Mohon tunggu...
Ainun nur Fadhilah
Ainun nur Fadhilah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Book

Analisis Nilai Sosial dalam Novel Lilin

18 Desember 2023   02:00 Diperbarui: 18 Desember 2023   04:19 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Gambar pribadi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989 : 85 ), Sosiologi sastra merupakan

pengetahuan tentang sifat dan perkembangan masyarakat dari atau mengenai sastra karya para kritikus dan sejarahwan yang terutama mengungkapkan pengarang yang dipengaruhi oleh status lapisan masyarakat tempat ia berasal, ideologi politik dan sosialnya, kondisi ekonomi serta khalayak yang ditujunya.

Novel merupakan jenis sastra yang memberikan gambaran tentang masalah kemasyarakatan. Novel tidak dapat dipisahkan dari gejolak atau keadaan masyarakat yang melibatkan penulis dan pembacanya.

Novel ini bercerita tentang konflik keluarga seorang tokoh remaja perempuan bernama Alena Nabila Patriawan berusia tujuh belas tahun yang terkenal sebagai siswa berprestasi di sekolah. Alena selalu memperoleh juara satu di semua lomba yang diikutinya. Tetapi, kepintaran Alena itu tidak pernah dipedulikan oleh kedua orangtuanya karena mereka membenci Alena sejak kecil. Alena, yang dibenci oleh orang tuanya karena tidak saling mencintai, bercerai dan tinggal bersama orang yang menyayanginya. Alena lahir bukan karena kehendak atas pernikahan yang diinginkan kedua orang tuanya. Melainkan karena perjodohan. Ya, Alena anak yang lahir dari wanita yang tidak dicintai oleh papanya dan laki-laki yang tidak dicintai oleh mamanya. Meskipun kondisi tersebut membuatnya tersiksa, namun ia tetap menyayangi orang tuanya, layaknya seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya. Hingga akhirnya, Alena kalah oleh penyakitnya, ia mengidap leukimia. Sebelum Alena benar-benar pergi dari dunia ini, beberapa permintaannya sudah terkabulkan oleh kedua orangtuanya. Alena meminta kepada kedua orangtuanya untuk merayakan hari ulang tahunnya bersama, dan dibelikan kue ulang tahun.

Dalam Novel ini memfokuskan pada Konflik Keluarga yaitu, (1) Konflik antara Anak dengan Orangtua, (2) Konflik antara Suami Istri.

Dibawah ini adalah Analisis beserta Kutipannya pada Konflik Keluarga.

1.  Konflik antara Anak dengan Orangtua.

"Pah, aku gak dikasih kue seperti Nayla?" 

(Saat itu Dimas sang papa pulang dari kantor dengan wajah ceria yang langsung memeluk Nayla dan memberikan kue ulang tahun lumayan besar lengkap dengan lilin yang sudah menyala).

"Kamu sudah besar tidak pantas lagi untuk diberi kue dan Nayla masih kecil," (ucap Dimas menatap Alena dengan tatapan datar)

Alena menunduk, "Tapi Alena nggak pernah dikasih kue sekalipun sama mama dan papa, mama cuma marahin Alena tiap kali minta kue, dan juga bunda selalu ngasih Alena kue kecil," lalu menatap kue yang sangat kecil sebesar buah apel di tangannya.

Dimas yang melihat Alena seperti itu semakin geram karena mengganggu suasana cerianya bersama Nayla, Putri kesayangannya.

Kutipan diatas (halaman 8) menggambarkan konflik antara Alena dengan Dimas, Papahnya. Selama ini Alena ingin diperlakukan seperti Nayla, adiknya yang umurnya selisih 3 tahun darinya. Alena bahkan tak pernah ingat jika papanya pernah memeluknya, pernah tersenyum padanya, dan pernah mengatakan 'nak' padanya. Papanya itu selalu bersikap kejam terhadap Alena. Berbeda jika bersama Nayla, maka Dimas bersikap ramah seperti seorang ayah pada umumnya. Alena tahu dan sadar jika Dimas bersikap seperti itu karena Alena lahir dari rahim wanita yang tak dicintai.

Alena mendongak ke langit. "Baiklah Pah, Alena nggak akan pernah muncul di hadapan papa lagi. Alena pamit ya pah, jaga diri, jangan kerja terus, papa nikmatin masa tua, jangan sampai papa sakit, kalau papa sakit nggak ada Alena lagi yang ngerawat papa kayak dulu," ucap Alena tersenyum mengalah demi Dimas. Dia melupakan tentang doa yang pernah ia minta setiap harinya. Rasanya semuanya terlalu sia-sia.

"Alena pergi yah, pah?"

"Sana pergi, ingat jangan kembali lagi untuk selamanya."

Kemudian, Alena pergi ke rumah Sonya, mamanya.

"Mah, Alena bisa tinggal di sini gak?" ucap Alena memegang tangan mamanya.

"Tidak, saya kan sudah mengatakan kalau kamu tidak boleh ada di sini lagi," tolak sonya.

"Mama please, biarkan Alena tinggal di sini," isak Alena.

"Tidak akan, pergi kamu!"

Sonya langsung menutup pintu, tapi sebelum itu Sonya terusik dengan tatapan sayu Alena dan akhirnya pintunya tertutup rapat.

Kutipan diatas (halaman 295-307). Konflik ini terjadi karena, Alena diusir dari rumah oleh papahnya, karena telah mencuri uang dari brankas milik papahnya. Alena membutuhkan uang itu untuk biaya perawatan penyakitnya, penyakit yang sangat mematikan. Alena butuh uang lebih banyak, makanya dia harus mencuri beberapa uang, tindakannya memang salah tapi dia tidak bisa melakukan apapun selain mencuri. Tapi Alena tidak mengatakan tentang penyakitnya, dia hanya mengatakan butuh uang itu, tetapi Dimas tidak peduli dan menarik Alena keluar dari rumahnya dengan kasar.

2.  Konflik antara Suami Istri

"Benar, kalian berdua itu sama saja, belum bisa menerima Alena sebagai anak dari pernikahan kalian dulu, makanya kami ingin membicarakan hal tersebut, apa alasan kalian sehingga membenci Alena? Alena tidak bersalah," jawab Kakek.

"Kalian pikir kami tidak tahu perbuatan kalian pada Alena? Seringkali mulut kalian itu berkata kasar pada darah daging kalian sendiri, apa kalian tidak punya rasa kasih sayang untuk Alena?" tambah Nenek.

"Kami tidak saling mencintai. Itu alasan kami tidak bisa menyayangi Alena," jawab Dimas.

"Benar, saya dan dia tidak saling mencintai, lalu apa gunanya saya memberikan anak itu kasih sayang? Toh, dia juga sudah bisa mengurus hidupnya sendiri," tambah Sonya.

Kutipan diatas menggambarkan konflik suami istri. Konflik ini terjadi, karena Dimas dan Sonya dijodohkan di masa lalu tetapi mereka tidak saling mencintai, Alena hadir di dunia ini karena tuntutan orang tua Dimas. Hingga akhirnya, mereka bercerai dan kembali bersama orang yang mereka cintai, lalu Alena lah yang menjadi korban hak asuh anak jatuh pada Dimas.

Sumber gambar: Gambar pribadi
Sumber gambar: Gambar pribadi

Dimas mengalami kecelakaan hendak ingin pulang ke rumah. Seketika ia teringat akan perbuatannya yg buruk selama ini terhadap Alena. Dia menyesal sangat menyesal, dia berjanji jika dia selamat dari kecelakaan ini, dia akan menyayangi anak itu. Dia akan memberikan semua kasih sayang seorang ayah. Kesadaran Dimas perlahan menghilang, semuanya gelap. Hidup dan mati hanya Tuhan yang tahu bagaimana takdirnya setelah ini. "Maafkan papa, Alena."

Alena terkejut melihat keberadaan Dimas di rumah sakit. Alena menangis melihat keadaan Dimas, papanya pasti menderita karena tidak bisa melihat lagi.

"Papa kenapa begini?" tanya Alena melihat keadaan Dimas.

"Papa kena karma Alena, papa kecelakaan," ucap Dimas dengan mata yang berkaca-kaca. Dia tidak bisa melihat Alena sekarang, karena ia mengalami kebutaan.

"Kenapa bisa?"

 "Ini karma bagi seorang ayah yang melantarkan anaknya, menyakiti anaknya, papa menyesal Alena, papa sangat menyesal, papa sudah jahat sama kamu, papah bahkan menyakiti kamu secara fisik," Isak Dimas menyesali semua perbuatannya. Alena pun ikut menangis melihat Dimas yang menangis.

