Mohon tunggu...
Aini Said
Aini Said Mohon Tunggu... -

hidup adalah sekolah sesungguhnya\r\n\r\nainisaid.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bapak... Bilik-bilik Rinduku

27 Mei 2012   19:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:42 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Akhir-akhir ini beliau sering sekali menelponku. Seperti tadi...

"hallo nak?"

"ya pak?" suara tuanya itu selalu menghantam hatiku

"dimana? sudah makan?"

"sudah pak... bapak apa kabar? sehat?"

"iya sehat. Hati-hati yah nak... "


Mata sipit dan kulit putih itu serta kening jenongnya sama sepertiku. Seorang laki-laki tua telah berjalan kadang memakai tongkat. Dia tidak merokok, tidak minum kopi. Setiap sore ia duduk di depan tokoh kecil kami, melantunkan ayat suci Al-Quraan dan menghabiskan sore dengan membaca kitab-kitab . Dia adalah laki-laki gagah, percaya diri dan baunya sangat harum , harum sampai kehati... katanya itu minyak wangi dari Mekkah... wajahnya putih bersih...sisa-sis ketegasan masa mudah masih terpancar di kerut mukanya...

Seorang laki-laki kelahiran 1933 sudah sangat renta, dia pernah hidup di masa Belanda... menceritakan masa kecilnya melihat rombongan tantara berambut pirang.

Dulu... bapak selalu membonceng ku ke sekolah dengan motor CB...

sorban dikepanya jarang sekali dilepas. Katanya  pakai adalah identitas... aku tidak pernah memeluk beliau, aku menyesal... aku tidak pernah serindu ini padanya... dia  selalu mengingatkan aku dengan kisah-kisah tladan... dimasa tuanya sekarang dia sangat bijak berbeda saaat dia muda sangat bengis...

aku ingin sekali mengatakan, pak aku rindu...maafkan aku, tapi kata-kata itu tersendat dikerongkongan... Tuhan jika pada  posisi ini aku hampir terbakar karena sesal... bahkan airmataku tak mampu memadamkanya.

Aku rindu masa kecilku... bapakku yang telah tua...

Bapakku... senyumnya membuatku tersenyum... bapak  suka sekali pada binatang, terutama kucing dan burung... kucing selalu jadi musuh bebuyutanku dirumah, karena aku tidak suka dia mencium-cium kakiku pada saat nonton TV... bapak menegurku... jikau kucing adalah binatang suci, aku memberi gelar kepada bapak sebagai Abu hurrairah, sahabat nabi diberi gelar karena kecintaanya pada kucing.

Rindu pada rumah... bapakku... dan kicauan burung-burung peliharaan beliau. Dia... tlah rentah, masih gagah menjaga istri tercinta memberikan 9 anak padanya... dirumah besar itu mereka tingga berdua... Oh God! maafkan aku... mereka kedua orang tuaku. Tolong aku Tuhan beri waktu agar bisa menyelsaikan semua tanggung jawabku disini dan menjaga mereka.... kumohon...

Bapak... membuatku cinta pada cerita...

Dulu sekali ketika aku SD dan bapak belum pansiun, setiap ajaran baru rumah selalu di penuhi berkardus-kardus buku untuk mengisi perpustakaan sekolah, aku selalu kegirangan... membuka semua buku cerita rakyat... mata sipitku selalu melebar ketika buku-buku itu mengobati kerinduanku pada dongeng...

Bapak, yang setiap subuh...menggendongku lalu meletakan aku kekamar mandi agar aku mengikutinya sholat subuh...

Bapak pernah mengajar di kelas, lalu aku menangis... soalnya di tasku tidak ada buku... ternyata aku membawa tas kosong, lalu bapak mengambilkan buku tulis dan pensil di kantornya...biasanya ibu selalu menyiapkan, tapi ibu mungkin lupa karena subuh buta sangat sibuk...

Bapaku... seorang laki-laki luar biasa...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun