Akuntansi sering digunakan dalam bahasa bisnis, yang berfungsi menajadi medium penyebaran informasi untuk semua pihak yang relevan dan terkait. Ilmu akuntansi sudah mengalami perkembangan sedemikian rupa sampai kepada kondisi sekarang ini. Dalam konteks perkembangan akuntansi ini, muncul beberapa issue, diantaranya:

  • Akuntansi diyakini sebagai sebuah cabang ilmu yang socially constructed. Ini bermakna bahwa konstruksi ilmu akuntansi sangat dipengaruhi oleh perkembangan  social. Semakin maju tingkat social sebuah masyarakat, maka semakin maju akuntansi yang berkembang dalam masyarakat itu dan sebaliknya.
  • Injteraksi akuntansi dan kapitalisme yang sangat intim dan saling menunjang, seperti yang diungkapkan oleh Sombart dan didukung oleh Winjum. Sombart sangat meyakini bahwa perkembangan kepitalisme yang saat ini sudah nerambahi hampir semua negara di muka bumi ini sangat dibantu oleh akuntansi dan sebaliknya pun demikian.
  • Perkembangan akuntansi secara metodologis yang berubah-rubah dari induktif ke deduktif. Metode penelitian yang diaplikasikan dalam pengembangan akuntansi ternyata ikut memepengaruhi wujud akuntansi itu. Pada awalnya ketika Paton, Littleton, Sander dan kawan-kawan memotori penelitian akuntansi di awal abad ke 20 yang lalu, ada nuansa kental pendekatan induktif. Dominasi pendekatan induktif ini memuncak memasuki masa kejayaan pada era 1960an sampai dengan tahun 1970an, dengan lahirnya teori yang cukup monumental, seperti dihasilkan oleh Chambers dan kawan-kawan. Namun gebrakan yang dilakukan oleh Wart and Zimmerman yang sangat kuat membela pendekatan deduktif-positivisme berhasil merubah gerakan peneliyian akuntansi yang kini menjadi mainstream, akibatnya wujud keilmuan akuntansi ikut berubah menjadi [selalu] empirical based, hanya bersikap deskriptif dan seterusnya.

PENGERTIAN AKUNTANSI

            Akuntansi berasal dari kata account yang selanjutnya dikenal accounting  yang lebih menunjukkan kegiatannya (Suwiknyo, 2010:4). Beberapa pengertian akuntansi, diantaranya, adalah sebagai berikut:

  • Dalam buku A Statement of  Basic Accounting Theory, dinyatakan akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kesimpulan oleh para pemakainya.
  • AICPA (American Institute of Certified Public Accountan) mendefinisikan akuntansi sebagai seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan, termasuk menafsirkan hasil-hasilnya.
  • APB (Accounting Principles Board) Statement No.4 mendefinisikan akuntansi sebagai suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, umunya dalam ukuran uang, mengenai suatu benda ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, yang digunakan dalam memilih diantara beberapa alternative.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa inti akuntansi adalah sarana informasi dalam pengambilan keputusan bisnis. Hal senada juga diutarakan oleh Belkaoui dalam bukunya yang berjudul Accounting Theory yang menjelaskan bahwa akuntansi adalah kegiatan jasa yang berfungsi menyajikan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, dari suatu perusahaan atau lembaga, yang diharapkan dapat digunakan sebagai dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi diantara berbagai alternative tindakan.

SEJARAH AKUNTANSI SYARI'AH

Perkembangan Eropa (Barat) begitu pesat, sayangnya bukanlah sebuah seni dan ilmu yang baru bagi Islam. Akuntansi telah diterapkan di zaman Rasulullah dan diteruskan oleh para khalifah (Adesy, 2017:108). Ketika kejayaan islam runtuh konsep pencatatan pada masa Rasulullah menjadi dasar konsep akuntansi konvensional sekarang yang telah banyak mengalami perubahan.

Dalam Islam system akuntansi syarat dengan nilai akuntabilitas, keadilan, dan kebenaran tanpa mementingkan pihak lain sebagai pemodal, semuanya berjalan sesuai dengan koridornya dengan melibatkan Tuhan sebagai pencipta di dalamnya sehingga menguntungkan bagi semua pihak.

Menurut Hanifah dan Hudaib dalam Antonio dan Mukhlisin  tujuan standar akuntansi berbasis Islam lebih mencakup pada: (a) Akuntabilitas perusahaan yang ditunjukkan tidak hanya untuk Tuhan tetapi untuk masyarakat juga. (b) Membe rikan informasi yang relevan kesesuaian kebutuhan spiritual dari pengambilan keputusan Muslim sebagai bentuk peningkatan transparansi terhadap kegiatan usaha. Keadilan merupakan elemen penting dalam pengembangan masyarakat menurut Ibnu Khaldun. Keadilan ekonomi dalam perspektif akuntansi Islam melalui prosedur formula rutinitas, pengukuran obyektif, control, dan pelaporan sesuai dengan prinsip syari'ah.

PRAKTIK AKUNTANSI SYARI'AH

            Penerapan Akuntansi Syari'ah untuk organisasi bisnis di Indonesia, secara regulative baru dilakukan tahun 2002, 11 tahun sejak didirikannya bank-bank Islam, dengan dikeluarkannya Pernyataan Standar Akuntansi  Keuangan (PSAK) No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syari'ah (Triyuwono, 2006:8). PSAK No. 59 banyak merujuk Accounting and Auditing Standards for Islamic Financial Institutions, yang dikeluarkan oleh Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI 1998). Meskipun demikian PSAK No. 59 dinilai banyak kalangan masih mengadopsi akuntansi konvensional, bahkan dipenuhi nilai-nilai kapitalisme dan sekularisme.

            Hal tersebut dapat dilihat misalnya dari Tujuan Laporan Keuangan Akuntansi Syari'ah PSAK No.59. Tujuan laporan keuangan akuntansi syari'ah PSAK 59, menurut Ratmono masih mengarah penyediaan informasi. Yang membedakannya dengan akuntansi konvensional adalah bahwa PSAK 59 tidak hanya menyediakan informasi berkaitan pengambilan keputusan ekonomi tetapi juga pengambilan keputusan berkaitan kepatuhan terhadap prinsip syari'ah. Hal ini berbeda tujuan dengan akuntansi syari'ah yang filosofis-teoretis. Yangan mengarah pada akuntabilitas.

            Dalam penelitiannya Ratmono membuktikan akuntansi syari'ah filosofis-teoretis memang ideal namun belum teruji dalam tataran empiris (Triyuwono, 2006:11). Sedangkan akuntansi syari'ah praksis seperti PSAK 59 dan AAOIFI, merupakan akuntansi syari'ah yang sudah dipraktikkan namun lemah dalam tataran epistemologisnya. Rekomendasi Ratmono adalah bahwa PSAK No.59 perlu didekonstruksi agar sifatnya tidak sekedar materi (penyediaan informasi kinerja kepatuhan terhadap prinsip syari'ah mengenai produk finansialnya) namun juga spirit (akuntabilitas). Informasi pengungkapan tidak hanya untuk direct stakeholders saja namun juga indirect stakeholders, serta bukan hanya bagi kepentingan transaksi ekonomi namun social dan lingkungan.

            Belum lagi dalam keyataannya praktiknya, standar akuntansi seperti PSAK No.59, juga tidak dilaksakan oleh organisasi bisnis dengan baik. Penelitian Syafei, Pramono dan  Wardiyono, tentang apakah Bank Islam di Indonesia dan Malaysia telah membuat laporan tahunannya sesuai dengan nilai dan tujuan Islam (Maqasid Syari'ah) atau tidak, menyatakan bahwa berkaitan dengan produk dan opersai perbankan yang dilakukan, laporan tahunan ini telah sesuai manaqasid syari'ah. Tetapi dari sisi laporan keuangan tahunan yang dikeluarkan, baik M alaysia maupun Indonesia tidak murni melaksanakan system akuntansi yang sesuai syari'ah.

            Menurut Syafei, Pramono dan Wardiyono ada lima hal mengapa laporan akuntansi tidak murni syari'ah.

  • Hampir seluruh negara muslim bekas jajahan Barat, yang mengakibatkan masyarkat muslim menempuh pendidikan barat dan mengadopsi budaya Barat.
  • Banyak praktisi perbanmkan Islam yang pragmatis, berbeda dengan cita-cita Islam yang mengarah pada kesejahteraan umat.
  • Bank Islam telah mapan dalam system ekonomi sekularis-materialis-kapitalis, yang mempengaruhi pelaksanaan bank yang lebih tidak islami.
  • Orientasi Dewan Pengawas Syari'ah lebih pada pendekatan fiqh daripada substansinya.
  • Kesenjangan kualifikasi praktisi, praktisi yang mengerti system barat tetapi lemah di syari'ah, sebaliknya ahli syari'ah memiliki sedikit pengetahuan transaksi nyata di dunia.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, MA. 2005. Akuntansi Syariah: Arah Prospek, Tantangannya. Yogyakarta: UII Press

Suwiknyo, Dwi. 2010. Pengantar Akuntansi Syari'ah. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Mulawarman, AD. 2006. Menyibak Akuntansi Syari'ah. Yogyakarta: Kreasi Wacana

Adesy, Fordebi. 2017. Akuntansi Syariah:Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun