Ia juga mengidentifikasi pentingnya hubungan di masa awal dan bagaimana gangguan dalam ikatan ini dapat menyebabkan masalah keterikatan di kemudian hari, seperti kecemasan atau ketidakamanan emosional. Temuan ini telah didukung dan masih dikembangkan (Connors, 2011).
Situasi Aneh (Teori Keterikatan Ainsworth)
Mary Ainsworth (1969), seorang kolega Bowlby, mengembangkan lebih lanjut teori keterikatan melalui eksperimennya “Situasi Aneh”. Dalam eksperimen ini, bayi diamati dalam serangkaian interaksi yang melibatkan pengasuh mereka, orang asing, dan periode perpisahan singkat.
Berdasarkan respons bayi terhadap situasi ini, tiga gaya keterikatan utama diidentifikasi:
Keterikatan aman
Anak merasa nyaman menjelajah saat pengasuhnya hadir dan menunjukkan rasa tertekan saat pengasuhnya pergi. Anak dengan keterikatan aman mudah merasa tenang saat pengasuhnya kembali.
Keterikatan tidak aman–menghindar
Anak bersikap acuh tak acuh terhadap kehadiran pengasuh dan menghindarinya saat kembali, yang menunjukkan adanya keterputusan emosional.
Keterikatan tidak aman–ambivalen/resisten
Anak merasa cemas sebelum berpisah dan menunjukkan ambivalensi atau resistensi terhadap pengasuhnya saat mereka kembali.
Kemudian, gaya keempat, yaitu keterikatan yang tidak teratur , ditambahkan oleh peneliti lain (Bartholomew & Horowitz, 1991). Anak-anak ini menunjukkan campuran perilaku yang menunjukkan kebingungan atau ketakutan terhadap pengasuh mereka.