Sonya, mama Alena pun berada di rumah sakit, ia terkena tembakan di bagian perut.

"Maafin mama Alena, maafin mama," Isak Sonya. 

Alena tersentak mendengar mamanya mengubah kata saya menjadi Mama. Alena membalas pelukan Sonya sangat erat. Ini adalah pelukan pertama soalnya untuk Alena. Pelukan yang didambakannya selama tujuh belas tahun.

"Maafin mama sudah menjadi ibu yang buruk bagi kamu, maafin dosa Mama ke kamu Alena," tangis Sonya semakin pecah. 

Sonya dan Alena sama-sama menangis membuat semua orang yang ada di ruangan itu ikut terharu. Bagaimana seorang ibu yang menyadari kesalahannya selama ini. Sonya tak henti-hentinya menggumamkan kata maaf untuk Alena membuat Alena ikut menangis tanpa mengatakan apapun. Sonya juga sadar setelah insiden penembakan yang terjadi.

"Alena sudah maafin papa jauh sebelum papa dan mama minta maaf, nggak ada anak yang nggak mau memaafkan orang tuanya, karena setiap anak pasti mencintai orang tuanya, hanya satu permintaan Alena untuk papa dan mama, Alena mau ulang tahun Alena dirayakan bersama kalian, papa bisa beliin kue ulang tahun untuk Alena."

Dimas mengangguk. "Papa bakalan kabulin permintaan kamu, papa bakalan beliin kue sebanyak yang kamu mau."

Alena tersenyum. "Pah, Alena boleh minta peluk nggak? Mama sama papa peluk Alena boleh?" tanya Alena menatap Sonya dan Dimas. Sonya mengangguk begitu pula dengan Dimas. Mereka bertiga berpelukan layaknya sebuah keluarga yang sudah bahagia meskipun terkesan terlambat.

Sumber gambar: Gambar pribadi
Sumber gambar: Gambar pribadi

Di atas kursi roda, Alena terharu mendengar semua orang bernyanyi lagu selamat ulang tahun untuknya. Di sini ada mama dan papanya di sampingnya, menuruti permintaannya yang bisa dibilang untuk yang terakhir kalinya. Dia bahagia, setidaknya doanya selama ini terkabul.


Setelah acara itu selesai, kini semua orang menikmati menu hidangan. Semua orang tak kalah bahagia hari ini. Alena tersenyum melihat semua orang bercanda tawa. Tetapi, tiba-tiba kepala Alena pusing, dia memejamkan matanya sambil berusaha tidak memperlihatkan ke semua orang kesakitannya.

"Papa Mama, mata Alena berat, Alena mau tidur yang panjang," lirih Alena 

"Jangan tidur Alena, papa takut," isak Dimas.

"Mata Alena sudah berat pah, papa ikhlas ya, Alena mau bobo, mau tidur panjang, jangan dibangunin," ucap Alena dan mencium pipi Dimas dan Sonya untuk yang terakhir kalinya.

"Alena tidur ya, pah mah. Kalian harus ikhlas. Alena mau pergi dengan tenang, selamat malam papaku sayang, selamat malam mamaku terkasih, selamat malam buat semuanya," ucap Alena tersenyum lalu mulai memejamkan matanya saat cahaya itu sudah terlihat.

Alena sudah tertidur dengan nyenyak, suaranya lagi tidak terdengar, dengan perlahan tangan Alena terjatuh dengan lemah di pangkuan Dimas. Nafas yang biasanya teratur kini sudah tidak terasa. Sonya perlahan menunduk dan melihat wajah Alena terlelap damai. Sonya menatap nanar tangan putrinya. Tangan itu sudah tidak bertenaga. Sementara Dimas sudah menangis, dia tahu jika Alena sudah tidak ada, putrinya sudah pergi.

Kini hanyalah gundukan tanah yang bisa dilihat oleh semua orang sebagai tanda bahwa perempuan itu pernah lahir di bumi. Tidak ada lagi Alena si gadis Malang, tidak ada lagi seorang anak yang mengharapkan kasih sayang orang tuanya, kini gadis itu memilih jalan hidupnya untuk pergi selama-lamanya. Pergi meninggalkan segala kenangan buruk di masa lalu dan berharap kebahagiaan di alam sana menantinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun