Di lembah waktu sunyi berkelanaÂ
Gemah-nya menenangkan hati resah
Tangan-nya bagai ladang keajaibanÂ
Tatapan-nya bagai lentera di lorong-lorong gelap.
      Namun,tak sedikitpun merasa letih
      Membangun-kan mimpi dalam sepiÂ
      Kau bagai  sungai,tak pernah surut
      Mengalir tenang meski bebatuan.
Di setiap percik air mu,ada cinta
Menghapus dahaga jiwa tersesatÂ
Ibu,kau bagai akar kehidupan.
Di mata mu tersimpan kenangan.
       Di gelap malam ku,
       Dengan sinar penuh pengharapan .
       Di hati mu ada samudera,
       Yang menyimpan rahasia kasih,
Tanpa ujung tanpa batas.
Ibu,nama mu bagai bait puisi,
Selalu menunggu tinta baru dari kehidupan ini.
Aku hanyalah daun pada akar tak terlihat.
 Â
      Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H