Mohon tunggu...
Ainun nur Fadhilah
Ainun nur Fadhilah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Book

Analisis Nilai Sosial dalam Novel Lilin

18 Desember 2023   02:00 Diperbarui: 18 Desember 2023   04:19 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alena tersenyum. "Pah, Alena boleh minta peluk nggak? Mama sama papa peluk Alena boleh?" tanya Alena menatap Sonya dan Dimas. Sonya mengangguk begitu pula dengan Dimas. Mereka bertiga berpelukan layaknya sebuah keluarga yang sudah bahagia meskipun terkesan terlambat.

Sumber gambar: Gambar pribadi
Sumber gambar: Gambar pribadi

Di atas kursi roda, Alena terharu mendengar semua orang bernyanyi lagu selamat ulang tahun untuknya. Di sini ada mama dan papanya di sampingnya, menuruti permintaannya yang bisa dibilang untuk yang terakhir kalinya. Dia bahagia, setidaknya doanya selama ini terkabul.


Setelah acara itu selesai, kini semua orang menikmati menu hidangan. Semua orang tak kalah bahagia hari ini. Alena tersenyum melihat semua orang bercanda tawa. Tetapi, tiba-tiba kepala Alena pusing, dia memejamkan matanya sambil berusaha tidak memperlihatkan ke semua orang kesakitannya.

"Papa Mama, mata Alena berat, Alena mau tidur yang panjang," lirih Alena 

"Jangan tidur Alena, papa takut," isak Dimas.

"Mata Alena sudah berat pah, papa ikhlas ya, Alena mau bobo, mau tidur panjang, jangan dibangunin," ucap Alena dan mencium pipi Dimas dan Sonya untuk yang terakhir kalinya.

"Alena tidur ya, pah mah. Kalian harus ikhlas. Alena mau pergi dengan tenang, selamat malam papaku sayang, selamat malam mamaku terkasih, selamat malam buat semuanya," ucap Alena tersenyum lalu mulai memejamkan matanya saat cahaya itu sudah terlihat.

Alena sudah tertidur dengan nyenyak, suaranya lagi tidak terdengar, dengan perlahan tangan Alena terjatuh dengan lemah di pangkuan Dimas. Nafas yang biasanya teratur kini sudah tidak terasa. Sonya perlahan menunduk dan melihat wajah Alena terlelap damai. Sonya menatap nanar tangan putrinya. Tangan itu sudah tidak bertenaga. Sementara Dimas sudah menangis, dia tahu jika Alena sudah tidak ada, putrinya sudah pergi.

Kini hanyalah gundukan tanah yang bisa dilihat oleh semua orang sebagai tanda bahwa perempuan itu pernah lahir di bumi. Tidak ada lagi Alena si gadis Malang, tidak ada lagi seorang anak yang mengharapkan kasih sayang orang tuanya, kini gadis itu memilih jalan hidupnya untuk pergi selama-lamanya. Pergi meninggalkan segala kenangan buruk di masa lalu dan berharap kebahagiaan di alam sana menantinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun