Mohon tunggu...
Ainun Nasihah
Ainun Nasihah Mohon Tunggu... Sejarawan - Undergraduate History Education Student in University of Jember

I'm History Education student in University of Jember.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Jalur Trem Tulungagung-Trenggalek-Tugu: Penghubung Sosial Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Trenggalek Tahun 1921-1930

17 April 2024   14:29 Diperbarui: 17 April 2024   14:31 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://ceritacangkulil.blogspot.com/012/11/sejarah-tulungagung-jalur- kereta-api.html   

Kereta Api Trem di Indonesia

Kereta api trem sebenarnya telah hadir di Batavia sejak tahun 1869. Batavia merupakan ibukota dari Hindia Belanda. Hindia Belanda adalah penyebutan Indonesia pada saat Indonesia masih dijajah dan di bawah kekuasaan Belanda. Jalur trem yang dibangun di Indonesia memiliki fungsi untuk melayani penumpang dalam kota. Saat itu trem masih dikendalikan oleh tenaga kuda dengan kapasitas maksimal 40 orang. Di tahun 1881 pengendalian trem diganti menjadi lokomotif yang di dalamnya terdapat ketel uap. Di bagian depan trem terdapat  tungku dan bahan bakar batu bara. Sekitar 20 tahun kemudian, trem uap diganti dengan trem listrik sebagai dampak revolusi industri di kala itu. Tahun 1933 trem uap di hapus, begitu pula di tahun 1960 trem listrik di hapus karena dirasa tidak cocok di Batavia.

 Figur 1.  

Bekas Jalur Kereta Api Trem di dalam kota Tulungagung 

Pada tahun 1942, pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak saat itu perekeretaapian Indonesia diambil alih oleh Jepang dan berganti nama menjadi Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api). Saat berada di bawah kendali Jepang, trem ini hanya digunakan untuk keperluan perang militer. Namun kondisi infrastruktur  kereta api setelah dikuasai Jepang itu tidak begitu baik karena tidak ada perkembangan selama beberapa tahun dan digunakan oleh Jepang sebagai kendaraan militer. Perbaikan demi perbaikan dilakukan oleh perusahaan kereta api, termasuk membuat progam pembangunan lima tahun (1955-1959) dan tujuh tahun (1960-1967). Namun hal itu tidak bisa memperbaiki secara keseluruhan (Kusuma dkk, 2018,57).

Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, beberapa hari kemudian dilakukan pengambil alihan Kantor Pusat Kereta Api Bandung tanggal 28 September 1945 yang diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia yang juga merupakan hari berdirinya Djawatan Kereta Api Indonesia Republik Indonesia (DKARI). Pada tahun 1946, Belanda kembali ke Indonesia dan mereformasi perkeretaapian Indonesia yang diberi nama Staatssporwegen (SS) dan Verenigde Spoorwegbedrif (VS). 

Berdasarkan perjanjian damai Konfrensi Meja Bundar (KMB) Desember 1949, dilaksanakan pengambil alihan aset-aset milik pemerintah Hindia Belanda. Pengalihan tersebut terjadi dalam bentuk penggabungan antara DKARI dengan SS/VS menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) pada tahun 1950. Pada tanggal 25 Mei, DKA berganti menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Pada tahun yang sama juga diperkenalkan lambang Wahana Daya Pertiwi yang mencerminkan transformasi perkeretaapian Indonesia sebagai sarana transportasi yang handal untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa. Pemerintah kemudian mengubah struktur PNKA menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) pada tahun 1971. Untuk meningkatkan pelayanan transportasi, PJKA berubah bentuk menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) pada tahun 1991. Perumka menjadi Perseroan Terbatas, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) pada tahun 1998 dan berkembang hingga sekarang.

Pembangunan Jalur Trem Tulungagung-Trenggalek-Tugu

Sumber: Dokumen Pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi

Figur 2.                                                        

Bekas Jembatan Jalur Trem di Sumbergedong Trenggalek                       

                          

Sumber: https://heritage.kereta-api.co.id/page/Sekilas%20Jaringan%20Trem%20Lintas%20Tulungagung%20Trenggalek%20Tugu 
Sumber: https://heritage.kereta-api.co.id/page/Sekilas%20Jaringan%20Trem%20Lintas%20Tulungagung%20Trenggalek%20Tugu 

Figur 3.

 Jembatan Jalur Trem Kolonial Belanda

Pada bagian sebelumnya, disebutkan bahwa di Kabupaten Trenggalek terdapat peninggalan kolonial Belanda salah satunya berupa bekas jalur trem Tulungagung-Trenggalek-Tugu. Jalur trem ini dibangun di masa pemerintahan kolonial guna mempermudah kegiatan administrasi mau pun perekonomian pada saat itu. Berdasarkan riwayat surat kabar Belanda diatas, pembangunan trem uap Tulungagung-Trenggalek pemerintah Hindia Belanda telah menyiapkan dana sebesar 30.000 gulden. Dalam pembangunan tersebut pemerintah ikut terlibat sehingga pembangunan akan berlangsung lebih cepat dari rencana semula. pemerintah telah melangkah lebih jauh, trem tidak akan berakhir di Trenggalek, tetapi akan diperpanjang hingga Toegoe, dekat perbatasan Madiun. Trem dari Madiun berakhir di Balong, Ponorogo.

Pembangunan jalur trem ini pada awalnya diharapkan untuk jalur cabang pabrik marmer dan kapur di Wajak, tetapi tidak berhasil selain itu wilayah Bandung sangat jarang pendudukya. Seiring perkembangan waktu, pembangunan jalur trem belum dapat dioperasikan pada akhir tahun 1920 karena tidak ada jembatan rel yang memadai serta pasokan rel yang dipesan di Amerika tidak segera datang. Pada akhirnya pada tanggal 21 Februari 2021 seluruh jalur trem Tulungagung-Trenggalek-Tugu dapat dioperasikan.

Berdasarkan dari website resmi KAI, disebutkan bahwa Staatssporwegen (SS) atau perusahaan perkereta apian pemerintah Hindia Belanda yang membangun jalur trem lintas Tulungagung-Trenggalek-Tugu. Pembangunan tersebut dibagi menjadi tiga tahapan. Tahap pertama dari Tulungagung menuju Campurdarat sepanjang 14 kilometer. Tahap kedua dari Campurdarat menuju Trenggalek sepanjang 25 kilometer. Tahap ketiga, yaitu jalur Trenggalek menuju Tugu sepanjang 9 kilometer. Selama beroperasi, trem ini digunakan sebagai pengangkut penumpang dan barang komoditas. Untuk penumpangnya sendiri dibagi menjadi tiga kelas sesuai dengan kelas sosialnya. Beroperasinya jalur trem Tulungagung-Trenggalek-Tugu ini mnegakhiri terisolirnya wilayah Trenggalek. Perbaikan sarana transportasi dengan ditambahnya jalur trem di wilayah Trenggalek akan sangat berkontribusi besar bagi pengangkutan penumpang dan barang dari Trenggalek ke kota lain.

Depresi Ekonomi Hindia Belanda Tahun 1930

Namun, pengoperasian trem Tulungagung-Trenggalek-Tugu tidak berjalan lama. Yang disebabkan oleh depresi ekonomi pada tahun 1930-an merupakan peristiwa yang menyakitkan bagi berbagai pihak. Depresi ekonomi dimulai dengan jatuhnya harga saham di Wall Street, Amerika Serikat, pada akhir tahun 1929. Dengan turunnya harga ini, permintaan turun dan produksi meningkat. Banyaknya hasil produksi tidak sebanding dengan permintaan yang rendah karena kenaikan harga yang tajam. Kelebihan produksi ini menyebabkan ketidakseimbangan antara permintaan dan hasil produksi (Utomo, 2018:65).   

Penyebab depresi ekonomi yang lainnya adalah pendapat beberapa ahli tentang penyebab depresi ekonomi yang berkaitan dengan Hindia Belanda. Lindblad (2016: 26) menyebutkan bahwa keterpurukan ekonomi terjadi karena disebabkan oleh faktor eksternal. Hal ini mangacu pada buruknya konstelasi pasar dunia sejak pertengahan 1920an. Osseweijer menawarkan perspektif yang berbeda (2016: 114), menurutnya, depresi ekonomi disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Kelebihan produksi yang terjadi di Hindia Belanda semakin memperparah dampak depresi ekonomi, sehingga faktor internal ikut andil dalam proses depresi ekonomi. Sementara itu, Sir Arthur Lewis memandang bahwa depresi ekonomi akibat turunnya  harga bahan mentah yang berdampak pada merosotnya perekonomian Hindia Belanda yang bergantung pada ekspor bahan mentah (Notosusanto & Poesponegoro, 2008: 255).

Dengan adanya depresi eknomi yang menghantam Hindia Belanda  menyebabkan perekonomian yang merosot secara drastis, perusahaan-perusahaan banyak mengambil langkah untuk menyelamatkan perusahaannya. Ada yang melakukan pemecatan guna meminimalisir kerugian. Dan juga pada perusahaan S.S (Staatspoorwegen) melakukan penutupan pada jalur trem Tulungagung-Trenggalek-Tugu. Sebelum menghentikan pengoperasian trem ini, SS (Staatssporwegen) melakukan kajian ekonomi terkait pengangkutan penumpang maupun barang ke jalur utama di Tulungagung. Setelah selesai melakukan kajiannya, pada November 1932 SS resmi menghentikan operasi trem Tulungagung-Trenggalek-Tugu. Adanya pemberhentian ini dibuktikan dengan munculnya pemberitaan dalam surat kabar Belanda yang terkait hal tersebut.

Pertama, Dalam pemberitaan surat kabar Belanda"Soerabaijasch handelsblad" pada 7 Maret 1930 yang memiliki judul artikel "Worden Gesuprimeerd". Menyebutkan bahwa Sehubungan dengan pengurangan transportasi penumpang, kereta trem 182 dan 185 antara Trenggalek dan Toegoe, yang terletak di jalur trem Tuunengagoeng-Toegoe, akan ditekan mulai tanggal 15 tahun 1930 ini. Kedua, pemberitaan surat kabar Belanda"Soerabaijasch handelsblad" pada 17 Maret 1932 dengan judul artikel  "Laatste Berichten"  berisi tentang sebelum diberhentikan secara resmi, SS (Staatssporwegen) meninjau kembali jalur trem tersebut dengan memotong jalur sepanjang 10 kilometer dari Trenggalek karena bus telah mengambil alih peran trem.

Ketiga, dalam pemberitaan surat kabar Belanda "De Indische courant" pada 6 Oktober 1932 dengan judul artikel "Opgeheven tramlijn" menyebutkan bahwa sehubungan dengan penutupan jalur trem S.S. Toegoe-Toeloeng-Agoeng-Trenggalek, kita mengetahui bahwa ini mungkin sudah akan terjadi pada 1 November. Namun, administrasi dalam negeri dan para pemangku kepentingan belum terjadi. Keempat, dalam pemberitaan surat kabar Belanda "Bataviaasch Nieuwsblad" pada 19 Oktober 1932 dengan judul artikel "Spoorlijn Opgeheven" yang menjelaskan tentang jalur kerata api yang dihapuskan, Setelah beroperasi kurang lebih sekitar satu dasawarsa, SS (Staatssporwegen) memutuskan untuk menutup jalur trem Tulungagung-Tugu. Penutupan jalur trem Tulungagung-Trenggalek-Tugu dimulai pada tanggal 1 November. Penutupan ini selain disebabkan oleh adanya bus, tetapi juga diperburuk dengan krisis ekonomi yang terjadi di tahun 1930.

Kelima, dalam pemberitaan surat kabar Belanda "De Indische courant" pada 6 Maret 1933 dengan judul artikel "TOELOENG-AGOENG" berisi tentang Bekas kereta api, Di mana hanya beberapa bulan yang lalu jalan besi kereta api itu berjalan dengan penuh nafsu dan, meskipun tidak begitu sering dalam sehari, sekarang orang-orang tani kembali menguasai tanah tersebut, Jalur ini telah diubah menjadi tanah bangunan di banyak tempat dan ditanami semua jenis tanaman.

Dampak Pengoperasian Jalur Trem Tulungagung-Trenggalek-Tugu 

Adanya Jalur Trem Tulungagung-Trenggalek-Tugu sebagai  transportasi berbasis rel kereta api di wilayah Trenggalek memberikan berbagai dampak bagi perkembangan wilayah tersebut. Dengan adanya jalur trem ini meberikan dampak di bidang sosial dan ekonomi. Dengan adanya bekas jalur trem ini menunjukan bahwa kemajuan teknologi transportasi dapat berkembang sampai ke daerah kota kecil dan derah yang dikelilingi oleh pegungungan. Dari kemajuan teknologi yang berkembang ke daerah pelosok dapat mendorong terjadinya industrialisasi dan modernisasi dalam pembangunan ekonomi masyarakat. Hal ini mendorong terjadinya perubahan-perubahan yang besar dalam berbagai aspek. Perubahan tersebut meliki dampak di bidang sosial yaitu dapat meningkatkan cara berpikir masyarakat, memeperkuat integrasi dalam masyarakat, dapat meningktakan kesejahteraan  dan taraf hidup masyarakat.

Beroperasinya jalur trem Tulungagung-Trenggalek-Tugu dapat meningkatkan mobilitas masyarakat dan barang yang melintasi sepanjang jalur tersebut. Berbagai profesi dapat memanfaatkan jasa transportasi trem mulai dari pegawai pemerintahan, pedagang, para pencari kerja, pekerja pabrik dan lain sebagainya. Sarana prasarana angkutan trem yang tersedia, banyak orang dari desa pergi ke desa lain atau dari desa ke kota dan sebaliknya (Pranoto dkk, 2020:261). Jalur trem ini memudahkan bagi para penumpang yang akan bepergian dari suatu tempat ke tempat lain dengan cepat dan mudah.

Dari adanya jalur tersebut, terdapat peningkatan jalur kereta api yang diikuti oleh peningkatan kebutuhan pegawai S.S (Staatspoorwegen). Pihak S.S mendatangkan pegawai dari Belanda, tetapi pegawai dari Belanda tersebut mengeluarkan biaya yang besar, sehingga untuk meminimalisir pengeluaran biaya, S.S mengambil tenaga kerja dari pribumi. 

Sumber Referensi

De Indier, 10 April 1917.

De locomotif, 8 Juni 1917.

Het Nieuws Van Den Dag voor Nederlandsch-Indie, 8 Maret 1920.

Bataviaasch Nieuwsblad, 21 Februari 1921.
Soerabaijasch handelsblad, 17 Maret 1937.
Bataviaasch nieuwsblad, 5 Oktober 1932.  

De Indische courant, 6 Oktober 1932.

Bataviaasch Nieuwsblad, 19 Oktober 1932.

Notosusanto, N., & Poesponegoro, M. D. 2008. Sejarah Nasional Indonesia V: Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Belanda. Jakarta: Balai Pustaka.

Agus Santoso, dkk.2015. NASKAH SUMBER ARSIP PERKERTAAPIAN DI INDONESIA. Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia.

Lindblad, T. 2016. Krisis Ekonomi dalam Sejarah Indonesia Abad ke-20: Tinjauan Ekonomi Makro. In B. White & P. Boomgaard (Eds.), Dari Krisis ke Krisis: Masyarakat Indonesia Menghadapi Resesi Ekonomi Selama Abad 20 (pp. 20--45). Yogyakarta: Gadjah mada University Press.

Osseweijer, M. 2016. Krisis Perikanan di Kepulauan Riau. In B. White & P. Boomgaard (Eds.), Dari Krisis ke Krisis: Masyarakat Indonesia Menghadapi Resesi Ekonomi Selama Abad 20 (pp. 109--133). Yogyakarta: Gadjah mada University Press.

"tram -- definition". The Free Dictionary. Diakses tanggal 1 Desember 2022

Anonim. Sekilas Jaringan Trem Lintas Tulungagung Trenggalek Tugu.

Subarkan, Imam. Sekilas 125 Tahun Kereta Api Kita 1867-1992. Bandung: Yayasan Pusaka, 1992.

Pranoto dkk. 2020. JALUR TREM RAMBIPUJI-BALUNG-PUGER: PENGHUBUNG SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 1913-1930: Historia, 2(2), 247-265. 

Kusuma, dkk. 2018. SEJARAH KERETA API RUTE SEMARANG-REMBANG TAHUN 1967-1988: Journal of Indonesian History, 7(1), 56-61.

Utomo, Ilham N. 2020. DEPRESI EKONOMI DAN KRISIS KEPERCAYAAN RAKYAT TERHADAP PEMERINTAH KOLONIAL 1930-1936: Sejarah dan Budaya, 14 (1), 62-75.

https://heritage.kai.id/page/Sekilas%20Jaringan%20Trem%20Lintas%20Tulung agung%20Trenggalek%20Tugu [Diakses pada 1 Desember 2022]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun