Mohon tunggu...
Ainun Nasihah
Ainun Nasihah Mohon Tunggu... Sejarawan - Undergraduate History Education Student in University of Jember

I'm History Education student in University of Jember.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Jalur Trem Tulungagung-Trenggalek-Tugu: Penghubung Sosial Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Trenggalek Tahun 1921-1930

17 April 2024   14:29 Diperbarui: 17 April 2024   14:31 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Bekas Jembatan Jalur Trem di Sumbergedong Trenggalek                       

                          

Sumber: https://heritage.kereta-api.co.id/page/Sekilas%20Jaringan%20Trem%20Lintas%20Tulungagung%20Trenggalek%20Tugu 
Sumber: https://heritage.kereta-api.co.id/page/Sekilas%20Jaringan%20Trem%20Lintas%20Tulungagung%20Trenggalek%20Tugu 

Figur 3.

 Jembatan Jalur Trem Kolonial Belanda

Pada bagian sebelumnya, disebutkan bahwa di Kabupaten Trenggalek terdapat peninggalan kolonial Belanda salah satunya berupa bekas jalur trem Tulungagung-Trenggalek-Tugu. Jalur trem ini dibangun di masa pemerintahan kolonial guna mempermudah kegiatan administrasi mau pun perekonomian pada saat itu. Berdasarkan riwayat surat kabar Belanda diatas, pembangunan trem uap Tulungagung-Trenggalek pemerintah Hindia Belanda telah menyiapkan dana sebesar 30.000 gulden. Dalam pembangunan tersebut pemerintah ikut terlibat sehingga pembangunan akan berlangsung lebih cepat dari rencana semula. pemerintah telah melangkah lebih jauh, trem tidak akan berakhir di Trenggalek, tetapi akan diperpanjang hingga Toegoe, dekat perbatasan Madiun. Trem dari Madiun berakhir di Balong, Ponorogo.

Pembangunan jalur trem ini pada awalnya diharapkan untuk jalur cabang pabrik marmer dan kapur di Wajak, tetapi tidak berhasil selain itu wilayah Bandung sangat jarang pendudukya. Seiring perkembangan waktu, pembangunan jalur trem belum dapat dioperasikan pada akhir tahun 1920 karena tidak ada jembatan rel yang memadai serta pasokan rel yang dipesan di Amerika tidak segera datang. Pada akhirnya pada tanggal 21 Februari 2021 seluruh jalur trem Tulungagung-Trenggalek-Tugu dapat dioperasikan.

Berdasarkan dari website resmi KAI, disebutkan bahwa Staatssporwegen (SS) atau perusahaan perkereta apian pemerintah Hindia Belanda yang membangun jalur trem lintas Tulungagung-Trenggalek-Tugu. Pembangunan tersebut dibagi menjadi tiga tahapan. Tahap pertama dari Tulungagung menuju Campurdarat sepanjang 14 kilometer. Tahap kedua dari Campurdarat menuju Trenggalek sepanjang 25 kilometer. Tahap ketiga, yaitu jalur Trenggalek menuju Tugu sepanjang 9 kilometer. Selama beroperasi, trem ini digunakan sebagai pengangkut penumpang dan barang komoditas. Untuk penumpangnya sendiri dibagi menjadi tiga kelas sesuai dengan kelas sosialnya. Beroperasinya jalur trem Tulungagung-Trenggalek-Tugu ini mnegakhiri terisolirnya wilayah Trenggalek. Perbaikan sarana transportasi dengan ditambahnya jalur trem di wilayah Trenggalek akan sangat berkontribusi besar bagi pengangkutan penumpang dan barang dari Trenggalek ke kota lain.

Depresi Ekonomi Hindia Belanda Tahun 1930

Namun, pengoperasian trem Tulungagung-Trenggalek-Tugu tidak berjalan lama. Yang disebabkan oleh depresi ekonomi pada tahun 1930-an merupakan peristiwa yang menyakitkan bagi berbagai pihak. Depresi ekonomi dimulai dengan jatuhnya harga saham di Wall Street, Amerika Serikat, pada akhir tahun 1929. Dengan turunnya harga ini, permintaan turun dan produksi meningkat. Banyaknya hasil produksi tidak sebanding dengan permintaan yang rendah karena kenaikan harga yang tajam. Kelebihan produksi ini menyebabkan ketidakseimbangan antara permintaan dan hasil produksi (Utomo, 2018:65).   

Penyebab depresi ekonomi yang lainnya adalah pendapat beberapa ahli tentang penyebab depresi ekonomi yang berkaitan dengan Hindia Belanda. Lindblad (2016: 26) menyebutkan bahwa keterpurukan ekonomi terjadi karena disebabkan oleh faktor eksternal. Hal ini mangacu pada buruknya konstelasi pasar dunia sejak pertengahan 1920an. Osseweijer menawarkan perspektif yang berbeda (2016: 114), menurutnya, depresi ekonomi disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Kelebihan produksi yang terjadi di Hindia Belanda semakin memperparah dampak depresi ekonomi, sehingga faktor internal ikut andil dalam proses depresi ekonomi. Sementara itu, Sir Arthur Lewis memandang bahwa depresi ekonomi akibat turunnya  harga bahan mentah yang berdampak pada merosotnya perekonomian Hindia Belanda yang bergantung pada ekspor bahan mentah (Notosusanto & Poesponegoro, 2008: 255).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun