Saat di luar kelas pun adik bingung dan tidak tahu harus berbuat apa, terus adik jalan keluar sekolah dan jalan pulang ke rumah.
Mendengar pengakuan gadis kecil itu, air mata ibunya kembali menetes deras, tangannya memeluk gadis kecil itu dalam dan lama sekali, kemudian dengan tenang dia berdiri melangkah kaki kembali ke dapur melanjutkan masak, dan kamu mengajak Software di gendongan masuk ke dapur, menghampiri ibunya yang sedang memasak kue buat ulang tahun gadis kecil itu.
"Hari ini ibumu sedang memasak kue ulang tahun untuk kamu. Apa kamu tidak bahagia." Bujuk rayumu pada anak kecil itu.
"Aku senang bapak." Jawab Software dengan cepat dan kini bibir mungilnya sudah kembali tersenyum sembari memandang gemas ke ibunya dengan riang gembira. Seakan-akan tragedi penolakan yang baru saja dialaminya tadi pagi tidak pernah terjadi.
***
Hari telah berganti malam. Software kini tertidur pulas di ruang tengah, terlelap di alam mimpi, sementara itu televisi masih menyala, menampilkan gambar kartun animasi.
Di dalam kamar perempuan itu berbaring manja di dadamu yang bidang, tangannya memeluk erat tubuhmu, serasa tak ingin lepas lagi, berharap bisa menyatu dan tak ingin terpisah.
"Aku khawatir anak kita akan sering mendapatkan perlakuan buruk dan kasar semacam itu dari lingkungan sekolahnya." Bisik resahmu sambil menatap kedalaman mata perempuan itu.
"Aku tahu mas, sebaiknya kita berdamai dengan orang-orang yang ada di sekitar kita." Pinta perempuan itu dengan mengecup lehermu.
"Hanya ada dua pilihan, kita pindah dari tempat ini atau menyerah dengan keadaan." ucapmu memberikan dua pilihan.
"Menyerah! maksudmu." Canda perempuan itu gemas dengan tersenyum menggoda.