Secara etimologis, istilah "pendidikan Islam" terdiri dari dua kata, yaitu selalu terjadi dalam konteks lingkungan etnik, budaya, dan agama.6Para ahli sepakat bahwa penyebab utama kekerasan dan kerusuhan adalah ketidaksetaraan ekonomi dan sosial. Sangat jarang mereka mencurigai agama sebagai faktor yang signifikan dan berpotensi memicu kerusuhan. Para ahli cenderung enggan mengatribusikan agama sebagai penyebab konflik di Indonesia, mengingat masyarakat Indonesia cenderung religius.7 Usaha untuk mengkaji ulang proses pengajaran agama di berbagai jenis sekolah, baik yang formal, informal, maupun non-formal, nampaknya telah mencapai titik tertentu yang sulit dipertanyakan lagi. Sejauh ini, proses pembelajaran agama terlihat telah menerapkan pendekatan yang cenderung monolitik, memandang segala sesuatu dari satu sudut pandang yang sangat tertentu, seperti benar-salah atau baik-buruk. Perbedaan pandangan dan keyakinan belum sepenuhnya dihormati, dan jika pun ada, seringkali  hanya sebatas tampilan formal dan simbolik.
Pada era sekarang, pendekatan pendidikan Islam bertujuan mencapai tujuan tertentu dan memerlukan landasan yang kokoh, yang pertama kali diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW. Nilai-nilai ini harus disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan manusia, dengan mempertimbangkan pengaruh budaya lingkungan. Hal ini bertujuan agar manusia dapat
"pendidikan" dan "Islami." Istilah "pendidikan" memiliki berbagai sinonim seperti altarbiyah, al-taklim, al-ta'dib, dan al-riyadoh. Setiap istilah tersebut memiliki makna yang berbeda tergantung pada konteks penggunaannya. Namun, dalam konteks tertentu, semua istilah tersebut memiliki makna yang sama, yaitu pendidikan..5
- Masyarakat
Masyarakat adalah kelompok orang yang memiliki beragam tingkat pendidikan, mulai dari yang minim pendidikan hingga yang memiliki pendidikan tinggi. Kualitas suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki oleh anggotanya. Semakin tinggi tingkat pendidikan anggota masyarakat, maka semakin baik pula kualitas masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat memiliki peran penting dalam proses pendidikan, menjadi lembaga ketiga setelah pendidikan di dalam keluarga dan sekolah.
Dalam Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa pembangunan masyarakat Indonesia yang utuh merupakan tanggung jawab bersama seluruh warga negara Indonesia, dan ini harus dijalankan melalui kerjasama keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Prinsip ini juga tercermin dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun yang diadopsi oleh pemerintah. Masyarakat memiliki peran serta dalam mengatasi berbagai masalah pendidikan, dan mereka diberikan kesempatan untuk berpartisipasi sesuai dengan yang diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 8. Pasal ini bertujuan untuk memastikan kesempatan dan mutu pendidikan yang merata. Oleh karena itu, peran masyarakat sangat besar dalam pelaksanaan pendidikan nasional, termasuk menciptakan lingkungan yang mendukung pendidikan dan mendukung penyelenggaraan pendidikan swasta.
- Masyarakat dan Pendidikan Islam
Selama berabad-abad, masyarakat Indonesia telah hidup dalam keadaan yang beragam, didasarkan pada beragam etnis dan agama. Setiap kelompok memiliki pandangan tentang sistem nilai yang menjadi dasar hidup mereka. Sistem nilai ini disebut sebagai sub-ideologi, dan dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia, terdapat berbagai sub-ideologi yang berkontribusi pada ideologi nasional yang diakui oleh berbagai kelompok kepentingan.
Masyarakat yang beragam ini sangat menghargai nilai-nilai seperti kemanusiaan, keadilan sosial, demokrasi, nasionalisme, kekeluargaan, dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan bagian  integral dari ideologi nasional yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila berperan sebagai fondasi bersama yang memungkinkan berkembangnya berbagai ideologi yang beragam dalam kehidupan sosial-ekonomi bangsa Indonesia yang kaya akan keragaman agama.
Manusia adalah makhluk sosial yang membawa karakter biologis dan psikologis alami serta mewarisi latar belakang sejarah dari kelompok etniknya, termasuk pengalaman budaya dan warisan kolektif. Oleh karena itu, perilaku, sikap, dan nilai-nilai manusia sangat dipengaruhi oleh budaya masyarakatnya. Proses sosialisasi, yang membentuk perilaku manusia mencapai cita-cita dan tujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan mereka dalam berbagai aspek.
Namun, situasi pendidikan Islam saat ini menjadi sorotan yang kurang menggembirakan dan dianggap mengalami "keterbelakangan" serta sejumlah julukan negatif lainnya. Semua permasalahan ini tampaknya berasal dari kelemahan yang ada di dalamnya. Kelemahan ini terutama terlihat dalam sektor inti, yakni dalam konsep pendidikan Islam,8 Sistem pendidikan Islam, termasuk kurikulumnya, dianggap semakin  tidak relevan dengan kemajuan peradaban manusia saat ini. Sistem ini tampaknya tidak mampu mengintegrasikan disiplin ilmu lain yang memiliki relevansi dengan kebutuhan masyarakat. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pendidikan Islam belum mencapai tingkat kepuasan yang diharapkan.
Upaya untuk merenungkan kembali pendidikan Islam akan membawa manfaat berlipat. Pertama, pendidikan Islam sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional di Indonesia akan mendapatkan dukungan dan pengalaman yang positif. Kedua, pendidikan Islam dapat memberikan kontribusi dan alternatif dalam meningkatkan sistem pendidikan Indonesia
yang saat ini masih memiliki berbagai masalah dan kekurangan. Ketiga, dengan merumuskan kembali sistem pendidikan Islam, akan tercipta dasar yang lebih kuat yang sesuai dengan realitas kehidupan masyarakat.10